Alex menunduk untuk mengambil ponsel Bilqis yang jatuh di bawah kaki Bilqis sendiri. Kepala Alex persi berada di atas kedua paha Bilqis ang saat ini tengah memakai rok sepan selutut. Dan tanpa Alex sadari, kepala itu pun sengaja ia tempelkan seperti sedang tertidur dipangkuan Bilqis.
Bilqis semakin gelisah dan jantungnya pun semakin berdetak tak karuan. Demi keselamatan bersama, Ia memelankan laju kendaraan yang sedang dikendarai. Bilqis sengaja mengambil lajur paling kiri karena ia mengurangi kecepatan di jalan bebas hambatan itu.
Bilqis dapat merasakan kepala Alex yang tengah terbaring di pangkuannya.
“Nah, ini dia,” kata Alex riang saat tangannya meraih benda pintar milik sang sekretaris.
Tidak dipungkiri, jantung Alex pun ikut berdetak kencang. Setelah tiga tahun menduda, baru kali ini kepalanya berada di pangkuan wanita lagi. sebelumnya, ia pun sering melakukan itu pada mendiang sang istri. Apalagi jika pulang kerja dan dalam keadaan lelah, Alex selalu menjadikan kedua paha istrinya sebagai bantal saat merebahkan tubuhnya di sofa.
Sebenarnya sedari tadi, ia sudah menemukan benda itu. hanya saja ia sengaja sedikit mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di pangkuan Bilqis.
“Ini ponselmu!” Alex bangkit dan menunjukkan benda pintar itu ke arah bilqis. Lalu, meletakkan di samping kursi yng diduduki wanita itu “Lain kali, jangan pegang hape saat menyetir!”
Bilqis pun melirik ke arah Alex dan menganggukkan kepalanya.
“Good.”
Bilqis kembali beralih pada jalan dan mulai menambah kecepatan dengan mengambil jalur kanan. Sedangkan Alex mengalihkan pandangan ke arah jendela sembari tersenyum dan melipat kedua tangannya di dada. Ia merutuki kegilaannya yang sengaja mengambil kesempatan dalam kesempitan pada sekretarisnya tadi.
Selang dua puluh menit kemudian, mereka keluar dari jalur bebas hambatan itu. Alex dan Bilqis mulai memasuki komplek ruko medaterania tempat butik itu berada.
Gajluk
"Aww ..." pekik Alex saat tiba-tiba kepalanya terbentur daskboard.
"Aww … Sorry Sir.” Bilqis melirik ke arah bosnya dan hendak ingin tertawa. Namun di sana, Alex langsung membulatkan matanya.
“Apa kamu tidak lihat ada polisi tidur?”
Bilqis nyengir. “Sorry, Sir. ga keliatan. Sumpah!”
Bilqis mengangkat kedua tangannya ke atas.
“Alasan,” kata Alex kesal sembari meluruskan pandangannya kembali, tapi ia tetap memegang dahinya. Sepertinya benturan itu cukup keras karena suara yang ditimbulkannya pun cukup nyaring.
Di samping Alex, Bilqis hanya menahan senyum. “Sukurin,” umpatnya dalam hati.
“Jangan senyam-senyum!” kata Alex dengan pandangan tetap ke depan, tanpa menoleh ke arah Bilqis. “Jika ada polisi tidur lagi dan kamu tidak pelan-pelan, maka …”
Gajluk
Jedug
“Sorry.” Bilqis langsung nyengir dengan mimik wajah yang takut akan kemarahan sang bos.
Alex benar-benar terlihat akan marah. Namun, ia menahannya.
“Bilqis …”
Tak berapa lama, akhirnya mobil itu menepi atas perintah sang bos. Alex memerintahkan Bilqis untuk bertukar posisi. Kali ini, Alex yang memegang kendali setir. Walau perjalanan mereka sudah sangat dekat dengan lokasi yang dituju, tapi berhubung jalan yang banyak polisi tidur, Alex tidak ingin kepalanya terus terbentur karena kecerobohan Bilqis yang langsung menghantam jalan yang sengaja dibuat menonjol agar pengendara jalan di sana memelankan laju kendaraannya saat berada di dalam komplek pertokoan itu.
Bilqis merasakan cara mengemudi Alex yang tenang dan berhati-hati.
“Wah, bawa mobilnya enak, Sir,” kata Bilqis membuat Alex menoleh. “Coba dari tadi, Sir saja yang bawa mobil ini.”
Alex mendelik lagi. “Terus kamu bisa tidur? Enak saja.”
Bilqis memonyongkan bibirnya. Sang bos memang tidak pernah memberinya kelonggaran. Bilqis selalu dibuat sibuk dan tidak boleh menganggur.
“Mentang-mentang gue digaji sama dia, semena-mena amat ya nih orang,” kata Bilqis dalam hati sembari menatap Alex.
“Apa?” tanya Alex dengan melirik lagi ke arah Bilqis saat pandangannya kembali lurus ke depan. “Pasti dalam hatimu sedang mengumpatku kan?”
“Ish, ini bos udah kaya jin botol. Tahu aja isi hati gue,” kata Bilqis dengan melirik ke arah Alex tanpa bersuara.
Alex pun menggelengkan kepala dan kembali menyetir hingga tiba di tempat tujuan.
Tepat sebelum sampai ke pintu, Alex yang semula berjalan lebih dulu memilih menahan langkahnya untuk menunggu Bilqis yang tertinggal di belakang. Ia pun meminta Bilqis untuk berjalan di depannya.
Petuga yang berada di depan pintu pun langsung membukakan pintu itu. Bilqis lebih dulu masuk ke dalam butik diiringi oleh Alex yang berada dekat dibelakang. Kedatangan mereka langsung disambut hangat oleh pemilik butik.
“Halo, Sir Alex. Dari tadi saya sudah menunggu anda.” Wanita paruh baya dengan sanggul rapi dan baju kebaya ala betawi itu menghampiri. Lesung pipi serta mata sipit dankulit putihnya menggambarkan bahwa wanita itu juga keturunan tionghoa.
“Aku membawa wanitaku. Anda bisa mencobakan gaunnya langsung padanya.”
Sontak mata Bilqis membulat saat Alex memperkenalkan dirinya pada wanita paruh baya itu dengan sebutan wanitaku.
Wanita paruh baya yang dipanggil Miss Fang oleh asistennya pun tersenyum.
“Jadi dia pacarmu,” ledeknya.
Alex hanya diam. Sementara Bilqis memasang wajah bingung.
“Ini Miss gaunnya,” ujar wanita muda menghampiri pemilik butik itu.
“Nah, ini dia gaun yang sudah saya siapkan untuk pacarmu.”
Miss Fang menyerahkan gaun itu pada Alex. Namun Alex meminta Bilqis untuk mengambil gaun itu sehingga Bilqis pun menerima gaun itu dari tangan Miss Fang.
“Silahkan dicoba di ruang fitting sebelah sana.” Wanita paruh baya itu menunjukkan ruangan fitting di pojokan yang cukup jauh dari area para petugas dan gaun yang dipajang sempurna di depan.
Alex mengangguk dan meraih pinggang Bilqis untuk menuju ruang fitting bersama-sama. Bilqis pun bingung dan melihat ke arah tangan Alex yang sedang memeluk pinggangnya. Sontak, ia memberi tatapan aneh pada Alex.
“Apa?” tanya Alex seolah apa yang ia lakukan bukanlah sebuah dosa.
“Tangannya, Sir. Sepertinya salah menempatkan tangan,” kata Bilqis hati-hati.
“Kalau tanganku ingin dipinggangmu memang kenapa? Ada yang marah? Tidak kan?”
Bilqis kembali mendengus kesal.
“Lalu, itu tadi apa?” tanya Bilqis lagi.
“Apa?” Alex balik bertanya hingga mereka sudah tepat berdiri di ruang fitting.
“Wanitaku. Sir menyebut itu untukku?” tanya Bilqis sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajahnya sendiri.
“Ck. Hanya fomalitas, agar orang tidak banyak bertanya,” jawab Alex datar. Padahal sepertinya ia tidak menolak jika status itu benar.
Lalu, Alex menatap Bilqis yang masih menatapnya. “Kenapa? Apa kamu memang mau menjadi wanitaku sungguhan? Atau jangan-jangan kamu memang berharap menjadi pacarku?”
Bilqis langsung bergidik ngeri dan segera meninggalkan Alex tanpa kata. Wanita itu langsung membuka pintu ruang fitting dan menutup sempurna pintu itu dengan kencang hingga hempasan angin pun menerpa Alex yang masih berdiri di depannya.
Alex tersenyum geli melihat ekspresi itu. Ia pun ikut membuka ruangan yang berdampingan dengan ruangan Bilqis.
Lima belas menit kemudian, Alex keluar dari ruang fitting. Pria itu semakin terlihat tampan dan gagah dengan setelan jas formal yang membalut tubuh atletisnya. Kemudian, Alex menunggu Bilqis yang tak kunjung keluar dari ruangan yang wanita itu masuki tadi.
Alex pun duduk di sofa empuk yang tersedia di depan ruang fitting sembari melihat arlojinya. Sudah hampir sepuluh menit berlalu sejak Alex keluar dari bilik, namun Bilqis belum juga keluar dari tempatnya.
Tak suka menunggu lama, Alex pun berdiri dan menghampiri ruang fitting yang ditempati Bilqis.
“Qis, apa kau sudah selesai?” tanyanya sembari mengetuk pintu itu.
“Belum, sebentar lagi,” jawab Bilqis dengan nada sedikit berteriak.
Bilqis agak kesusahan dengan gaun yang ia kenakan itu. Gaun panjang tanpa lengan dengan lingkaran leher berbentuk V itu memiliki resleting belakang yang cukup panjang, hingga ia kesusahan untuk menutupnya.
"Cepatlah, Qis. kau lama sekali," ucap Alex lagi.
“Iya, sebentar,” sahut Bilqis dengan nada yang sedang kesulitan.
“Apa kamu butuh bantuan?” tanya Alex dengan menempelkan telinganya pada pintu. “Jika butuh bantuan, bukalah pintunya! Aku akan membantumu.”
Mendengar perkataan Alex, Bilqis pun menurut, karena jika tidak ia pasti akan memakan waktu yang tidak tahu sampai kapan di dalam sini.
Ceklek
Bilqis pun membuka pintunya. Seketika, Alex terpesona pada pemandangan di depannya. Bilqis terlihat anggung mengenakan gaun panjang itu. Lengan panjang Bilqis yang putih mulus itu terekspos, juga lehernya yang jenjang.
“Ekhem.” Alex berusaha menetralkan pandangan dengan berpura-pura membenarkan dasi kupu-kupunya.
“Kenapa lama sekali?” tanyanya.
“Sorry, Sir. Saya kesusahan menaikan ini.” Bilqis langsung membalikkan tubuhnya.
Sontak, Alex melangkah maju ke dalam ruang itu dan menutup pintu dengan sempurna. Ia tidak ingin keindahakn punggung mulus Bilqis terlihat oleh orang lain.
Keduanya berdiri berdekatan. Alex berada tepat dibelakang Bilqis. Sedangkan dari balik tubuh Alex, Bilqis pun memejamkan matanya. Sebenarnya ia sangat malu dengan kondisi ini, mengingat panjang resleting itu dari punggung hingga pinggang, membuat Bilqis pun harus menahan kain di dadanya agar tidak melorot.
Alex menelan ludahnya kasar saat mendapati punggung Bilqis yang terbuka. Perlahan tangannya meraih releting itu. Bilqis dapat merasakan kedua tangan Alex berada di pinggang. Namun, sekian detik kemudian satu tangan itu justru beralih ke atas. Dengan gerakan slow motion, jemari Alex menelusuri panjangnya resleting itu dari punggung hingga pinggang.
Sedangkan si pemilik tubug mulus itu hanya merasakan sensasi jemari Alex sembari memejamkan mata. Ini pelecehan. Seharusnya Bilqis melawan dan memarahi sang bos, tapi entah mengapa ia hanya diam saja dan seperti menikmati sentuhan itu.
Lalu, tangan Alex sampai pada pinggang Bilqis dan meraih resleting jepang itu, kemudian menaikkannya hingga ke atas.
“Selesai,” ucap Alex dengan suara berat tepat di telinga Bilqis. Suara yang tidak seperti suaranya semula.
Alex menahan mati-matian hasrat yang ia pendam selama lebih dari tiga tahun. Sesuatu di balik celananya pun mulai mengembang. Dan itu semua karena Bilqis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Mei Saroha
adonan tepung lagi digoreng ya pasti ngembang 🎉
2024-04-26
1
Dwi Hartati
mulut tuh mulut sir Alex sadar kagak??? 🤣🤣🤣
2023-10-17
0
Dwi Hartati
gedubrak
2023-10-17
0