Aku dan dia, berangkat sekolah tapi dengan jalan yang berbeda. Alifah naik angkot, aku seperti biasa berangkat dengan motor bodongku. Sebenarnya tindakanku adalah TIDAK UNTUK DITIRU. Tapi, jarak sekolahku dari rumah tak sampai 1 kilometer saja. Jadi, motor bodong Ayah lumayan paten jalannya dan mengurangi biayaku ke sekolah.
O iya, Subuh tadi aku bangun. Langsung ke musholla buat ibadah, dan pulang ke rumah orangtuaku untuk kembali pulang.
Jujur aku masih nervous jika berhadapan langsung dengan kedua orangtuanya yang sebenarnya baik.
Apalagi aku semalam bertingkah di kamar putri sulungnya padahal itu adalah kamar pribadinya.
Tanpa sadar aku meng-smack down Alifah sampai jatuh berguling ke lantai dari tempat tidurnya.
Uffh, aku lupa. Aku ini kalau tidur tak pernah bisa diam. Kata Ibu, tidurku belotah. Mutar sana-sini. Makanya, aku jarang mau hang out sampai larut malam dan menginap di rumah teman. Ya begini ini. Bahaya buat teman yang kena tendangan mautku.
"Kamu langsung kemari, Gatot? Bilang gak sama istri kamu?" tanya Ibu membuatku langsung tersedak ketika tengah menikmati nasi goreng spesial buatan beliau.
Istri! Hiks..., istri apaan!?
O iya, perkenalkan. Namaku Gatot Subroto. Nama yang norak ya?! Njowo banget khan? Tapi itu nama kesukaan Ayah Ibuku, karena aku di lahirkan di jalan trotoar Gatot Subroto.
Hiks, aneh khan kedua orangtuaku itu? Begitulah mereka. Jadi namaku itu lebih tepatnya diambil dari nama sebuah jalan. Bukan karena terinspirasi dengan nama Pahlawan Kebanggaan Republik Indonesia.
Cerita Ayahku, waktu itu Ibu sudah tak tahan ingin melahirkan. Setelah lama menunggu kendaraan lewat di jalan Gatot Subroto, tiba-tiba Ibuku justru merasakan kontraksi yang hebat dan...mbrojolin aku tepat di plang papan nama : GATOT SUBROTO.
Alhasil, nama itulah yang jadi pilihan nama yang disematkan pada putra tunggalnya ini. Hhh...
"Lo masih mending, Tot! Bapak gua, lebih parah. Gua lahir dan diberi nama Pilar Syukur Utama cuma gara-gara do'i nabrak pilar rumah tetangga pas mau bawa Emak gua ke bidan lahiran!" timbal Pilar teman sebangkuku ketika kami saling curhat perihal nama yang orangtua kami sematkan.
Jadilah kami bahan tertawaan teman-teman yang lainnya.
Kembali lagi pada ceritaku yang pulang Subuhan ke rumah orangtua, bukannya ke rumah si Alifah ISTRIku.
"Udah, Bu! Tadi pas mau Subuhan, Gatot udah bilang Alifah pulang ke sini. Lha khan baju sekolah sama buku pelajaran ada di sini semua."
"Kamu izin juga ga sama Papa Mamanya Alifah?"
"Gak. Ga berani! Biarin deh si Alifah aja yang bilang!"
Pluk.
Geplakan tangan Ibu memang paling mantap mendarat di bahu. Sakit, Bu!
"Besok-besok izin! Sudah jadi suami masih bertingkah seperti anak kecil!"
"Suami, suami, suami! Selalu bilang gitu! Tapi khan aku mau sekolah, Bu! Ini udah siang ini, harus cepet-cepet berangkat!" selaku memotong ucapan Ibuku yang menasehatiku tentang perilakuku yang kekanak-kanakan.
"Istrimu jemput dulu! Berangkat sekolah bareng!"
"Ya ampun, Bu! Satu sekolahan bisa tau kalo kita ini ada hubungan nantinya!" pekikku kesal.
"Ya ga gitu juga, Gatot! Pergi sama-sama, semua anak yang punya saudara atau teman satu wilayah juga bisa. Barengan doang!"
"Ga! Si Alifah pasti lebih milih naik angkot!" jawabku membuat Ibu geleng-geleng kepala.
Ayahku yang sedari tadi duduk di depan meja makan hanya diam tak menimpali keributan yang terjadi antara aku dan Ibu.
Sudah dua hari Ayah mogok bicara padaku. Ia seolah kecewa dengan tingkahku yang mempermalukan namanya seantero kompleks pemukiman ini.
Nama baiknya hancur seketika karena ulahku yang ter-gep sedang melakukan tindakan asusila (itu cerita versi mereka).
Makanya Ayah seperti terluka hatinya karena tingkahku yang tak pernah ada dalam fikirannya.
Berbeda dengan Ibu, beliau lebih santai dan legowo menerima kenyataan yang ada. Ibu bilang, ini sudah garis Tuhan yang harus Aku dan Alifah jalani. Hhh...
Mumet kepalaku di pagi hari.
Aku pamit pergi sekolah setelah mencium punggung lengan kedua orangtuaku yang selalu kuhormati.
Ayah, Ibu... Kalianlah panutanku.
Ayah, Ibu... Sampai kapanpun, kalianlah idolaku.
Aku tak ingin mengecewakan kalian.
Aku tak mau membuat kalian terluka.
Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah jadi bubur.
Aku sendiri merasa hidupku telah hancur.
Masa depanku kandas hanya karena kejadian yang haruskah aku sesali.
Hanya karena kebelet BAB dan lari ke kamar mandi umum yang ada toiletnya, ternyata itu menjadi aib terbesar untuk kita. Terutama untukmu, Ayah, Ibu.
Hhh...
...❤BERSAMBUNG❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mom La - La
hmmm kuturut prihatin gatot. asalkan jgn gagal total. he he he....
2023-02-15
2
ᴅɪᴇ
ngakak endingnya 🤣
2022-09-12
0
ᴅɪᴇ
untung ga ada yg kasih nama virus ya🤣
2022-09-12
1