Kring
Suara telepon di meja Bilqis berdering dan segera wanita itu mengangkat alat komunikasi berwarna putih itu.
“Ke ruanganku, sekarang!”
Blep
Sambungan telepon itu langsung terputus. Bilqis belum bersuara sepatah kata pun, suara orang di sana sudah tidak ada lagi.
Bilqis menarik nafasnya kasar dan bangkit dari kursi. Ia berjalan mendekati pintu ruangan Alex dan membukanya perlahan. Sedangkan Alex, di dalam sana sudah melihat ke arah Bilqis.
“Ini berkas apa?” tanya Alex sembari melempar berkas ke arah Bilqis.
Bilqis meraih kertas itu dan membacanya. “Tender dari PT. Angkasa, Sir.”
“Kau lihat. Di sini kumpulan berkas milik PT. Dwijaya.” Alex memperlihatkan map tebal dengan nama perusahaan yang ia sebutkan itu. “Aku tadi sudah memintamu untuk memilih berkas sesuai dengan nama tendernya. Dan kau memasukkan nama perusahaan di tempat perusahaan yang berbeda. bagaimana ini akan diteruskan. Berkas ini terselip dan jika tidak ada yang meneruskan, itu karenamu. Mengerti!”
Bilqis menunduk sembari nyengir merutuki kesalahannya. Entah mengapa ia bisa seceroboh itu sehingga ada berkas dari perusahaan lain masuk ke dalam nama perusahaan berbeda. padahal, tadi ia sudah sangat teliti dan jeli memilah berkas-berkas itu.
“Sorry, Sir,” jawab Bilqis memelas.
Alex menatap wanita yang sedang berdiri di hadapannya. Hari pertama, Bilqis melakukan kesalahan dengan mencicipi kopi untuknya. Lalu di hari kedua, Bilqis kembali membuat kesalahan dengan menginformasikan ke bagian operasional keputusan yang sudah Alex batalkan sehingga terjadi mis komunikasi antara CEO dan operasional. Kemudian di hari ini, hari ketiga, Bilqis kembali melakukan kesalahan dengan memasukkan berkas ke tempat yang bukan pada tempatnya, sehingga berkas itu pun terselip dan tidak terproses.
Bilqis yang sedang menunduk mencoba melirikkan matanya ke atas untuk melihat ke arah Alex, karena cukup lama pria itu hanya menatapnya. Namun, Bilqis kembali menunduk karena ternyata perasaannya benar. Saat ini, Alex hanya menatapnya tanpa kata.
Alex menyandarkan tubuhnya apda bahu kursi kebesarannya itu sembari memainkan pulpen. “Menurut informasi, kau adalah sekretaris handal. Dion banyak memujimu. Tapi mana? Selama tiga hari kau terus melakukan kesalahan. Apa kau bisa bekerja?”
Bilqis langsung mengangkat kepalanya dan mengangguk. “Bisa, Sir. saya bisa bekerja.”
Kini, Alex memajukan tubuhnya dan menyangga dagunya di tangan kanan yang ia letakkan di atas meja. “Kalau begitu tunjukkan. Tunjukkan kemampuanmu pada saya.”
Jantung Bilqis dag dig dug. Ia tak tahan dengan tatapan Alex. Duda itu begitu mempesona. “Oh my God.” Hati Bilqis menjerit.
Bilqis masih mematung di tempatnya.
“Hei,” panggil Alex pada Bilqis.
“Ya, Sir.”
“Cepat kembali ke mejamu. Buat apa masih berdiri terus di sana,” ucap Alex ketus.
Bilqis pun mengagguk dan meninggalkan ruangan itu. Namun, Alex kembali memanggil Bilqis.
“Hei,” panggil Alex lagi, membuat Bilqis menoleh.
“Berkas itu kau biarkan ada di atas mejaku?” tanya Alex sembari menatap berkas yang membuat wanita itu kembali dimarahi.
“Oh, ya. Maaf Sir, lupa.” Bilqis kembali berjalan ke arah Alex dan mengambil berkas itu.
Alex terus memperhatikan sekretarisnya. Sekilas, semua yang ada di diri Bilqis memang sama seperti apa yang mendiang istrinya miliki. Tapi satu yang tidak sama, yaitu kepribadiannya.
“Tunggu!” Alex kembali memanggil, membuat langkah Bilqis yang hendak keluar pun terhenti.
“Ya, Sir.”
“Besok pagi-pagi, temani saya ke PT Dwijaya,” kata Alex dengan suara yang tidak lagi ketus.
“Memang tidak bersama Pak Bima, Sir?” tanya Bilqis.
Namun yang ditanya tidak menjawab dan malah tetap menatap sekretarisnya.
Malihat ekspresi itu, Bilqis langsung mengagguk. “Ya, Sir. saya siap. Besok saya akan datang pagi-pagi.”
“Hm,” jawab Alex irit.
Bilqis pun kembali keluar dari ruangan itu sembai mengurut dadanya. “Oh, ya ampun. Mimpi apa gue ketemu bos kek gini.”
****
Bilqis berlari menuju ruangannya. Ia janji akan datang pukul tujuh, tapi saat ini waktu menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit.
“Haduh, telat lima belas menit lagi,” gumam Bilqis di sela langkah kakinya yang terburu-buru sembari menunduk melihat waktu di jam digital yang menempel pada lengan kirinya.
Bugh
Tanpa Bilqis sadari, ia menubruk dada orang. Bilqis pun mengangkat wajahnya dan melihat pemilik tubuh yang berdiri di depannya. Ia pun nyengir.
“Sorry, Sir.”
“Apa hobbymu menabrak orang?” tanya Alex.
“Sir, berdiri di tengah jalan,” jawab Bilqis.
“Jadi kau menyalahkanku?” tanya Alex lagi, membuat Bilqis menggeleng.
Tanpa berkata lagi, Alex langsung melewati Bilqis dan berjalan lebih dulu. Sedangkan Bilqis masih diam di tempat membuat Alex kembali menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
“Hei, kenapa masih di situ?” tanya Alex kesal. “Ayo berangkat!”
“Ke mana, Sir?” tanya Bilqis yang kemudian berlari mendekati Alex.
“Ke rumahmu untuk melamar.”
Sontak Bilqis melongo.
“Ya, ke PT. Dwijaya. Bukan kah kemarin aku sudah bilang?” kata Alex lagi.
“Oh.” Bilqis membulatkan bibirnya dan Alex kembali membalikkan tubuhnya menlanjutkan jalan sembari menggelengkan kepala.
Di belakang Alex, Bilqis tampak senyum-senyum sendiri. Ia membayangkan jika perkataan Alex tadi itu terjadi. Apa jadinya jika dirinya benar-benar di lamar duda tampan ini?
Bilqis mengikuti langkah Alex dari belakang. Kedua masuk ke dalam lift saat pintu lift terbuka. Kini, Bilqis memasuki lift khusus CEO. Lift yang sebelumnya tidak pernah ia gunakan karena biasanya Bilqis menggunakan lift khusus karyawan saja.
Di dalam lift, Bilqis hanya berdua dengan Alex. Lantai enam menuju basement terasa lambat. Apalagi ketika di depannya dihadapkan sesosok duda tampan. Walau killer, tapi Alex tetaplah pria tampan mempesona.
Bilqis memainkan poselnya untuk menghilangkan kecanggungan saat mereka berada berdua dalam satu ruangan kecil. Alex pun memperhatikan sekretarisnya.
“Saat sedang bekerja, jangan gunakan ponselmu terus menerus!” kata Alex dingin.
Bilqis pun menoleh dan langsung memasukkan ponselnya ke tas. “Maaf.”
Alex menggeleng. “Sejak kemarin, kata-katamu tidak pernah jauh dari Maaf dan sory.”
Tring
Pintu lift terbuka tepat di basemen. Alex pun langsung keluar setelah mengatakan hal pedas itu pada Bilqis. Entahlah, Bilqis pun merasa bahwa akhir-akhir ini ia sering melakukan kesalahan dalam bekerja. Apa ia tidak bisa bekerja? Tapi saat bersama Dion, ia tidak pernah melakukan kesalahan seperti ini.
Apa semua ini karena Alex? Pria tampan itu menganggu konsentrasinya. Bilqis tiba-tiba bodoh di depan pria itu.
Di basemen, Alex langsung membuka pintu mobil belakag dan duduk di kursi penumpang belakang. Mobilnya sudah siap dikendarai oleh sopir perusahaan. Lalu, Bilqis berinisiatif untuk membuka pintu penumpang depan dan berniat duduk di samping sopir.
Alex membuka kaca jendelanya. “Duduk bersamaku.”
Bilqis mengernyitkan dahi dan kembali menutup pintu yang semula ia buka. Alex membuka pintu itu dari dalam dan meminta Bilqis untuk duduk bersamanya.
Hah, jantung Bilqis semakin dag dig dug. Apalagi kini mereka duduk sangat dekat. Bahkan paha Alex sesekali menyentuh paha Bilqis ketika mobil berbelok ke kanan atau kiri.
“Ini benar-benar godaan.” Bilqis merutuki posisinya saat ini.
Sementara Alex terlihat santai dan biasa saja. Menyebalkan, bukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Rahmi Mamimima
🤣🤣🤣
2025-03-17
0
Ariesta 💜
Hahaahaa... Lucu ne si bilqis...
2024-10-22
0
Ayuna Kamelia
tp klo suka gara² masa lalu kesian bilqis jd pelampiasan
2024-01-01
1