Bilqis menahan tawa saat melihat ekspresi Alex yang ketakutan campur geli melihat makhluk kecil berwarna coklat itu. Apalagi saat posisi pria itu duduk di atas meja dengan kaki sedikit terangkat.
“Mana, Sir?” tanya Bilqis pada Alex yang langsung berdiri dan mengikuti Bilqis dari belakang.
“Itu, Qis. Di situ kecoa nya. Tadi makhluk itu naik ke atas sepatuku.” Alex menunjuk pada makhluk kecil yang tak bergerak di samping kaki kursi tamu di depan Alex.
Pria itu tampak bergidik, membuat Bilqis sedikit menoleh ke belakang dan semakin tak kuasa menahan tawa. Namun, bibirnya tetap tertutup rapat agar tak terlihat bahwa dirinya ingin tertawa terbahak-bahak menemukan titik lemah dari bos killernya itu.
“Cepat keluarkan makhluk itu dari sini, Qis!” pinta Alex dengan mengikuti tubuh Bilqis yang sedang mencoba mendekati makhluk kecil itu.
“Ah, ini mah kecil, Sir. Tinggal di injak saja mati.” Bilqis menggeser kaki kursi perlahan dan hendak menginjak makhluk kecil berwarna coklat pekat itu.
“No!” teriak Alex membuat Bilqis pun menahan kaki yang sudah terangkat hingga sejajar dengan dada. “Makhluk ini mengandung banyak cacing halus di dalam perutnya. Jika kamu injak, maka semua cacing itu akan keluar dan hinggap di tubuh kita.”
“Benarkah?” tanya Bilqis tidak tahu sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu menurunkan kakinya lagi.
“Huft, ribet amat sih nih Bos. Ampun dah,” seru Bilqis di dalam hatinya.
“Oke, kalau begitu. Saya akan keluarkan makhluk itu dengan cara lain.” Bilqis mengambil dua helai tisu untuk menjadi alas pada tangannya yang akan mengambil makhluk yang ditakuti Alex.
“Hei, kau berani?” tanya Alex pada Bilqis yang kian menundukkan tubuhnya untuk mendekati kecoa itu.
“Kenapa takut?” Bilqis balik bertanya tanpa menoleh pada Alex. Wanita itu sedang sibuk fokus agar kecoa tadi tidak kabur dan bisa ia ambil segera.
“Makhluk itu menjijikkan,” sahut Alex.
“Biar bagaimana pun, makhluk ini ciptaan Tuhan,” jawab Bilqis asal. Namun, jawaban asal Bilqis membuat Alex terdiam.
“Semua ciptaanNya tidak ada yang tidak berguna.”
Hap
Bilqis berhasil mengakap kecoa itu dalam satu tangkapan.
“Makhluk ini adalah pendaur ulang yang profesional untuk bumi kita. Jika tidak ada dia, siapa yang akan memakan tumbuhan dan hewan yang mati atau kotoran makhluk lain?”
Sejenak Alex pun tertegun dengan penuturan Bilqis. Ia pun tersenyum bangga pada pemikiran wanita itu.
Bilqis berhasil membungkus makhluk kecil itu pada dua helai tisu yang ia gunakan untuk menangkapnya tadi. Namun, dua antena yang ada di tubuh makhluk itu tak tertutupi tisu, hingga gerakannya masih terlihat.
“Iiii ….” Bilqis sengaja mendekatkan mahkluk yang ada di genggamannya itu pada Alex yang berdiri mematung.
“Bilqis.” Alex pun membulatkan matanya.
Sontak Bilqis pun tertawa. Entah keberanian dari mana ia membully bos killernya itu dengan menyodorkan makhluk kecil itu pada wajahnya.
“Hahahaha … lagian Sir, badan besar takut sama kecoa.” Bilqis kembali meledek Alex, membuat pria itu kesal.
Dan yang lebih kesal lagi, Alex melihat wanita itu meledeknya tanpa rasa takut dan santai.
“Awas ya kamu, Qis.”
Alex cemberut sembari memberi peringatan pada sekretarisnya yang malah berlalu pergi tanpa permisi.
Bilqis tertawa puas setelah keluar dari ruangan itu. Akhirnya, ia bisa membalas perlakuan Alex yang sering semena-mena selama ini. Walau hanya balasan kecil berupa ledekan, tapi Bilqis cukup puas.
“Bilqis …” teriak lagi Alex dari dalam ruangannya. Sementara nama yang diteriaki itu, baru saja ingin mendaratkan b*k*ngnya di kursi.
“Ck, apalagi sih?” jawab Bilqis kesal dan kembali berdiri untuk menemui si bos.
“Ya, Sir.” dengan langkah cepat, Bilqis sudah berada di depan Alex.
“Ck. Lama sekali kamu,” ucap Alex ketus. Padahal belum ada satu detik, Bilgis sudah berdiri di depannya dan itu masih dibilang lama.
Bilqis pun menarik nafasnya kasar. “Apa masih ada kecoa lagi?”
Alex menatap Bilqis tajam. Namun, wanita yang ditatap hanya tersenyum manis sembari menahan tawa mengingat yang terjadi di ruangan ini sebelumnya.
“Kau meledekku?” tanya Alex, membuat Bilqis langsung menggeleng cepat.
“Tidak, Sir. mana saya berani.”
“Good,” jawab Alex yang kemudian memberikan Bilqis berkas.
“Antarkan berkas ini pada Bimo.”
Bilqis mengambil berkas itu dan menggangguk. “Baik.”
Lalu, Bilqis pun segera membalikkan tubuhnya untuk keluar.
“Hei, aku belum menyuruhmu pergi,” ucap Alex membuat Bilqis kembali pada tempatnya.
“Sorry, Sir,” jawab Bilqis dan kembali berdiri di depan Alex.
“Well, sore ini saya tidak ada jadwal bertemu klien kan?” tanya Alex dengan gaya duduk khasnya, melipat kaki dan memainkan ballpoint.
Bilqis menggeleng. “Tidak ada.”
“Siangnya pun tidak ada?” tanya Alex lagi.
“Hm. Tidak ada, Sir. Jumat ini, Sir tidak ada agenda keluar kantor.”
“Oke, kalau begitu persiapkan dirimu. Kita akan ke butik sekarang,” sahut Alex dengan semangat, langsung bangkit dari kursinya.
“Sekarang? Ke butik?” tanya Bilqis bingung.
“Ya, seperti yang saya bilang sebelumnya, saya mengajakmu ke hotel xxx. Apa kau lupa?”
“No … No … No … saya masih banyak pekerjaan, Sir.” Bilqis masih mencoba menolak.
Alex menyipitkan matanya tanpa bertanya apa sekretarisnya itu berani menolak? Dan, Bilqis mengerti tatapan yang mengisyaratkan pertanyaan itu.
“Ba-baik, Sir. Oke,” jawab Bilqis pasrah.
Alex pun menyerinai. “Good. Saya tunggu sepuluh menit di basement.”
Bilqis hanya bisa mengangguk. Namun, ia masih tetap berdiri dan belum beranjak keluar dari ruangan itu. Bilqis masih bingung dengan ajakan sang bos, karena jujur ia tak pernah datang ke acara pernikahan bersama lawan jenis, walau di antara mereka hanya hubungan kerja dan bukan hubungan sepasang kekasih. Namun, tetap saja Bilqis merasa canggung.
“Kamu masih berdiri di sini? Ayo cepat, bereskan mejamu! Waktumu sudah terbuang dua menit,” kata Alex sembari melihat arlojinya.
Bilqis pun tersentak dan segera pamit keluar dari ruangan itu.
Beberapa menit setelah Bilqis keluar dari ruangan Alex, Alex pun keluar dari ruangannya menuju basement. Agar tidak menjadi gunjingan para karyawan yang lain, Alex menunggu Bilqis di basement.
Langkah alex, berpapasan dengan Tina. Tina pun menundukkan sebagian tubuhnya saat sang CEO iu melintas. Tina yang berniat menghampiri Bilqis setelah ke ruang foto copi pun berlari ke meja itu.
“Qis, bosmu keluar?” tanya Tina pada Bilqis yang sibuk berbenah.
“Iya,” jawab Bilqis santai.
“Kamu di ajak?” tanya Tina lagi.
“Iya, nih aku lagi beres-beres,” Jawab Bilqis lagi, hingga semua kertas yang berserak di atas meja itu kini bersih.
Kemudian, Bilqis menatap Tina. “Aku diajak Sir Alex kondangan nih, Tin. Gimana dong?”
Tina terkejut. “Seriusan?”
Bilqis menganggukkan kepalanya. “Serius, aku deg deg an nih.”
“Ah, demi apa?” tanya Tina tak percaya dengan wajah ceria, mengingat Alex adalah bos yang tak mudah didekati.
“Ck. Ya udah kalo ga percaya.” Bilqis mengabaikan Tina dan bergegas meninggalkan wanita itu untuk segera menuju lift karena waktu sudah lebih dari sepuluh menit. “Daah, Tin.”
“Eh, tunggu! Terus sekarang kamu mau kemana?” tanya Tina mengejar Bilqis.
“Butik, dia ngajak aku nyari gaun,” jawab bilqis membuat Tina tersenyum.
“Wah, sepertinya aku harus ngumpulin uang buat akomodasi kamu ke Labuan Bajo nih.”
Ah, Bilqis melupakan taruhannya pada Tina. Bibirnya pun menyungging senyum. Ia tertawa pada teman gilanya itu dengan menekan tombol terbuka saat sudah memasuki lift.
“Ya, sepertinya aku akan memenangkan taruhan itu.”
Tina pun tersenyum. “Let’s see!”
Bilqis ikut tersenyum dan menekan tombol tutup.
Di basement, Alex sudah memasuki mobil sedan mewahnya dan menunggu sang sekretaris yang belum juga terlihat batang hidungnya. Alex kembali melihat jam tangan, sekretarisnya itu sudah telat lima menit dari batas waktu yang ia berikan.
“Sorry Sir.” Bilqis langsung duduk di samping Alex yang duduk di kursi kemudi.
Alex pun membuka pintu mobilnya. “Karena kamu telat dan siang ini saya tidak menggunakan sopir, maka kamu yang kemudi.”
“Apa? Saya?” tanya Bilqis sembari menunjuk ujung hidungnya.
Alex tidak menjawab. Justru ia kembali memerintah. “Ayo bangun! Pindah posisi.”
Keduanya pun bangkit dari kursi mereka dan berpindah posisi. Mau tidak mau, Bilqis menerima hukuman itu, padahal ia hanya terlambat lima menit.
“Saya tahu, kau bisa menyetir kan?” kata Alex dengan mata mendelik ke arah Bilqis yang juga meliriknya dengan senyum menyeringai.
“Ah, saya ingin istirahat. Saya tidak bisa menyetir mobil di Jakarta. Terlalu padat,” kata Alex lagi dengan duduk santai dan meletakkan kedua tangannya di atas kepala.
“Sombong.” Bilqis membatin sembari mengerucutkan bibir dan Alex pun tersenyum melihat ekspresi itu.
Siapa suruh tadi Bilqis meledeknya yang takut pada kecoa. Now, Alex pun kembali berbuat semena-mena sebagai balasan.
Dret … Dret … Dret …
Di tengah kefokusan Bilqis yang sedang menyetir di tol. Ponsel yang ia letakkan di sebelahnya pun berdering. Alex melirik saat tangan Bilqis meraih ponselnya dengan tetap fokus menyetir. Sesekali ia juga melihat nama yang tertera di dalam layar itu.
“Abaikan telepon itu, kamu sedang menyetir,” ucap Alex mengingatkan.
Sekilas ia melihat nama sang Ibu yang tertera dalam ponsel itu. Namun, ia menuruti perkataan Alex dan mengabaikan panggilan itu sebentar, jika sudah tidak menyetir maka ia akan menelepon kembali sang Ibu.
Brak
Tiba-tiba ponsel yang semula ada di tangan Bilqis terjatuh di kolong kakinya.
“Yah, ponselku,” ucap Bilqis dengan mata yang sesekali melirik ke bawah dan jalan.
“Bilqis, fokus! Kau bisa membahayakan kita,” kata Alex.
“Tapi ponsel saya jatuh, Sir,” ucap Bilqis lirih sembari melihat ke arah Alex dan kolong kakinya.
“Fokus saja! Biar ponselmu, aku yang mengambil,” sahut Alex yang sudah siap membungkukkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada kedua paha Bilqis untuk melihat sisi bawah tempat kaki wanita itu menginjak pedal gas dan rem.
“Oh, si*l.” Bilqis membatin saat kepala Alex benar-benar berada di pangkuannya. Bahkan kepala itu menyentuh dua sisi pahanya.
Kini, mereka sangat dekat dan teramat dekat, membuat jantung Bilqis berdetak tak karuan.
“Ya, Tuhan. Kalau seperti ini, aku semakin tidak fokus,” jerit Bilqis dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Ismu Srifah
ayo kerjan aja bos kiler itu qis
2023-07-20
2
StAr 1086
kebalik tuh.....
2023-03-10
0
merti rusdi
Setuju. Termasuk ganja juga
2023-03-05
0