Alex duduk di ruang tunggu dengan gaya seperti biasa, menaikkan satu kaki dan menunpunya pada kaki sebelahnya. Alex memainkan ponsel untuk mengusir kejenuhan saat menunggu Bilqis di danani oleh penata rias handal di salon ini. Ia tidak mengkhususkan sekretarisnya harus didandani seperti apa. Alex hanya menyerahkan Bilqis tanpa meminta wanita itu untuk menjadi cantik, karena baginya Bilqis memang sudah cantik walau wajahnya hanya dihiasi dengan bedak dan lipstik saja.
Alex menatap arloji rolex terbaru miliknya yang dilingkarkan di tangan kanan. Lagi-lagi, ia melihat waktu karena diluar langit sudah mulai menghitam, sedangkan acara akan dimulai pukul tujuh malam.
“Maaf menunggu lama, Sir.”
Suara itu memenuhi ruangan tempat Alex duduk. Ia pun langsung menoleh ke arah tata rias yang tadi membawa Bilqis.
“Kekasih anda sudah selesai di rias. Ini hasilnya.” Wanita itu membawa Bilqis keluar.
Alex yang sedari tadi menoleh ke arah itu pun langsung tercengang oleh penampilan Bilqis yang tampak berbeda. Matanya seperti tidak mau berkedip. Tak dapat di gambarkan oleh kata-kata. Bahkan penampakan Bilqis yang mirip mendiang sang istri justru lebih cantik dari istrinya.
Bilqis menunduk malu. Ia tidak percaya diri dengan penampilannya saat ini. Sungguh, rasanya ia ingin segera lari dan pulang.
“Kekasih anda, memang sangat cantik, Sir. Hanya dipoles sedikit, sudah tambah cantik saja,” ujar perias itu lagi pada Alex yang masih memandang Bilqis tanpa kedip.
Perias itu menata rambut Bilqis dengan menggelung rambut itu dan menyisakan sedikit pada bagian pipi kanan dan kiri dengan lengkungan girly di bawahnya. Make up yang dipakai Bilqis pun terlihat natural. Riasan di wajah Bilqis mirip dengan riasan wajah artis-artis Korea, tapi memang cocok untuk wajah dan kulit Bilqis yang putih bersih.
Alex berdiri dan memasang lengannya. “Ayo, kita berangkat!”
Bilqis menatap mata sang bos dan Alex pun sama. Wanita itu masih mematung dan belum mengalungkan lengannya di lengan Alex yang sudah sengaja ia pasang.
“Mau tunggu apa lagi? Ayo!” kata Alex kesal karena Bilqis malah bengong.
“Oh ya.” Bilqis pun tersadar dan melingkarkan lengannya pada lengan Alex.
“Benar-benar pasangan serasi,” ujar pemilik salon yang tiba-tiba datang dan berdiri di samping penata rias itu.
Alex tersenyum. “Terima kasih atas pelayanannya.”
Dua wanita yang berdiri di sana membungkukkan sebagian tubuhnya. “Terima kasih kembali, Sir. Datanglah kembali.”
Alex ikut mengangguk. Begitu pun dengan Bilqis. Mereka keluar dengan lengan Bilqis yang sudah mengait pada lengan Alex.
Bilqis benar-benar canggung. Entah mimpi apa dia semalam, hingga terjadi kejadian seperti malam ini.
Sesampainya di depan mobil sedan mewah berwarna hitam milik Alex, pria tidak langsung membuka pintunya sendiri. Ia memilih menemani Bilqis dan membuka pintu untuk wanita yang sepertinya kesusahan mengenakan gaun panjang itu.
Tangan Bilqis langsung terulur untuk membuka pintu mobil, tapi tiba-tiba tangan Alex pun terulur hingga kedua tangan mereka akhirnya bersentuhan.
“Ah, maaf Sir.” dengan cepat Bilqis menarik tangannya. Sudah kesekian kalinya jantung Bilqis berdebar.
Dan, Alex hanya menjawab dengan senyuman. Lalu, Bilqis pun menaiki mobil itu dan satu hal yang membuat Bilqis canggung lagi. Alex menaikkan ujung gaun Bilqis dan menyelipkannya di kaki agar gaun itu tidak terjepit saat pintu itu ditutup.
Bilqis pun tersenyum canggung. “Terima kasih.”
“Sama-sama.”
“Eum …” Bilqis menjerit sambil memejamkan mata dan manarik bibirnya. Sepertinya ia lebih baik dibelikan paper bag berisi celana d*l*m sofia dari pada berada dalam kondisi seperti ini.
“Kapan ini berakhir ya, Tuhan?” Bilqis kembali bermonolog sendiri hingga akhirnya Alex membuka pintu dan duduk di sampingnya.
Alex melirik ke arah Bilqis sebelum menyalakan mesin mobil. “Kau siap?”
“Untuk?” tanya Bilqis bingung.
“Menjadi pacarku dalam semalam, karena aku malas jika harus ditanya tentang pasangan.”
Bilqis mengernyitkan dahi. “Itu artinya aku harus berakting?” lalu, Bilqis melihat jam ditangan kirinya. “Tapi sepeertinya ini diluar jam kerja ya, Sir.”
“Ck.” Alex berdecak kesal. Sekretarisnya ini memang memiliki prinsip time is money. Ia sama sekali tidak mau bekerja diluar dari jam kerja yang ditetapkan.
“Ya, aku akan membayarmu untuk lemburmu ini,” sambung Alex dengan nada malas.
“Oke. Kalau begitu, ayo jalan!” sahut Bilqis dengan semangat.
Alex pun menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Mungkin menurut orang, Bilqis terkesan materialistis. Tapi bagi Alex, hal itu memang wujud profesionalisme Bilqis saat bekerja, seorang karyawan memang harus mampu memberi nilai lebih dirinya sendiri atas kemampuan dan waktu yang telah ia berikan untuk perusahaan atau bosnya.
Alex mulai menyalakan mesin mobilnya dan mengendarai ke tempat yang tertera pada undangan yang ada di samping kursinya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke hotel itu, karena kebetulan salon yang ia datangi tadi tak jauh dari wilayah itu.
Alex memberhentikan mobilnya tepat di depan lobby, karena selanjutnya mobil itu akan dibawakan oleh petugas hotel. Sedangkan Bilqis, sedari tadi memperhatikan orang yang sudah keluar dari mobil di depannya. Tidak ada wanita yang tak terlihat cantik. Semua pria dan wanita yang berlalu lalang masuk ke dalam sana memiliki style yang sama dengan dirinya dan Alex.
“Ayo!” ucap Alex dengan mengulurkan tangannya di depan Bilqis. Tanpa ia sadari ternyata pintu mobil itu sudah dibuka oleh Alex.
Bilqis pun tersenyum dan menerima uluran tangan itu. Hah, malam ini Bilqis seperti putri Sofia. Namun dalam versi dewasa. Ia seperti seorang putri yang disambut oleh pangerannya.
Alex kembali mengaitkan lengan Bilqis pada lengannya. Saat mereka memasuki hotel, mereka berpapasan dengan tamu yang tidak Alex kenal dekat, tapi mereka cukup kenal wajah. Alex pun tersenyum pada pria paruh baya yang juga menggandeng pasangannya dan Bilqis ikut tersenyum pada pasangan itu saat melihat mata Alex yang tertuju ke sana. pasangan paruh baya itu pun ikut tersenyum dan menunduk sedikit sebagai mimik yang mengisyaratkan mereka akan jalan lebih dulu.
Alex dan Bilqis berjalan di belakang pasangan itu. Namun, tiba-tiba Bilqis menghentakkan lengannya yang berada di lengan Alex, agar pria itu menghentikan langkahnya.
“Kenapa?” tanya Alex.
“Tali sepatu sandalku, sepertinya copot,” jawab Bilqis sembari melihat ke arah kakinya.
Benar saja, ternyata tali belakang sepatu sandal berhak tinggi dengan warna gold yang menempel di kaki Bilqis terlepas.
Alex pun langsung berjongkok.
“Sir, mau apa?” tanya Bilqis yang meminta Alex untuk seger bangun.
Alex mendongak. “Tentu saja memasang lagi tali ini.”
“Tidak perlu.” Bilqis langsung menarik kakinya. “Biar saya aja, Sir. Saya hanya butuh kursi untuk duduk.”
“Ck. Terlalu lama. Sini!” Alex yang tidak sabaran pun langsung menarik kaki Bilqis.
“Ah.” Bilqis tersentak dan terpaksa memegang bahu Alex.
Sungguh, ia merasa tidak enak karena pria yang merupakan pemilik perusahaan tempatnya bekerja malah tengah berjongkok memasangkan tali sepatu sandalnya.
“Sudah.” Alex kembali berdiri. Kali ini ia tidak mengambil kesempatan, mengingat cukup banyak orang berlalu lalang di sini.
“Alex,” teriak pria yang sudah berada di dalam lobby.
Alex pun menoleh. “Hei, Jhon.”
Jhon dan pasangannya langsung menghampiri Alex dan Bilqis. Wanita yang dibawa Jhon bukan sosok orang asing untuk Bilqis, karena dia adalah Tina, sekretaris Jhon, sahabat Alex yang juga rekan sejawat sesama sekretaris senior di kantor Alex. Dan, Tina sudah melihat Alex bersama Bilqis sejak pria itu berjongkok memasangkan tali sepatu sandal untuk temannya itu.
Tina pun tersenyum ke arah Bilqis dengan senyum yang sulit diartikan. “Wah kamu cantik sekali, Qis.”
“Ini sekretarismu yang baru?” tanya Jhon yang tidak mengenali Bilqis, karena mereka memang tidak pernah berinteraksi lama saat dikantor.
Bilqis dan Jhon tidak pernah terlibat dalam pekerjaan bersama sehingga mereka hanya mengenal sekilas.
“Ini Bilqis, sebelumnya sekretaris Pak Dion Operasional,” jawab Tina.
“Dan, sejak dua bulan lalu dia sekretarisku,” sahut Alex.
“Waw. Ini Bilqis sekretaris Dion OPS? Aku sampai tidak mengenalimu. Ya, kau sangat cantik,” ucap Jhon dengan mata yang terus menatap Bilqis.
“Ayo, Qis!” Tina menggandeng Bilqis dan membiarkan Alex bersama Jhon.
Jhon tersenyum pada Alex. “Ternyata bukan hanya aku yang memiliki skandal. Kau juga.”
Alex menoleh ke arah sahabatnya. “Dia bukan Tina. Aku belum menyentuhnya, hanya sedikit.”
Jhon tertawa. “Mengapa belum?”
“Karena aku tidak sepertimu,” jawab Alex santai.
“Apa kau yakin?” tanya Jhon yang melirik ke bagina bawah tubuh Alex. “Tapi sepertinya bagian itu sudah mengembang sejak tadi, benarkah?”
Alex ikut melihat ke bagian bawah tubuhnya yang ditutupi resleting. “Ah, si*l. ternyata dia masih belum tidur, padahal sudah aku atur supaya tidur.”
Jhon kembali tertawa. Kali ini ia tidak bisa menahan tawanya. Hal itu membuat dua wanita yang berjalan di depan mereka pun menoleh ke belakang sekilas.
“Mereka ngetawain apa sih, Tin?” tanya Bilqis berbisik setelah pandangan mereka kembali ke depan.
Tina mengangkat bahunya. “Ga tahu.”
Lalu, Tina tiba-tiba memegang dada Bilqis. “Sepertinya jantungmu berdebar kencang.”
“Jangan ditanya! sudah sejak siang seperti ini,” sahut Bilqis polos.
Tina tertawa dan kembali berbisik. “Berarti aku harus rela kehilangan sebagian tabunganku untuk akomodasimu nanti.”
Bilqis pun nyengir dan manaikturunkan alisnya tepat di depan wajah Tina yang terlihat sedih karena akan kalah taruhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
💐Tari Nyonya Sibuea💐
ksh obat tdr lex🤣🤣
2024-05-03
0
putia salim
selamat bilqis km bkalan menang taruhan plus dpt duren tajir melintir🤭
2023-06-07
3
Sri indrawati
Cerdas bilqis👍👍 jdi cewe itu emang harus Realistis
2023-05-21
1