Hari ini sekolah terasa beda. Mataku juga kini lebih awas dalam memantau si Alifah.
Entah kenapa, anak itu kini terlihat tak mau lagi dekat-dekat denganku. Bahkan dia juga tak lagi meledekku. Tak seperti biasa, yang selalu cari jalan untuk bisa membully-ku setiap ada kesempatan.
"Eh, si Alifah tumben-tumbenan diem ga banyak tingkah! Biasanya suka caper sama elo, Tot!"
"Bodo amat! Udah insyaf kali'!"
"Hahaha... jangan-jangan udah punya gacoan dia! Jadi jaim biar ga kena tegur gebetannya! Biasalah, cewek suka gitu kalo udah punya pacar, Tot!"
"Baguslah kalo gitu! Gue juga bisa aman, khan!"
"Cieee...! Padahal dalam hati lo ga terima khan lo!"
Entah mengapa, kali ini ledekan si Pilar terasa garing bahkan bikin ku illfeel.
"Please, deh Pil! Gue lagi males debat sama elo! Tibang cewek model bakiak Jepang gitu mah, gue ga ngefek mau dia katain godain model gimana juga!" cibirku sembari melirik ke arah Alifah yang terlihat kurang bergairah itu. Ia hanya duduk diam dengan kepala diletakkan di atas meja. Membuatku gatal juga ingin meledeknya.
"Buntelan kentut! Kenapa lo hari ini ga ada tenaga? Kebanyakan kentut lo ya?" teriakku membuat suasana kelas kembali riuh tepukan dan sorakan teman-teman.
Entah memang sudah jadi candu atau memang lawakan receh ku yang menggoda dan meledek Alifah dengan kalimat-kalimat sarkas makin ditunggu-tunggu para penggemarnya.
Lagi-lagi aku terdorong untuk memulai pembullyan pada Alifah.
"Ish, jaga moncong lo tuh ya? Sembarangan bilang gue kang kentut! Elo tuh yang jelas-jelas kentutnya semerbak mewabah! Bawa virus flu monyet kentut lo!"
"Hahaha...! Sejak kapan kentut gue bawa penyakit? Bawa duit iya!"
"Mana? Mana? Kaga ada lo ngasih gue duit resiko harian! Mana?"
"Hahaha...! Si Alifah makin berasap tuh Tot! Hahaha..., gayanya udah kayak bini lo yang seminggu gak dikasih jatah belanja!" timpal Guntur membuat wajahku seketika bersemu merah.
Haduh!?! Jangan sampe mereka tahu statusku dan Alifah! Lagipula ngapain juga itu anak bawa-bawa omongan uang resiko harian! Ck!
Aku takut juga kalau si Alifah kalap dan terus berkoar lupa diri membeberkan keadaan kita yang sebenarnya sudah suami istri.
Bisa kacau dunia persilatan antara Boboboy dan Kapten Vargoba. Hadeh!
Syukurlah! Cewek model Nenek Lampir itu kembali pada sikap awalnya. Diam tak lagi bersuara. Bahkan sampai jam istirahat pun dia terlihat lemas dan tak beranjak dari tempat duduknya meski hanya sekedar jajan es sedot seperti biasanya.
...Heh, ngapa lo? Sakit?...
Chatku padanya lewat apk WA.
Hanya diread saja.
Sial*n bener ni si buntelan kentut!
...Buntelan!!! Woi!!!...
Lagi-lagi chattanku diabaikannya.
Aku akhirnya membiarkan Alifah yang sok jual mahal tak mau membalas chatku.
Dasar wewe gombel! Lo liat tar di rumah ya? Pake acara pura-pura cuek sama gue!
Ancamku dalam hati.
Tapi, melihat dia yang tak jajan sama sekali. Tentu saja menjadi pikirankyu tersendiri.
Kutarik pundak Ratni, teman sebangkunya.
"Temen lo si buntelan lagi diet yak? Koq ga ikut jajan?"
"Ngapa lo nanya-nanyain soal si Alifah? Kepo lo? Sok care! Hehehe...! Jangan-jangan,"
"Ish, Nona Cantik! Janganlah kau suka berandai-andai! Cuma tanya, ga perlu sewot gitu dong!"
Aku tersenyum simpul pada Ratni. Lalu berlalu dari hadapannya. Dengan kaum perempuan tak perlu tarik urat, kalau tak mau hidupmu melarat. Itu prinsipku kini!
Mengingat MUSUH BEBUYUTAN ku cukup satu, Alifah saja seorang. Itupun sudah cukup banyak menguras energi positifku. Bahkan membuat hidupku apes berkepanjangan.
"Alifah lupa bawa uang jajan!" Akhirnya kudengar jawaban yang sebenarnya juga dari Ratni dengan suara khasnya.
Aku hanya menoleh sebentar. Tertawa menatap Ratni dengan kaki masih melangkah keluar kantin.
Kesian juga si buntelan kentut! Hm... Emang enak ketinggalan uang saku! Rasain kau, Belut! Pantesan setengah harian merengut model dompet emak-emak ditanggal tua! Hehehe...
Pluk
Sengaja kujatuhkan sebungkus fitbar, camilan snack favorit Alifah tepat di atas meja kelasnya. Nyaris kena bibir matanya.
"Aduh!!!" pekiknya kaget.
Itu kulakukan diam-diam dan kelas masih dalam keadaan sepi, karena yang lain masih diluar.
"Heh, item!!!" hardiknya ketus.
Aku tak mengindahkan panggilan toxic nya.
Setidaknya aku punya kepedulian walaupun secuil padanya, karena statusku dibuku nikah adalah suaminya. Imam, kepala rumah tangga yang harus menjaga dan memperhatikan kesehatan istriku. Aku tak mau Alifah pulang ke rumah dalam keadaan sakit. Bisa-bisa kedua orang tuanya maupun kedua orangtuaku akan berisik menasehatiku silih berganti.
Aduh? Kenapa otakku jadi seperti bapak-bapak usia 30 tahunan yang mikirin istri sama keluarga? Haish! Dasar si buntelan kentut! Bisa-bisanya tuh cewek bar-bar bikin otak gue jadi ganti aliran!
Aku mengetuk-ngetuk kepalaku.
Disebut pusing, tapi tidak. Dikata sakit kepala, tak terasa juga.
Lalu..., buat apa juga aku bertingkah seolah sedang pusing tujuh keliling mikirin istri.
"Kyaaa!!! Aaarrrggh..."
"Ngapa lo, Tot? Kumat ambeyen lo? Hahaha..."
Pilar dan yang lain sudah mulai masuk kelas kembali.
Samar-samar kudengar suara Ratni bertanya pada Alifah.
"Lifah! Bukannya tadi lo bilang ga bawa duit jajan ya? Koq bisa jajan fitbar?"
"Oh, ini... ada di tas gue sisa kemaren, Rat!" jawaban Alifah membuatku menoleh ke arah mereka.
Ck! Bisa-bisanya dia bohongin teman sebangkunya! Hm... tapi, kalo jujur...kayaknya repot juga sih! Baguslah kalo gitu!
Ini adalah hari pertama sekolah yang melelahkan untukku setelah menikah.
...❤BERSAMBUNG❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mom La - La
hi hi hi... gmna reaksi tmnx klw tau mrka udah nikah.
2023-02-15
1
ᴅɪᴇ
kirain Alifah masih sedih syok karena di paksa nikhah 🤣🤣
2022-09-12
2
Zєє wallupattma
seru yaa ngebayangin jd mereka di sekolah wkk
2022-09-05
2