Setelah menikmati malam bersama di tempat yang menyimpan kenangan, baik untuk Alex dan Bilqis, mereka pun kembali pulang.
Malam ini, Alex memberikan banyak kejutan untuk Bilqis. Dari mulai mengajaknya memilih gaun dan ke salon untuk merubah dirinya menjadi puteri raja, lalu Alex juga menjadikannya pacar semalam dan mengenalkan pada teman-temannya bahwa ia adalah calon istri. Dan di pasar malam modern tadi, Alex merelakan bahunya untuk menjadi sandaran saat ia menangis.
Dari balik jendela, Bilqis tersenyum. Jujur saat ini ia begitu senang. Entah bagaimana dengan pria itu. Apa Alex merasakan hal yang sama?
Saat ini Alex dan Bilqis tengah berada di dalam mobil. Alex mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah Bilqis. Ia bertanggung jawab untuk mengantarkan sekretarisnya sampai hingga rumah.
Bilqis masih menahdap ke arah jendela. Bibirnya masih tersenyum kala mengingat segala yang terjadi hari ini. Lalu, Bilqis memberanikan diri untuk menengok ke samping dan melihat ke arah Alex yang sedang fokus menyetir. Namun, ia takut pandangannya akan berpapasan dengan pria itu, tapi rasanya tidak karena Alex sedang fokus melihat ke jalan.
Beberapa detik kemudian, Bilqis menoleh ke arah bosnya itu. dan benar saja, Alex juga sedang melirik ke arah wanita yang sedari tak bersuara dan hanya memandang ke arah jendela.
"Kenapa?" tanya Alex yang langsung di jawab dengan kepala yang menggeleng dari Bilqis.
“Tidak apa-apa,” jawabnya.
“Kau mau bicara apa? Katakan!” ucap Alex lagi.
“Tidak ada. Sungguh.” Bilqis masih menggeleng. Ia memang tidak ingin bicara apa-apa. Bilqis hanya ingin menatap bosnya yang killer tapi tampan itu dan hari ini sedikit lebih manis.
“Ck. Aku kira kau ingin mengucapakn terima kasih atas apa yang telah aku berikan hari ini.”
Akhirnya niat Alex memancing Bilqis dengan pertanyaan pun terjawab.
“What? Dasar gila hormat,” umpat Bilqis dalam hati. Seketika yang tadinya Bilqis tengah memuja pria itu pun menjadi hilang sudah.
Alex kembali menoleh ke arah Bilqis sekilas dan tetap fokus pada jalan. “Kau tidak jadi bicara?”
Bilqis pun menengok ke arah Alex dan memasang senyum manis. Senyum yang sangat manis dan terlihat terpaksa, membuat Alex menahan tawanya dan diganti oleh senyum. Pasalnya ekspresi Bilqis amat lucu, dengan bibir yang terpaksa ia sungging dan gigi yang terlihat berjejer dan kedua mata berkedip-kedip.
“Terima kasih, Sir. terima kasih banyak atas semua yang telah Sir berikan malam ini. Dari mulai gaun, uang lembur, dan ah ya.” Bilqis memasang lagi wajahnya dengan senyum manis dan dua jari yang ia pasang untuk menunjukkan wajah cantiknya, seperti orang tengah berfoto selfie.
“Wajah cantik ini. sungguh, ini kali pertama aku didandani seperti ini,” katanya lagi.
Alex mengangguk. Ia senang mendengar pernyataan terima kasih itu dari mulut Bilqis.
“Aku juga menunggu terima kasihmu, Sir,” ucap Bilqis membuat Alex mengernyitkan dahi.
“Untuk?”
“Untuk status pacar semalam. Dengan adanya aku sebagai pacar semalam di pesta malam ini, Sir jadi terbebas pertanyaan orang tentang pasangan atau terbebas dari prasangka orang bahwa Sir adalah gay.”
Kiiik.
Alex langsung me-rem mendadak mobilnya, karena kebetulan mobil itu memang sudah berada tepat di depan rumah Bilqis.
Jedug
Kening Bilqis pun terbentur daskboard.
“Aaww …” rintihnya sembari memegang kening itu.
Alex yang semula ingin marah karena perkataan Bilqis tadi yang menyebutnya gay pun menjadi tertawa karena mendengar rintihan itu. “Itu karma akibat menuduh orang sembarangan.”
“Aww …” Bilqis masih meringis sembari mengusap-ngusap keningnya. “Sir, membalasku?”
Bilqis ingat bahwa tadi sore pun ia melakukan hal yang sama seperti ini. lebih tepatnya saat menyetir mobil ini menuju salon.
“Anggap saja begitu,” jawab Alex datar.
Bilqis pun mendengus kesal dan menatap keluar jendela. Ia melihat rumahnya di sana. itu artinya ia sudah sampai. Lalu, Bilqis membuka pintu yang masih terkunci dari sentral yang ada di pintu Alex.
Bilqis pun menoleh lagi ke arah bos killernya. Tanpa suara, Bilqis meminta Alex untuk membuka kunci pintu.
Namun, Alex malah melihat arlojinya. “Jam sepuluh lewat lima puluh lima menit menit. Itu artinya kamu masih menjadi pacar semalamku hingga lima menit ke depan.”
Bilqis yang kini mengernyitkan dahi. Ia tak mengerti maksud sang bos.
“Lalu?” tanyanya.
“Lalu, apa yang biasanya seorang pacar lakukan saat meninggalkan pacarnya yang telah mengantanya sampai depan rumah.”
“Masuk ke dalam?” tanya Bilqis polos.
Alex pun tertawa. “Oh, jadi kau ingin langsung memperkenalkan pacarmu dengan orang tuamu?”
Bilqis langsung menggeleng. “Ah, tidak. tidak.”
“Lalu?”
Bilqis mengangkat bahunya. “Tidak tahu.”
“Oh, ya. Aku lupa kalau kamu baru saja patah hati.”
Bilqis kembali mengernyitkan dahi. Ia semakin tidak mengerti dengan ucapan sang bos.
“Intinya saja. saya benar-benar tidak mengerti maksud, Sir,” kata Bilqis untuk mempersingkat waktu.
Pasalnya malam kian larut, ia pun sudah sangat lelah dan ingin segera berselancar di pulau kapuknya.
Alex tak menjawab, justru ia malah mendekatkan wajahnya pada wajah Bilqis. Dan,
Cup
Alex mengecup bibir ranum itu sekilas, membuat mata Bilqis membulat.
“Sir,” teriak Bilqis yang ingin sekali marah.
Pasalnya Alex telah mengambil kesuciannya. Eh ralat, kesucian bibir atas maksudnya. Alex telah mengambil ciuman pertama Bilqis.
“Biasanya, seorang kekasih harus mengecup bibir atau keningnya dulu sebelum kekasihnya keluar dari mobil.”
“Ta …”
Baru saja Bilqis mau protes. Alex langsung menghentikan suara Bilqis dengan mengangkat jari telunjuknya dan mengangkat tangan kanannya untuk melihat jam tangannya lagi. Alex memperhatikan detik jam yang berputar dan menghitungnya mundur.
“Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lim, empat, tiga, dua, satu. Teeet … sekarang, kau adalah sekretarisku.”
“Arrrgggg …” Bilqis geram dan mengepalkan kedua tangannya ke atas. Lalu, ia membuka pintu yang sudah dibuka oleh Alex dengan menekan tombol dari pintunya.
“Dasar, bos killer. Mesum!” ucap Bilqis saat keluar dan membanting pintu saat menutup.
Alex pun hanya tertawa menatap kepergian sekretarisnya. Ia masih menatap Bilqis yang berjalan sembri menghentakkan kakinya hingga sampai di depan gerbang rumahnya sendiri.
Alex masih belum pergi dari sana hingga melihat Bilqis benar-benar masuk ke dalam rumahnya. Ia memperhatikan wanita itu saat membuka gerbang dan hendak menutupnya kembali. Namun, saat hendak menutup gerbang rumahnya sempurna, Bilqis menoleh ke arah Alex dan menunjukkan jari tengahnya ke atas.
Alex pun melihat itu dan tertawa. Ia senang membuat kesal sekretarisnya. Mungkin ini menjadi salah satu mood booster baru bagi Alex.
Bilqis pun berjalan dengan kesal menuju pintu rumah. Ia sudah mengunci lagi gerbang pintu dan menggemboknya.
Tanpa menekan bel, pintu rumah itu terdengar ada yang membuka dari dalam. Radit yang membuka pintu utama. Adik Bilqis itu menatap sang kakak dari ujung kaki hingga kepala.
“Maaf mau bertemu siapa ya?” tanyanya.
“Eh. ini gue, Bilqis,” jawab Bilqis ketus karena masih kesal dengan perlakuan Alex tadi, ditambah sang adik yang tidak membiarkannya masuk.
Bilqis kembali berusaha menerobos untuk masuk ke dalam rumah. Namun, Radit menahan dengan membentangkan tangannya hingga menutupi pintu.
“Apaan sih, Dit? Gue pengen masuk. Pengen istirahat, capek.”
“Tunggu! Ini beneran elu, mbak?” tanya Radit dengan mendekatkan wajahnya pada wajah sang kakak sembari meneliti wajah itu.
“Apaan sih, liatinnya jangan kek gini!” Bilqis langsung mendorong wajah sang adik.
“Kok lu cantik banget, Mbak,” ujar Radit yang kini tak lagi menutupi jalan.
Bilqis pun masuk dan duduk di sofa ruang tamu untuk membuka high heels sepatu sendalnya yang membuat kakinya sedikti sakit karena terlalu tinggi.
Radit kembali mendekati sang kakak. “Mbak, lu udah kaya putri aja. Sumpah cantik banget.”
“Ck. Emang baru tau?” jawab Bilqis ketus. “Gue emang udah cakep dari lahir.”
“Hoek …” Radit pura-pura ingin muntah.
Kemudian, Radi merogoh ponselnya. “Mbak, gue pengen foto dong. Jarang-jarang kan lu cantik kaya gini.”
“Maksud lu?” tanya Bilqis kesal karena itu artinya selama ini ia jelek, begitu?
“Mbak, liat sini dong! Pinta Radit yang sudah menghidupkan kamera ponselnya.
Bilqis pun menghadapkan wajahnya ke arah kamera yang dipasang Radit.
“Senyum dong,” ujar Radit.
Bilqis pun senyum. Namun dengan mata yang dijulingkan.
“Ck, yang bener kek, Mbak,” protes Radit.
Bilqis menarik nafasnya kasar dan kembali berpose. Radit kembali antusias dan mulai membidik lagi.
Namun Bilqis kembali bergaya aneh. Kali ini ia sengaja menarik ujung hidungnya ke atas hingga kedua lubang hidungnya pun terlihat sempurna dari kamera.
“Hah! Heran gue, punya kakak gini amat.” Radit pun kesal dan meninggalkan kakaknya sendiri di sana.
Bilqis tertawa melihat ekspresi adiknya yang kesal. “Lagian orang lagi kesel malah dipoto.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
putia salim
kan...kan....lama2 makin nglunjak ini bos duren kiler,diijinin jd pacar satu malah malah minta bonus ciuman😀
2023-06-07
3
the🐻
gak jauh dari kakaku kalo foto bareng atu di Poto banyak aibnya pada seriusnya
2023-03-07
2
queen
ck ck ck alex udh berani tu kecup2 an sm qis
2023-02-26
0