Bilqis mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja sembari satu tangannya lagi menyangga dagunya. Ia memikirkan perkataan Dion tentang dirinya yang akan dipindahkan. Bukan dipindahkan ke posisi rendah tapi justru ia dipindakan ke posisi atas atau naik jabatan menjadi sekretaris CEO.
“Qis,” panggil Tina, rekan sejawat yang menjadi sekretaris Jhon, manajer marketing sekaligus teman baik Alex.
Tapi Tina bukan hanya sekedar sekretaris biasa, melainkan teman ranjang si bos yang memang memiliki hasrat seksual tinggi, mengingat Jhon adalah warga negara asing yang kebetulan teman kuliah Alex.
Alex mempercayakan design marketing pada Jhon karena pria itu memiliki imajinasi yang tinggi. Setiap karya yang dihasilkan mampu menarik minat klien sehingga banyak tender besar mereka dapatkan.
“Qis, katanya kamu naik jabatan ya?” tanya Tina yang sudah berdiri di samping kursi kerja Bilqis.
Bilqis mengangguk.
“Jadi sekretarisnya CEO?” tanya Tina lagi.
Bilqis kembali hanya menganggukkan kepala tanpa ekspresi bahagia.
Pada dasarnya Tina adalah gadis yang baik. hanya saja ia mudah luluh oleh godaan Jhon. Ia terlalu bodoh hingga mau menyerahkan kehormatannya pada pria bule itu. Pria bule yang mungkin hanya suka mempermainkan tubuh itu saja.
“Kok kamu keliatan ga seneng sih?” Tina kembali bertanya.
“Gimana mau seneng? Kamu tahu kan CEO kita kaya apa? Dia terkenal killer,” jawab Bilqis horor.
Tina langsung tertawa. “Tenang, dulu juga Jhon seperti itu. mereka sebelas dua belas. Kamu pasti bisa menaklukkan dia.”
Tina sudah terbiasa memanggil bosnya dengan hanya nama tanpa embel-embel pak di depannya.
Bilqis melirik Tina dan memutar bola matanya mala. “Tapi aku ga seperti kamu ya.”
Tina tertawa. “Habis enak sih.”
Wanita itu pun meluyur pergi.
“Dasar gila! Stres lu, Tin.” Bilqis mengumpat yang hanya dijawab dengan tawa dari Tina.
“Huft … temen gue yang bener emang cuma Alana doang. Tapi sayang dia udah resign,” gumam Bilqis.
“Qis,” panggil Dion dari balik pintu ruangannya.
“Ya, Pak.” Bilqis langsung menoleh ke sumber suara itu.
“Sir Alex memanggilmu. Dia memintamu untuk ke ruangannya.”
Bilqis langsug mengernyitkan dahi. “Sekarang, Pak?”
“Ngga, tahun depan,” jawab Dion.
“Ih, bapak. Saya serius,” sahut Bilqis cemberut.
“Saya juga serius. Pake tanya lagi, ya sekarang lah.”
“Iya, Pak.” Bilqis langsung berdiri dan segera melangkahkan kaki menuju lift.
Jantungnya dag dig dug karena ini adalah kali pertama ia bertatap muka langsung dengan duda tampan itu.
“Relaks, Qis. Tenang!” Sepanjang jalan menuju ruangan Alex, Bilqis terus mengurut dadanya dan berusaha menetralkan jantungnya yang terpacu cepat, hingga ia tiba di depan pintu ruangan CEO.
Bilqis menarik nafasnya. Ia kembali menetralkan jantungnya. Cukup lama Bilqis berdiri di depan pintu itu hingga saat ia memegang handle pintu, pintu itu pun terbuka.
Dug
Kepala Bilqis menyundul dada bidang pemilik ruangan itu.
“Ups, maaf Sir.” Bilqis tersenyum getir sembari mendongakkan kepalanya.
Alex pun hanya berdiri tegap dan tak menjawab. Lalu, pria itu kembali masuk dan berjalan menuju kursi kebesarannya itu. Bilqis pun mengikuti langkah itu dan ikut masuk ke dalam ruangan, tapi saat menuju kursi yang ada di depan meja si Bos, Bilqis malah tersandung.
“Aww …” pekiknya yang hampir saja tersungkur ke lantai.
Alex yang hendak duduk di kursinya pun, hendak menghampiri Bilqis untuk menahan tubuh Bilqis agar tidak tersungkur ke lantai, tapi akhirnya Bilqis dapat menyeimbangkan tubuhnya sehingga Alex pun tidak menghampiri wanita itu.
“Ah, kau ceroboh sekali,” ujar Alex menggelengkan kepala dengan wajah datarnya.
“Maaf, Sir.” Bilqis tersenyum malu. Sungguh kesan pertama yang buruk. Bilqis pun merutuki itu.
Alex duduk di kursinya. “Ada apa ke ruanganku?”
“Hah! Ada apa?”
“Hei, aku bertanya padamu kenapa kamu bertanya lagi?” tanya Alex kesal.
“Hmm … tadi Pak Dion nyuruh saya ke ruangan Bapak. Memang ada apa?”
“Ah, ya. Saya lupa. Saya mau bilang kalau kamu yang akan menggantikan posisi sahabatmu. Bukankah dia rekomendasimu?”
Bilqis mengangguk. “Kalau begitu kamu harus bertanggung jawab menggantikan posisinya.”
“Tapi bukankah masih banyak sekretaris senior yang lebih kompeten dibanding saya, Sir?” tanya Bilqis polos.
“Jadi kau tidak mau?” Alex balik bertanya dengan tatapan mengintimidasi.
Bilqis langsung menggeleng, membuat Alex membulatkan matanya. Tapi seketika kepala Bilqis berubah menjadi mengangguk. “Mau, Sir. Mau.”
“Tenang saja gajimu akan dinaikkan seiring posisimu yang naik,” kata Alex lagi dengan melipat kakinya.
Bilqis mengangguk patuh dan menatap si Bos yang sedang menatapnya. “Oke dua hari lagi kamu pindah ke lantai ini.”
“Apa dua hari lagi?” tanya Bilqis.
Alex mengangguk. “Ya, rapihkan pekerjaanmu dengan Dion dan langsung berbenah ke sini.”
“Satu minggu, Sir. kasih saya waktu satu minggu untuk berbenah,” kata Bilqis nego.
Alex diam.
“Kalau begitu tiga hari,” kata Bilqis lagi dengan menaikkan tiga jarinya ke atas, tapi Alex tetap diam dan hanya menatapnya.
“Baiklah, dua hari,” kata Bilqis lemas dan sedikit menunduk.
Selain kakinya dilipat, keduatangan Alex pun dilipat di dada. “Ada lagi?” tanyanya.
Bilqis menggeleng. “kalau begitu keluar dari ruanganku dan kembali bekerja.”
“Ish dasar bos killer,” umpat Bilqis dalam hati sembari berdiri. “Baik Sir, saya permisi.”
Alex hanya menganggukkan kepala tanpa melihat ke arah Bilqis. Namun, setelah membalikkan tubuh untuk mendekati pintu dan meninggalkan ruangan ini justru Alex melihat ke arah punggung itu. tapi ia kembali meluruskan pandangannya saat Bilqis membalikan tubuh untuk menutup pintu. Bilqis melihat wajah arogan itu sedang tidak melihatnya padahal ia hendak berpamitan sekali lagi.
Sepanjang jalan, Bilqis mengumpat. Ia tidak bisa membayangkan memiliki bos seperti Alex. Ia memang senang gajinya akan naik, tapi sepertinya adrenalinnya pun harus naik. Ia harus mempersiapkan mental untuk melalui hari-harinya sebagai sekretaris dari bos killer itu.
Di ruangan, Alex tersenyum mengingat tingkah polah Bilqis tadi. Walau wajahnya mirip dengan mendiang sang istri tapi kepribadiannya sangat berbeda. Anastasya elegan, lembut, dan tidak ceroboh. Tapi Bilqis sepertinya berbanding terbalik. Setiap kali bertemu dengan wanita yang mirip mendiang sang istri, ada saja kelakuan minus yang terjadi pada wanita itu. namun, hal itu membuatnya tersenyum.
“Bilqis Talitha,” gumam Alex menyebut nama wanita yang baru saja keluar dari ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
jas
asumsi aja lah jangn " bpk nya Anastasya BPK ny Bilqis jga
2025-03-02
0
Dwi Hartati
aduuuhhh kan saking groginya.... malah jadi jatuh
2023-10-17
2
Eka Suryati
Dimaafkan 🤭😀
2023-08-30
0