firasat II.

Terlihat seorang gadis yang tengah terburu- buru menuruni anak tangga, menuju ke suatu ruangan yang berada di mansionnya. Gadis itu bernama MIKAILA PUTRI, gadis dengan paras yang cantik, tinggi badan yang seperti paula istri baim wong dan rambut bergelombang menambah kesan kesempurnaanya, hidung yang mancung dan bibir merah cerry alaminya itu sangat mengoda untuk di kecup.

Tap!

Tap!

Tap!

Suara langkah kakinya mengema di seluruh ruangan yang menghubungakan dapur dan ruang makan. Terlihat kedua orang tuanya kini sudah berada di meja makan, yang tengah menungu putri cantiknya itu.

"Pagi bun? Yah?."sapanya kepada kedua paruh baya itu.

Sang gadis itu kini sudah berada di dekat kedua paruh baya dan mengecup pipi keduanya.

"Pagi sayang"balas sang bunda, dan mengecup pipi sang anaknya. Sedangkan laki-laki paruh baya itu menjawab dengan deheman dan membalas mengecup pipi sang anak.

"Ayo duduk, kita sarapan"ucap sang bunda Sinta, dan bersiap siap mengambil piring untuk putrinya.

"Ehh engak bun, Lala udah terlambat ada kumpulan mahasiawa solanya"jawab Lala dengan menyalimi kedua paruh baya itu.

"Loh? Kenapa kamu gak bilang bunda kalo ada perkumpulan? kan biasanya kamu bilang, agar nanti bunda bangunin kamu pagi-pagi"tanya bunda Sinta.

"Gak tau juga sih! Tadi Acha cuma ngabari Lala"jawabnya.

"Dahhh bun ... yahh ... assalamualaikum"lanjutnya, sambil berjalan menjauhi kedua paruh baya itu.

"Hati hati sayang."jawab bunda Sinta dan ayah Aldo kompak.

●○●

Lala keluar dari mansionnya dan melangkah menuju mobil miliknya yang sedang di lap olah sang supir pribadi Lala, Lala memiliki supir pribadi yang biasa di sapa Lala mang Maman. Alasan Lala memiliki supir pribadi karna terkadang Lala malas menyetir sendiri.

"Pagi non Lala?"sapa mang Maman.

"Pagi mang."sapa Lala juga menyapa mang Maman.

"Mang, hari ini Lala bawa mobil sendiri, jadi hari ini mang Maman istirahat aja ya?"ucap Lala sambil melangkah ke arah mobilnya.

"Siap non Lala!"jawab mang maman.

Lala melajukan mobilnya keluar gerbang mansion dan menyapa sang penjaga gerbang.

"Ayo kang Udin! Lala brangkat dulu"sapa Lala pada kang Udin yang membukakan gerbang sambil melambaikan tangannya dalam mobil yang kacanya di buka.

"Iya! Non hati-hati di jalan jangan ngebut ya"jawab kang Udin.

"Siap kangg ..."

Mobil sport berwarna putih itu melaju membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan sedang, Lala melajukan mobilnya menuju rumah sang sahabat, dengan mendengarkan lagu yang di nyayikan Shaw Mandes yang berjudul imagination, tadi saat di jalan Masha menelepon jika ia minta di jemput, males nyetir katanya.

Sambil mendengarkan musik dan sesekali ikut bernyanyi Lala sudah memasuki sebuah kawasan perumahan sederhana di jakarta dan berhenti di depan sebuah rumah yang di tempati sang sahabat.

Lala memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah itu dan mengambil hp'nya untuk mengabari sang sahabat bahwa ia sudah berada di depan rumahnya.

Terlihat Masha, sahabat Lala kini sedang berjalan menuju gerbang dan membukanya, tak ada satpam yang menjaga rumah itu hanya ada beberapa pelayan dan beberapa tukang kebun yang di pekerjakan oleh Masha.

Masha kini sudah berada di dalam mobil Lala. Dan memasang sabuk pengaman.

"Lama!"grutu masha.

"Ya soryy kan, gue harus mandi, dandan yang cantik, lagian salahin aja noh ketua himpunan mahasiswa yang sekate-kate minta buat kumpul"jawab Lala sambil melajukan mobilnya meninggalkan rumah sahabatnya.

"Lagian lo kasih kabar mendadak banget kenapa gak dari tadi malem aja sih?!"tanya lala sambil menoleh sesekali ke arah sahabatnya, yang tengah memainkan ponselnya.

"Si ketua kasih kabarnaya tadi, pas subuh-subuh mana gue tau kalo suruh brangkat pagi, udah gue share di GC"jawabnya tanpa menoleh pada sang empu yang bertanya.

"Lo juga bukanya turun dari mobil, malah chat gue kalo udah sampai, sopan dikit! Orang bertamu salam kek apa kek, lo malah chat gue gak ada sopan-sopannya lo, ck ck anak jaman sekarang ya gitu"lanjutnya lagi dan sesekali matanya melirik dari hp'nya dan sesekali ke jalan

"Gue kan gak niat bertamu, niat gue kan cuma jemput lo"jawabnya dengan wajah yang tanpa dosa.

"Terserah lah"final Acha dan memasukan hp'nya ke dalam tas. terjadi keheningan sesaat sebelum suara Acha memecahkan keheningan tersebut.

"Nanti mampir ke alfa bentar,"ucap Acha.

"Hemm"jawabnya dengan deheman"mau beli apa?"lanjutnya bertanya dan melirik ke Acha sebentar lalu kembali fokus ke depan.

"Minum"singatnya.

"Kan di cafetaria bisa. Tanggung, di disana aja lah"ucap lala.

"Seret!"jawabnnya ngegas. respon Lala hanya membulatkan bibirnya membentuk Oh dan menganguk anggukan kepalanya.

Skipp

Mereka kini berada di cafetaria, duduk dan memakan makanan yang mereka pesan sesekali mereka berbicara masalah perkumpulan tadi.

"ketua anjirlah"grutu Lala sesekali.

Sedangkan Acha hanya diam dan mendengarkan seluruh sumpah serapah Lala untuk sang ketua himpunan mahasiswa.

"Lo mau pulang apa mau ngomel-ngomel aja?gue mau pulang soalnya Enan nungguin."ucap Acha dan berdiri dari duduknya berjalan meningalkan Lala yang sedang mengerutu, sontak Lala berdiri melihat sahabatnya yang berjalan meningalkan dirinya, Lala berdiri dari duduknya dan berlari kecil menyusul Acha yang sudah berada di parkiran kampus dan berdiri di samping pintu mobil.

"Buka."suruhnya, sambil memeragakan tangan seperti membuka kunci pintu.

Kini mereka sudah berada di dalam mobil meninggalkan kampus tercintanya, sedari tadi Lala sesekali menoleh ke arah Acha yang duduk di sampingnya. Sepertinya cewek itu ragu ingin memulai obrolan denganya.

"Apa?"tanya Acha, yang melihat gerak gerik mencurigakan sang sahabat.

"Hufthhhh."Lala membuang napas sekali dan menatap Acha sebentar lalu mulai bicara.

"Gak tau Cha dari kemarin perasaan gue gak enak"ucap Lala, yang tengah fokus ke jalan. Yang sedang macet karena waktunya para manusia pulang kerumah dan beristirahat.

"Emang lo punya perasaan?"jawab Acha, sambil meledek dengan wajah yang datar.

"Cha serius ihh, perasaan gue gak enak dari kemarin, kaya berasa gue bakal pergi jauh dan ninggalin kalian semuanya"ucap Lala, mengeluarkan semua perasaan yang akhir-akhir ini di pendamnya.

"Gak usah di pikirin, mungkin cuma perasaan lo doang kali!."bohong! Acha bohong jika tak kepikiran juga, pasalnya Acha juga merasakan perasaan tak enak juga.

"Yaaa, mungkin perasaan gue aja kali ya haha"jawab Lala dan tertawa hambar.

Hening menyelimuti mereka, Lala yang tengah fokus ke jalanan dan Acha yang tengah memikirkan perkataan Lala, ya Acha tak bisa menyepelekannya, karna dari kemarin pun Acha juga merasakan perasaan takut, gelisa, dan sedih. Takut, takut bagaimana perasaanya mungkin terjadi. Gelisah karna Lala juga merasakannya, dan sedih, jika benar-benar ia meninggalkan orang yang ia sayangi, entahlah perasaanya mengatakan kalo ia akan pergi jauh dan takan kembali lagi.

Di tengah pikirannya yang sedang kalut, Lala memecahkan pikiran-pikiran nyleneh Acha karena sedang di ikuti sebuah mobil di belakangnya, entah kenapa perasaan itu kembali muncul dan semakin menjadi jadi, mobil itu kini sudah berada di samping mobil Lala dan sesekali menyenggol bodi mobil Lala membuat Lala sesekali oleng, suasana kini sepi karna sudah mulai petang dan para pengendara motor maupun mobil hanya sesekali lewat di tambah jalanan yang gelap, di depan ada tikungan yang sudah di tandai dengan rambu-rambu peringatan bahwa tikungan itu rawan kecelakaan, dan sekali lagi mobil itu menyenggol mobil Lala. Lala menghindar, dengan melajukan mobilnya cepat tapi di depan ada sebuah truk, karena sinar truk yang sangat terang Lala tak bisa melihat apa-apa dan membanting setir ke kanan. Tapi naas, mobilnya menabrak pembatas jalan dan memutar mutar lalu menabrak pohon, karena mendengar suara yang begitu besar para warga mencoba melihat apa yang terjadi.

Saat para warga sampai dilokasi, Lala yang berada di sampingnya sudah pingsan dan darah merembas di dada karna sebuah besi dari kerusakan bodi mobilnya yang cukup runcing menusuk dadanya, Acha yang melihat sang sahabat bercucuran darah menangis. Sumpah demi apa Acha takut melihat lala pingsan dan darah ada di mana-mana bahkan pemandangan ini lebih membuat dadanya berdetak kencang selain saat dia sedang menonton film zombie.

Acha merasakan darah merembas dari dahinya melewati pelipis yang membuat matanya agak perih dan buram, ingin sekali tangan Acha terulur menyentuh sang sahabat. Tapi kondisi ia pun tak memungkinkan karna ia juga terjepit, sayup-sayup ia mendengar warga yang membuka pintu mobil dan melihat sang sahabat di bawa keluar mobil sebelum dirinya kehilangan kesadaran dan Acha merasakan ia tengah di bopong keluar mobil bersamaan suara mobil meledak.

Acha tak tau di situ sang sahabat telah merenggang nyawa dan ia meninggal sesaat setelah ambulance datang.'tuhan jika ini akhir hidup hamba, hamba mohon engkau selalu jaga adik hamba Kenan, hamba minta satu hal padamu ya tuhan semoga orang-orang yang hamba tinggalkan selalu dalam lindungan mu terutama Kenan dan tunangan hamba Juna'doa acha sebelum kehilangan kesadaran.

...Revisi ; 03 oktober 2022...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!