transmigrasi acha dan mikaila

Terlihat seorang anak kecil yang tengah menangis sambil menggenggam tangan seorang gadis yang tengah terbaring lemah.

"Hikss ... hiks ... buna ... bangun buna ..."isak kecilnya.

"Iell sendilian, hikss."

"Den udah yah, aden harus istirahat nanti kalo aden sakit gimana, bunda aden pasti nanti sedih, udah ya? Kita pulang dulu!."bujuk pengasuh anak kecil itu.

Sedangkan di tempat lain.

'Beneran gue meninggal ya?.'monolog seorang gadis dalam batinya.

Gadis itu, Acha. Acha kini berada di sebuah taman. Taman yang sangat cantik, banyak burung-burung yang berterbangan, semilir angin yang menerpa menenangkan, pohon-pohon hijau hidup tanpa hambatan polusi, sungainya mengalir bening, bunga warna warni sejauh mata memandang, dan air terjun tinggi yang mengalir sesuai pada lekukannya, ikan-ikan berenang bebas di bawahnya.

Jika benar Acha sudah meninggal, Acha ingin tinggal di sini, tenang tanpa adanya hiruk piruk kehidupan yang menjengkelkan.'tuhan jika benar hamba meningal, tolong pertemukan hamba dengan kedua orang tua hamba,'batin Acha.

Tiba-tiba cahaya yang sangat terang menghalangi pandangannya, siluet seseorang terlihat di tengah-tengah cahaya itu'ada orang lain?.'batinnya.

"Hai kak Acha!"sapa sosok itu.

Gadis cantik memakai gaun putih dan sangat bersinar, kulit putih, hidung mancung, dan bibir merah cerry alami nya menyapa Acha.

"Oh hai, kamu juga disini?,"sapa Acha juga.

"Oh ya ngomong-ngomong ini tempat apa?."

"Boleh duduk?,"tanya sosok gadis itu, Acha mengangguk dan bergeser dari tempat duduknya agar gadis itu duduk di sampingnya.

"Jadi?,"monolog Acha meminta penjelasan.

"Ini adalah alam mimpi."jawabnya.

"Mimpi? Berarti gue belum meninggal dong?,"ucap Acha seraya bertanya.

Sang gadis hanya tersenyum menanggapi Acha dan berkata.

"Kak Acha memang udah meningal kok, cuma hanya raganya saja yang sudah gak bisa di pakai!."terang gadis itu Sasha.

"Maksudnya? Gimana sih?."bingung Acha.

"Kakak tau transmigrasi?,"tanya Shasa. Sambil melihat tepat di manik mata Acha.

"Ya~transmigrasi adalah perpindahan penduduk-"ucapan Acha terpotong oleh Shasa.

"Bukan! Bukan yang itu kak, yang lain?,"tanyanya lagi sambil menatap muka Acha dengan tatapan serius, membuat Acha gugup karena maksud pertanyaan gadis itu.

"Gak! Gak mungkin! Gak ada kaya gitu di dunia!."elak acha.

"Tapi itu nyata kak! Jiwa kakak pindah keraga ku, apa pun yang gak mungkin akan menjadi mungkin jika tuhan berkehendak, ini seperti keajaiban, enggak ini memang keajaiban, untuk ... kakak."terangnya lagi.

Sejenak acha termanung mengetahuinya, ingin sekali tak percaya. Tapi, saat lanjutan kata gadis itu ia jadi percaya.

"Waktu aku di dunia udah habis, sedangkan kakak seharusnya gak meningal, tapi raga kakak gak bisa di selamatkan, kakak ingat'kan apa yang terjadi terakhir kali kakak kecelakaan, kakak gak selamat dari tabrakan itu, dan tuhan mengasih kesempatan kakak untuk hidup lagi di raga yang berbeda!,"ucap gadis itu yang kini sudah tak menatap ke arah Acha, melainkan menatap ke depan dengan pandangan mata kosong.

"Kak? bisa janji sama aku?,"tanyanya berharap.

Acha hanya mengangguk sebagai jawaban, membuat gadis itu tersenyum, senyum yang manis, batin Acha.

"Janji kakak harus melanjutkan hidup kakak! Diraga aku dan tolong, tolong jaga Iell adik aku, untuk aku kak, aku mohon"harap gadis itu. Melihat kesedihan gadis itu Acha mengangguk membuat gadis itu tersenyum dan memeluk acha tiba-tiba, membuat Acha reflek juga memeluknya.

"Sekarang kakak harus kembali, nanti akan ada ingatan tentang aku, tapi hanya sedikit kakak harus mengingat sedikit-sedikit karena itu juga ... sesuatu yang gak bisa aku selesain sendiri, dan kakak jangan terkejut ya kalo nanti ada anak kecil yang panggil kakak dengan sebutan buna. Dia adik aku, dan pejamin mata kakak!"titahnya. Acha berusaha untuk mencerna semua kata Shasa, dan juga Acha mengikuti titah gadis itu memejamkan mata.

Tiba-tiba tubuhnya seperti di tarik dan saat membuka mata ia sudah berada di sebuah ruangan serba putih'rumah sakit'batin Acha bertanya tanya.

Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, menampilkan seorang anak kecil yang berlari ke arahnya dengan berteriak, terlihat jelas di wajahnya anak itu sangat bahagia melihat dirinya sudah bangun.

CKLEK

"BUNAAA!"teriak anak itu. Sedangkan sang pengasuh melihat anak itu lari mengikutinya dari belakang dan betapa terkejutnya melihat nonanya sudah sadar dan sedang duduk bersandar di sandaran brangkarnya. Pengasuhnya keluar lagi untuk memanggil dokter.

Sedangkan sang anak kecil itu dengan senangnya berlari kearahnya dan, memanjat kursi yang ada di sebelah brangkar, sontak Acha yang melihat itu melotot dan langsung memeluk anak itu agar tak jatuh, betapa jantungannya dia.

"Buna? Buna mana yang sakit ... bilang sama Iell, mana buna?"ucap bocah itu beruntun.

Acha yang melihat betapa kawatirnya bocah yang ada di hadapanya hanya tersenyum, uhh gemesnya batin acha.

"Engak ada sayang, buna udah gak sakit lagi kok!"jawab Acha seadanya.

Dan pintu kembali terbuka menampilkan seorang dokter dan pengasuh Iell.

Dokter itu memeriksa Acha dan memberitahukan kondisi Acha lalu dokter itu pamit untuk kembali bertugas lagi.

"Den ayo sini kasian buna, biar buna aden istirahat dulu,"bujuk sang pengasuh.

Bocah itu mengeleng dengan keras saat pengasuhnya akan mengendong dirinya dan memeluk tangan Acha erat.

"Endak mau! mau sama buna~"rengeknya hampir saja menangis.

"Gak papa mbok, biar Iell di sini sama saya."Sang pengasuh hanya bisa mengangguk dan menghela nafas lembut. Keheningan menyelimuti mereka.

"Non? Non makan dulu. Den, biarkan buna aden makan dulu lalu istirahat ya?"bujuknya lagi mencoba. Tapi bocah itu tetep keukeh mengegeleng dengan tegas.

"Gak apa mbok, Acha makanya nanti aja,"ucap acha.

"Kalo begitu den Iell harus makan, dari kemarin den Iell makanya susah katanya mau makan sama bunanya."

"Oh yah? Iell belum makan ya? Yaudah Iell mau makan sama buna? Biar buna suapin Iell,"tanya Acha pada Iell.

Iell hanya mengangguk sebagai jawaban, dengan sigap sang pengasuh berdiri untuk membelikan sang majikan makanan.

"Gak usah beli mbok, makan ini aja!."ucap Acha sembari menunjuk makanan di nakas meja samping brankar.

"Mbok istirahat aja! Mbok pasti capek ngurusin Iell dari kemarin!."sang pengasuh itu hanya mengangkukan kepala lalu duduk lagi di sofa.

"Ayo Iell sini, buna suapin Iell juga,"ucap Acha sambil menepuk nepuk tempat kosong di sebelahnya. Iell terlihat ragu untuk duduk disana.

"Kenapa?,"tanya Acha melihat Iell sambil tersenyum.

"Katanya buna sakit? Nanti kalo Iell duduk di sana belalti Iell sakit dong? Kan Iell gak sakit!."ucapan polos itu melesat begitu saja sontak Acha yang melihat hanya terkekeh dan tersenyum manis.

"Kata siapa? Emang kalo orang yang duduk di sini harus sakit dulu?."dengan polosnya Iell menganguk.

Acha kembali terkekeh dan menenarik tangan Iell dengan lembut agar bocah itu duduk di sebelahnya.

"Gak apa-apa sayang~gak semua orang yang sakit harus kerumah sakit dan~gak semua orang gak sakit gak boleh duduk disini,"pengertianya.

Iell pun mengangguk dan duduk di tempat kosong sebelah Acha lalu menerima suapan demi suapan yang Acha sodorkan, tak berapa lama makanan itu habis tanpa sisa di makan Iell, Acha hanya sekali memakanya ketika Iell menyuruhnya.

Hoammm

"Iell nagntuk? sini Iell bobok samping buna!"karna sudah mengantuk Iell menurut dan berbaring di samping Acha, brangkar itu memang lumayan besar jadi mereka tak kesempitan.

Acha dengan sigap langsung memeluk Iell dan menepuk-nepuk bokong bocah itu agar cepat tertidur. Di sela-sela mengantuknya bocah itu bertanya.

"Buna apa ini sakit?,"tanya Iell sambil menunjuk selang infus yang berada di tangan Acha.

Acha hanya mengeleng sebagai respon saat melihat bocah itu akan menutup mata.

"Jangan sakit lagi buna, Iell sedih liat buna sakit,"ucapnya sebelum benar-benar tertidur.

'Anak yang manis'batin Acah dan mencium bocah kecil itu tepat di dahinya.'buna janji akan jaga Iell, buna akan menggantikan kakak kamu yang gak bisa jaga kamu lagi, sayang. Buna janji akan bahagiain Iell semampu buna'batinya lagi. Sang pengasuh yang melihat hanya bisa tersenyum dan berdoa agar majikan kecilnya selalu bahagia.

Oke kita bahas raga yang di tempati Acha.

MASHA MILLANO CHESA, gadis berparas cantik, kulit putih susu, hidung mancung, umur dia 18 tahun ia sekolah di SMA ARDI YAKSA kelas 12, ia gadis pendiam dan pemalu karena sifatnya ia di jauhi temanya dan kerap kali dibuli oleh KAILA ia memiliki adik bernama SHAQUIELL MILLIANO CHESA, berumur 5 tahun, ia harus kehilangan orang tuanya 3 tahun lalu karna kecelakaan dan pada saat itu adiknya masih berumur 2 tahun, nasib yang malang harus ditinggal kedua orang tuanya, sebenarnya Masha adalah gadis yang pemberani dan cuek tapi karna 'sesuatu' ia harus tampil dengan sifat yang err seperti itu lah. Masha mengalami kecelakaan saat melihat seseorang yang ia kenal, ia mencoba menyelamatkan tapi na'as ia juga mengalami kecelakaan. Melihat kehidupan Masha hati Acha tergertak untuk menolongnya. Saat melihat Iell barusan, Acha seperti melihat adiknya dulu saat ia harus berjuang bersama kenan adiknya juga saat melihat Iell entah kenapa ia langsung jatuh cinta pada bocah itu. Entah lah, Acha juga tak tau apa, ia hanya merasa bahwa ia harus melindungi Iell dan membahagiakan Iell.

...Revisi : 03 oktober 2022...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!