Selama jantung ini berdetak
Ku akan selalu menjagamu
Hingga akhir waktu
Selama nafas ini berhembus
Tak akan ada cinta yang lain
Hingga tua bersama
O ooo
Suaraku memang pas-pasan. Tapi cengkok lagu Rizky Febian dan juga feelnya dapet banget diiringi petikan gitar Kevin yang hari itu ke sekolah membawa alat musik untuk mengiringi lagu untuk mata pelajaran PPKN setelah jam istirahat.
Saking memukaunya, sudah seperti pengamen jalanan yang sedang ditonton banyak orang.
Teman-temanku mengerumuniku nonton pertunjukan sambil ngemil jajanan.
Yassalam! Ternyata begini ya, jadi artis di kafe-kafe! Nyanyi sambil liatin orang pada makan! Hiks, hadeeuh!
Membagongkan walaupun ada sisi kepuasan tersendiri. Terlebih ketika aplouse tepuk tangan menggema membangkitkan semangat bernyanyi yang kian menggelora.
"Lagi, lagi, lagi!"
Ratni bertepuk tangan dengan wajah ceria. Sementara Alifah juga terlihat fokus menatapku yang jadi dag dig dug dipandangi olehnya.
Aih? Kenapa juga dag dig dug? Ga jelas banget nih jantung! Jangan-jangan efek tatapan Ratni jadi berpendar juga ketika aku melirik Alifah!
"Suara Gatot bagus! Lagi, Tot! Request boleh ga?"
Ratni menghampiriku.
Sontak suara sorak sorai bergema bercampur lirik kata-kata, "Cie cieee! Gatot dapet perhatian, nih! Semangat, Tot!"
"Hahaha...! Jangan, Rat! Gatot kalo seneng suka nyemilin meja kelas! Jangan bikin Gatot kesenengan, Ratni!"
"Ga papa! Aku suka koq kalo Gatotnya seneng!" timpal Ratni.
"Jiaaa hahaha! Cie cieee...!"
"Prikitiw!!!"
"Aw aw aw... Auuuuuwww!!! Hahaha...!"
"Tot, tembak Tot! Lelet lo kayak keong racun!"
"Ayo, Tot! Ratni udah jelas banget nih!"
Aku, terang saja malu. Memerah wajahku seperti kepiting rebus, jadi bulan-bulanan satu kelas.
Anjrot bener! Mana si Bulet pura-pura ga peduli sama gue! Hadeuh! Masa' gue grogi sampe harus nembak si Ratni karena terpaksa!? Tapi..., kalo gue gak tembak ni cewek, kesannya gue koq tengil banget ya?! Sok ganteng, sok kecakepan, padahal item mutlak kalo kata si Alifah mah!
"Ratni,... mmmh, mau gak jadi partner ku nanti di acara prom night sekolah kelulusan kita?"
"Hahaha..."
"Jiaaakakakak...parah, nembaknya lemah. Ga berani langsung jederr!"
Merah mukaku. Tamat sudah riwayatku, dan Alifah benar-benar seperti tak pedulikan aku. Ia hanya menelungkupkan wajahnya ke papan meja. Pura-pura tidur padahal aku tahu idi hatinya yang jengkel.
Ratni tersenyum manis padaku. Anggukan pastinya membuat suasana kelas di jam istirahat semakin heboh.
Beruntung bu Milah guru Akutansi kami datang memasuki kelas. Sehingga keriuhan yang membuat jantungku deg-deg plas akhirnya kembali normal dan stabil.
Aku masih ingin tahu respon Alifah melihatku yang menembak Ratni secara frontal karena dorongan teman-teman yang begitu kuatnya.
Jujur aku malu hati.
Apakah ini adalah kelakuan yang baik?
Aku bahkan melakukannya dengan sadar dan dihadapan Alifah yang statusnya adalah istriku.
Apa aku ini orang yang begitu sadis?
Alifah tak pernah menolehku lagi. Bahkan sampai mata pelajaran hari ini usai, dia terlihat dingin membeku.
Semakin hatiku merasa tak enak dan rasa bersalah kian menyeruak.
Lifah, Buntelan Kentut! Kenapa kau diam saja? Kenapa tak bereaksi sama sekali? Apa kamu sedang membiarkanku bertingkah kejauhan karena memang tidak peduli sama sekali? Atau... atau, ah!
Kugaruk kepalaku yang tak gatal.
Jam pelajaran sekolah hari ini selesai. Kulihat dia pergi keluar kelas paling pertama. Padahal tadi kami berangkat sekolah berbarengan dengan boncengan motor bututku karena paksaan Ibu.
Walaupun kau minta diturunkan di jalan yang masih cukup jauh supaya kebersamaan kita tidak dilihat teman-teman, aku mengiyakan.
Bisakah kami pulang bersama lagi? Satu motor berboncengan dan kau duduk manis dibelakangku?
Aku tak mau kalah dengannya.
Bergegas merapikan alat-alat tulisku serta buku pelajaran ke dalam ransel.
Baru beberapa langkah dan nyaris melewati pintu kelas, Ratni memanggilku.
"Gatot!"
Aku menghela nafas dan menoleh dengan wajah fake penuh senyum.
"Iya Ratni?"
"Ada yang mau aku omongin sama kamu. Bisa gak kita ngobrol dulu?"
Ah! Ketika ada perempuan cantik yang mengajakku untuk bertemu, haruskah aku menolak? Bukankah ini kesempatanku untuk lebih dekat dengan primadona kelas yang sering sekali namanya dielu-elukan kaum Adam di sekolah ini. Tapi hatiku justru gamang!
"Ratni mau traktir kita-kita kapan nih?" goda Firman membuatku menoleh padanya.
"Traktir apa? Kenapa minta traktir sama Ratni?" kataku spontanitas. Aku memang kurang suka pada anak itu. Entah mengapa, sejak dua tahun lalu kami sekelompok tugas sekolah aku kurang sreg berteman dengan Firman.
"Jadi elo yang mau traktir nih? Yeeeaay!!! Temen-temen, Gatot traktir kita semua makan mie ayam Acong di kantin sekarang! Ayooo, kita semua ke kantin sebelum pulang!" teriak Firman membuatku cengo' melongo.
Semua orang dikelas bersorak girang.
Tentu saja! Lha wong di traktir! Siapa yang gak girang!? Hadeuh si Firman biang masalah!
"Gatot! Ga apa, biar pakai uang Ratni saja!"
Tentu aku merasa tak enak hati, membiarkan Ratni terkurang kantongnya demi mentraktir teman sekelas atas ucapan Firman tadi.
"Ga usah, Rat! Aku aja yang bayar, biarpun ngutang dulu sama bang Acong! Hehehe...! Maklum, cowok kere' aku nih! Hehehe...!"
"Kamu cowok hebat! Berani berkata jujur. Dan asli, semakin membuat aku jadi...naksir kamu!"
Alamak!!!
Aku hanya bisa menunduk. Perasaanku campur aduk. Tetapi rasa bersalah ini justru semakin menumpuk.
Belut! Maaf! Maafkan aku, maafkan kesalahan fatalku!
Kaki ini berat sekali melangkah ke kantin walaupun disebelahku ada Ratni cantik yang bohay.
Teman-teman telah memenuhi kursi lapak mie ayam Acong. Bahkan separuh dari mereka sedang makan dengan lahap sembari melempar senyum padaku dan Ratni.
"Tepuk tangan buat pasangan baru kita, Gatot Subroto dan Ratni Maharani!"
Semua bertepuk tangan termasuk Guntur dan Raden Topan, teman rumah yang beda kelas denganku.
Bahkan Guntur sampai menggelengkan kepalanya dan berdecak. Entah apa maksudnya. Memuji keberanian tingkahku atau justru kecewa melihat gayaku ini.
"Gatot! Ini mie ayamnya!"
Perhatian Ratni membuat wajahku semakin merah karena malu.
"Tot, lo punya ilmu pelet dari mana?" bisik Raden ditelinga kiri.
Spontan kujotos pangkal lengannya sambil berseloroh, "Berguru sama Gus Samsudin!"
Hadeuh, Den! Gue juga lagi bingung ini! Gimana gue mesti bersikap! Di satu sisi ada Alifah yang walaupun diam seribu bahasa, tapi pasti hatinya kecewam Di sisi lain Ratni, ternyata benar-benar membuatku tak bisa menolaknya secara nyata. Rasanya terlalu kejam jika kuabaikan dia dihadapan teman-teman. Secara Ratni terkenal sebagai ratu kecantikan di kelas kami.
...❤BERSAMBUNG❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
dasar pria labil , bkin ras tertinggi dunia a.k.a emak-emak emosi jiwa dan raga
2022-10-23
2
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
wewkekek, bs bs bs diatur🤣🤣🤣, tp dlm mmpi yee
2022-10-23
2
ᴅɪᴇ
aku jg ga suka ma orang yang apa2 minta PJ😳 kyk di GC kl dpt apa harus PJ. ga GT juga keles. 😳 ishh aku ikutan pedih ih ngrasain perasaan Alifah walopun status mereka sah tapi ga boleh GT lah tot
2022-09-12
1