Acha hari ini sudah di perbolehkan pulang, mbok Lami kini tengah berberes barang-barang Acha. Sedangkan Acha tengah menggendong Iell yang entah mengapa rewel sejak tadi malam, padahal kemarin Iell baik-baik saja atau mungkin memang lagi pengin manja sama Acha.
"Non sudah semua, non Acha mau ikut mbok atau mau kemobil dulu?,"ucap mbok.
"Acha mau ke mobil aja mbok! Kasian Iell kayaknya gak nyaman di gendong, biar di baringin di mobil dulu."Ucap acha.
"Bunaaa"rengaek iell.
"Baik non! Mbok mau nebus obat non dulu."Ucap mbok Lami, mereka meninggalkan ruang rawat Acha yang sudah di tempatinya selama seminggu ini, Acha menuju mobil bersama Iell, di tengah jalan ia bertemu dengan Lala yang juga akan pulang hari ini.
"Eh, lo juga pulang hari ini Cha?"ucap Lala tiba-tiba di belakang Acha, sontak Acha menoleh dan melihat Lala juga dua orang paruh baya dan seorang pria muda yang memakai pakaian formal, sepertinya kakak Lala, batin acha.
"Oh? Iya lo juga pulang hari ini?."Jawab Acha seraya bertanya.
"Hemm, oh iya mah, pah, bang ini Acha teman Lala dan anak kecil ini adeknya."Ucap Lala memperkenalkan Acha pada mereka.
"Ahh, Acha om, tante"sapa Acha lalu menyalimi tangan dua orang paruh baya, dan tersenyum saat menyalimi tangan pemuda yang memakai pakaian formal itu.
"Oh temen Lala? cantiknya~ oh ya nama tante Riana ini om Ardi."Jawab tante riana.
"Dan, yang ini abangnya Kila namanya Vino."Ucapnya sambil memegang bahu sang putra, Acha hanya tersenyum menanggapi.
"Mau bareng gak Cha?"ucap lala.
"enggak La! gue lagi nunggu mbok nebus obat,"jawab Acha.
"Oh kalo gitu gue duluan ya"ucap lala"ayo mah, pah, bang, daaah Cha,"ucapnya lagi.
"Ayo nak Acha?"ucap mama Kila berpamitan, dan sang abang yang mengangguk sebagai tanda pamit duluan.
Sedangkan ayah Lala? Acha binggung karna sedari tadi ayah Lala terus saja memandang Acha, entah perasaan atau apa? Acha merasa kalo Acha familiar dengan om Ardi ayah Lala. entah lah ini perasaan pemilik tubuh atau memang perasaan Lala.
Tak lama, mbok Lami datang dan mereka memasuki mobil untuk pulang, mobil itu meninggalkan perkarangan rumah sakit, membelah jalanan ibu kota yang macet, dan sesekali suara klakson dari para pengendara mobil maupun motor. Sesekli Acha juga menenangkan Iell yang rewel, kenapa Acha tidak memeriksakan Iell tadi di rumah sakit? Karna keadaan seperti ini biasa terjadi ketika Iell kurang tidur atau memang lagi manja-manjanya sama Acha.
Tak berapa lama jalanan mulai renggang yang membuat Acha bernafas lega. Sedari tadi hawa di dalam mobil sangat panas walau ada AC, seperti saat kalian mengalami macet panjang lah seperti itu perasaan Acha sedari tadi.
Satu jam sudah Acha di dalam perjalanan padahal jarak dari rumah sakit dan rumah Acha hanya menempuh perjalanan paling tidak setengah jam'an, kini Acha tiba di sebuah perumahan elit di jakarta. Mobil itu berhenti di sebuah rumah bergaya eropa.
Memang Acha a.k.a Shasa pemilik asli tubuh yang di tempati Acha adalah keturunan orang eropa dari sang kakek buyut dan sedangkan rumah itu adalah rumah yang di tingglkan kakek buyut Shasa untuk para keturunannya, Shasa sendiri ia keturunan inggris-indo-cina.
Acha sampai di rumah Shasa alias rumah dirinya sekarang, ketika acha keluar dari mobil ia sudah di sambut dengan wanita paruh baya yang terlihat cantik. Itu adalah mbok Inah, kepala pelayan dan pengasuh Acha sejak kecil.
Acha sampai di depan pintu masuk rumah, sejenak Acha memandang beberapa bagian rumah dan melangkah masuk, saat Acha memasuki rumah itu Acha langsung bisa melihat ruang tamu yang luas, dan ruang bersantai yang langsung mengarah ke arah taman yang langsung memperlihatkan sebuah bangunan berlantai dua yang lebih besar dari bangunan Acha pijak saat ini, kata Shasa pemilik tubuh bangunan pertama yang Acha lewati tadi adalah khusus untuk tamu atau klaien papa Acha dulu, di bangunan itu hanya ada ruang tamu ruang santai ruang makan + dapur dan kamar penjaga.
Sedangkan ruang bersantai untuk belajar bersama saat Shasa kerja kelompok ,dan sedangkan di bangunan yang kedua meliputi kamar utama, kamar tamu, dan kamar mereka berdua lalu ada kamar para pelayan yang berada di belakangnya lagi ada ruang keluarga, ruang bersantai, ruang olahraga pribadi, ruang makan, dapur, dan taman kecil.
kaki Acha melangkah ke tempat bangunan itu, dan saat ia sampai Acha langsung bisa melihat beberapa pelayan yang lalu lalang sedang bersih-bersih. Mbok Lami menuntun acah ke sebuah ruangan yang berada di lantai dua sebuah kamar sederhana khas anak laki-laki 'ini pasti kamar Iell' dengan hati-hati Acha membaringkan Iell yang tengah tertidur ke kasur. 'Hem, lumayan dekorasinya dan tidak luas, bagaimana pun anak-anak jangan di tempatkan di kamar yang luas lebih baik ya seperti ini' batin acha.
Lalu kaki Acha berjalan keluar dan menuju ruangan di sebelah kamar iell. Acah membuka pintu itu lalu masuk memandang seluruh ruangan yang bercat abu-abu, lalu Acha berjalan menuju kasur dan berbaring sambil memikirkan beberapa rencana untuk kedepannya ia menjalani kehidupan sebagai Shasa bukan Acha lagi. Tak terasa, rasa kantuk datang dan Acha mulai menutup mata untuk istirahat dan menjelajah alam mimpi.
Sedangkan di tempat lain.
Lala sudah sampai di rumah barunya, rumah yang akan ia tempati sekarang sebagai Kila murid Sma yang centil, menurut Lala. Memang ya congor lala tuh harus di sekolahin dulu biar dapat ijasah lalu gak ngomong sembarangan.
Ketika Lala memasuki rumah mewah itu Lala samar-samar mendengar suara tawa seorang perempuan dari ruang tamu.
"Mah ... masa Lala dengar suara mba kunti,"ceplos Lala asal.
"Hah suara mba kunti? Kamu salah dengar kali."Bukan mama yang menjawab melainkan sang papah lah yang menjawab.
"Engak pah, Lala denger kok coba papa dengerin, kayaknya suaranya dari sana deh pah."Ucap Lala menunjuk ruang tamu.
"Haiss sayang, itu bukan mba kunti tapi suara temen abang kamu"ucap bunda.
"Ahh Lala kira suaranya mba kunti ternyata bukan toh! lagian suaranya kaya musang! Kekk kekk kekk kekk kekk gitu"ucap acha sambil menirukan suara pak rete yang ada di film ih serem.
"Mah, pah, bang, Lala ke kamar dulu. Capek, mau bobok"ucap acha.
"Iya sayang."Jawab mereka serempak.
Otomatis jika Lala mau kekamar ia harus melewati ruang tamu dulu di mana para human beban keluarga sedang berkumpul.
'ck kenapa! kenapa tangganya harus di sana si kenapa gak di bopong pindah sini aja, kan enak gak harus lewatin para beban keluarga itu' batin lala.
'Lagian tuh tawa cewek mirip banget kaya miss Kei, ya udahlah trima aja sekalian liat muka tuh badut cantik kaga kalo kagak cantik gue ketawa ngakak ah' ck ck ck dasar Lala.
Lala bisa melihat ada empat pemuda dan satu permpuan yang berada di ruangan itu, Lala hanya berjalan tanpa menghiraukan mereka tapi di tengah ia ingin menaiki tangga suara miss Kei ah suara seorang gadis merusak indra pendengarnya, canda.
"Oh? Kila kamu sudah keluar dari rumah sakit?"ucap gadis itu sok lembut tapi bagi Lala ucapan itu seperti 'oh kila kenapa lo gak mati aja'.
"Udah'lah! Lo kira gue mau apa lama-lama di rumah sakit?,"jawab lala sinis.
"Kok kamu gitu jawabnya? Aku kan cuma tanya."Jawab gadis itu pura-pura sedih.
'Ck drama! males ah gue pingin pergi ketemu pacar gue, kasur,'batin Lala.
"Lagian lo nanya ambigu banget! pertanyaan lo tu bermakna ganda tau gak."Jawab Lala.
"Ta-tapi-"ucapan gadis itu terpotong oleh suara seorang pemuda, abang Lila Vano.
"Ck LO!! Riska'kan cuma nanya kenap lo jawabnya kasar banget"ucap Vano.
"Kasar?,"tanya Lala.
"Maksud lo kasar yang ,ANJING LO! BANGSAT LO! MATI AJA LO BANGSAT SOK POLOS, gitu~"ucap Lala sambil ngegas dan menunjuk-nunjuk Riska, sontak ucapan Lala membuat yang berada di sana tercengang bahkan sang kepala keluarga yang sedang berada di tangga pun sama yang awalnya ia akan keruang kerjanya, tapi ia juga terkekeh mendengar putrinya yang sudah mulai berani mengambil sikap kepada sang abangnya.
"LO!!!"Tunjuk Vano berada tepat di depan wajah lala.
"Gak USAH! tunjuk-tunjuk, gue juga BISA!!,"ucap Lala sambil menunjuk Vano.
"Ekhem"dememan itu mengalihkan mereka pada seorang pria paruh baya.
"Katanya kamu mau istirahat, sayang"ucap papa Ardi sambil berjalan ke arang sang putri.
"Oh iya, Lala kan mau bobok, ngapain Lala tanggapin ucapan beban dunia ya pah?."Ucap Lala sambil pura-pura berfikir.
"Ya udah deh Lala kekamar dulu ya pah, daah pah."Ucap Lala mencium sang papa lantas berlari kecil menaiki tangga menuju kamarnya. Sekarang di temat itu terjadi keheningan sebelum sang papa berbicara memecahkan keheningan.
"Papa cuma mengingatkan, apa yang kalian lihat belum tentu apa yang sebenarnya, dan apa yang kalian dengar juga belum tentu kebenaranya! cari bukti lalu simpulkan jangan mendengar dari satu orang maka orang itu yang benar, papa cuma gak mau kalian menyesal pada akhirnya"ucap sang papa dan berlalau menuju ruang kerjanya.
Semua yang berada di situ termenung dan memikirkan ucapan pria paruh baya itu, sedangkan seorang gadis kini sedang menggepalkan tanganya menahan amarah.
Tanpa sang gadis sadari seoarang pemuda melihat tangan yang terkepal dan tatapan mata marahnya.
'Hufft dia semakin menarik, kau juga mulai berani melawan'
suka cerita ini?
tunjukan apresiasi kalian dengan cara..
vote, komen, dan simpan cerita ini di daftar favorit kalian.
jangan lupa follow akun penulis ini ya?
atau ig ; maerysha_saa
trima kasih ... sampai jumpa di chapter selanjutnya.
...Revisi : 04 oktober 2022...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Welda Arsy❤
hm menarik
2023-11-14
2