"Tot, futsal yok!" ajak Ibrar, anak kelas sebelah.
"Ayo! Jam berapa? Tanding lawan mana?"
"Anak Goskoro! Yang dua minggu lalu kalah tanding. Ngajak tanding ulang, bonusnya kali ini mantaf jiwa, bray!"
"Boleh, boleh! Anak-anak udah dikabarin blom?"
"Tinggal si Guntur, tapi ga tau tu anak sekarang sering ngilang dia!"
Cerita Kevin membuatku mengetuk-ngetuk bibir sensualku.
"Ngapa lo? Kangen ******* ya?" ledek Kevin membuatku mendelik.
"Lama gue ga sedot tutut, Vin!" jawabku ngasal.
"Jiaaa hahaha...! Maen sono lo di Rawa Bebek! Banyak tukang tutut noh berjejer kalo udah lewat jam sebelasan!"
"Syeram!!! Tutut jadi-jadian!"
"Hahaha...!"
Aku, Kevin dan tiga sekawan Arif, Rahmat, Hakim yang selalu bertiga tak terpisahkan itu tertawa so hard.
Tiba-tiba ekor mataku melihat sesosok yang tak asing lagi, melintas di hadapanku.
"Guntur!!! Lama bet si lo ah!" protes Kevin sambil melambaikan tangan melihat Guntur dari arah berlawanan. Guntur berpapasan dengan Alifah dan saling lempar senyuman.
Sial*n ni dua orang! Bisa-bisanya saling cengar-cengir dihadapan gue! Depan muka gue pula! Anjrot parah! Mau gue kadeg kali ya!?
Panas spontanitas otakku melihat itu.
"Bro!" sapa Guntur padaku.
"Bra bro! Turun bro lo!" semprotku kesal.
"Ngapa lo, Tot? PMS? Apa terlambat datang bulan?" jawabannya membagongkan sekali, bukan?!
"Dih! Lama lo! Mojok lo ya di toilet belakang?"
Kevin menepuk bahuku dan bahu Guntur.
Kami berjalan berbarengan menuju kendaraan roda dua masing-masing.
Sebenarnya antara aku dan Guntur tak pernah punya masalah. Baik dulu juga sekarang. Walau terkadang kedekatan kita juga sering terjadi perdebatan antara kami sesama teman.
Guntur dan Topan, keduanya temanku yang juga berasal dari SMP yang sama. Tinggal di kompleks pemukiman yang hanya beda gang saja. Otomatis, kedekatan kami lebih intim dibanding teman-teman yang lain.
Kadang mereka nebeng motor bututku. Seringkali juga aku yang ikut dibonceng motor mereka. Atau kadang naik busway dan angkutan kota lainnya jika motor kami sama-sama ngadat.
Seperti kali ini.
Guntur justru nangkring duduk di jok belakang motor bututku. Motornya sudah tiga hari ngambek, katanya. Jadi dia sudah dua hari pula naik angkot.
"Eh, bini lo ga lo anterin pulang dulu, Tot?" bisik Guntur mencolek bahuku keras.
"Haish! Jangan bahas gituan disekolahan!" gerutuku kesal. Khawatir teman yang lain mendengar dan kepo dengan bisikan Guntur tadi.
"Lah?! Gue khan cuma mengingatkan, Tot! Tadi pagi si Alifah juga naek angkot bareng gue!"
"Pantesan, tuh buntelan kentut cengar-cengir sama elo! Ternyata..."
"Eh, beg*! Gue sama dia emang deket sebelum lo jadian sama si Alifah!"
Cekiiiit...
Aku me-rem motorku mendadak. Untung dibelakang jalanan arah lapangan futsal sepi tak ada pengguna jalan yang lain.
"Idih? Kenapa lo? Kaget?"
"Eh gue ga pernah jadian sama si Lipah ya!? Dan gue juga kaga ambil pusing, lo sama dia deket dari jaman jebot kek! Gue kagak peduli!"
"Ya kali lo butuh penjelasan dari gue, sejak kapan gue deket sama bini lo!"
"Ish? Ngapain gue mau tau? Emang sejak kapan lo deket, hah? Sejak brojol? Satu bidan lo lahir sama dia?"
"Gue satu perguruan TPA madrasah Diniah sama si Alifah! Lo kaga tau ya, bini lo tuh qoriah terbaik sekecamatan!"
"Bodo ah!"
Aku makin gendeg mendengar Guntur memuji-muji MUSUH BEBUYUTANku.
Seenaknya saja dia mengomentari Alifah didepanku. Dengan kata-kata yang bagus pula! Bikin aku naik darah saja!
"Turun!"
"Hah?!?"
"Gue bilang turun, Tur!"
"Lah? Belom sampe, Sabeni!!!"
"Gue ga jadi ikutan maen!"
Guntur turun dari motorku dengan mata membulat tak berkedip padaku.
"Bilangin si Kevin! Gue absen dulu! Sakit perut, mau be'ol!"
"Hadeh, Jojon! Di tempat futsal khan ada toilet! Ya lo boker aja di sana ntar!"
"Sakit perut, gue!"
Nguuung...
Kugas motorku memutar jalan. Tujuanku sekarang adalah rumah Alifah.
Baru tersadar kalau kemarin kami baru saja ijab kabul. Kalau si belut pulang lebih dulu dan sendirian pula, mau ditaruh dimana mukaku!
Agak ngebut kubawa kendaraan motor Supra X 125 ku dengan kecepatan tinggi. Walaupun motor bekas, karena belinya second dan bodong pula. Tetapi soal kekuatan, ini motor lumayan lihai juga.
Cekiiit...
Angkot di depanku berhenti mendadak tanpa memberi tanda lampu sen kiri.
Hampir saja bemper si Merah Menggoda mencium buntut angkot kalau tak segera ku tarik tuas remnya.
"Hadeh! Bang! Kalo berhenti kasih tanda kek!" sontak aku langsung nge-gas. tapi sang sopir angkot tampak cuek dan hanya menoleh lewat kaca spionnya saja.
Rupanya ada penumpang yang turun. Dan,
"Hei, item! Ada Ayah di bengkel bang Simatupang tuh!"
"Hah?"
Alifah yang turun dari angkot langsung nangkring di belakangku. Jemari telunjuknya mengarah ke depan. Ternyata ada Ayahku yang sedang duduk di depan bengkel tak jauh dari gapura pintu masuk kompleks pemukiman kami.
Iya. Itu Ayahku!
Aku langsung menyalakan mesin motor, menarik gas kembali.
"Ayah!" seru Alifah dengan suara cemprengnya.
"Lifah? Sudah pulang sekolah?" tanya Ayahku. Entah kenapa Ayah bisa ramah dengan si belut, tapi dingin sekali denganku.
"Iya. Ayah sedang apa?" tanya si Belut sok akrab.
"Motor Ayah kotor businya. Jadi sering mogok, kadang susah diselah! Oiya, ini...buat Lifah!"
Ayahku memberikan sesuatu pada gadis bawel itu.
"Apa ini, Yah?"
"Buat tambahan Lifah jajan di sekolah!"
"Makasih, Yah!"
Heran! Anak orang dikasih uang jajan, anak sendiri malah dilupakan! Rutuk hati kecilku terdalam.
Setelah salim, kami pamit pada beliau untuk pulang ke rumah Alifah.
"Alifah,"
"Ya, Ayah!"
"Kalau anak ini nakal, pukul saja! Marahi dan kasih dia pelajaran!"
Waduh?!? Ada ya orangtua model Ayahku begini!
Alifah naik kembali ke atas motorku.
"Ayah, Kami pamit ya Yah!"
"Iya. Hei, Gatot!"
"Ya, Yah?"
"Bawa motor yang benar! Jangan ugal-ugalan!" ujar Ayahku pedas.
Hiks! Berasa seperti anak tiri!
Aku hanya mencucutkan bibir atasku. Tak sepatah katapun keluar dari bibirku.
Mesin nyala, perlahan motorku jalan menjauh dari Ayah Kandungku.
Terdengar tawa renyah si buntelan kentut.
"Puas lo ya!" semprotku. Tapi malah membuatnya semakin sumringah dan besar tawanya.
Kucoba isengi dia. Sengaja me-rem mendadak hingga tubuhnya condong kedepan menabrak punggungku.
Aduh! Lupa! Tas ranselku khan ganti posisi. Dan kini menghadap ke depan. Niatnya buat jadi tameng angin yang menyergap dadaku. Tapi ternyata... justru membuat punggungku yang polos merasakan sesuatu! Seperti ditonjok dua benjolan besar!
...❤BERSAMBUNG❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mom La - La
wkwkwk...
2023-02-15
0
Zєє wallupattma
🤣🤣🤣 ngebayangin si guntur lagi ngoomong kok ngakak aku
2022-09-17
2
ᴅɪᴇ
ada gunung di belakang wkwkkwkw
2022-09-12
1