Aku kaget, alarm hape milik Alifah berdering keras sekali.
Rupanya bukan aku saja. Alifah pun terhuyung mencari sumber suara yang memekakkan telinga.
Ia teriak kencang menyadari tangan dan kakinya terikat tali rafia.
Sontak aku melompat untuk membekap mulutnya.
"Berisik, monyong! Tar bonyok lo dengar, berabe! Disangka gue ngelakuin KDRT!" umpatku dengan suara pelan tertahan. Khawatir di dengar di kamar sebelah kalau ada ribut-ribut antara aku dan Alifah.
"Ngapain sih lo ikat tangan kaki gue begini? Cari mati lo ya?" ucap Alifah. Kini ia juga setengah berbisik.
"Ini, gue buka!" decakku kesal.
"Gabut lo ya? Ga da kerjaan ditengah malam lo ya?" semprotnya lebih kesal.
Aku tak lagi menjawab. Jujur aku malah ikutan jengkel. Niat mengerjai justru aku sendiri yang kerepotan. Hadeuh!
Ada bekas lumayan mengkhawatirkan membuat kumenyesal melakukan pengikatan di tangan dan kaki Alifah.
"Mau juga gue yang ngelakuin ini sama lo! Khawatir lo ngelakuin macem-macem! Ish! Khan bisa bikin Mama Papa kaget liat ini, Gatot!"
Alifah mendecak. Ia membolak-balikkan tangannya. Cemas dengan pertanyaan demi pertanyaan kedua orangtuanya nanti.
"Maaf, gue cuma pingin ngerjain lo doang tadinya, Fah!"
"Makanya kalo berbuat sesuatu tuh dipikir dulu! Lo tuh emang kebiasaan! Hidup lo ga bisa tenang ya kalo ga buat masalah!"
Jleb!
Perkataan Alifah tepat mengenai ulu hatiku.
Sakit sekali rasanya.
Tapi sayangnya aku tak bisa menangkis serangan kata verbalnya yang begitu dalam melukai hati ini.
Bisa-bisanya dia nilai gue, salah! Hiks...
Aku bergegas menarik sarung dan koko serta kopeah yang biasa kupakai untuk ibadah.
Tak lupa kutarik tas ransel dan menyorennya di bahu kanan.
Tanpa basa-basi aku keluar kamar. Langsung melesat keluar ruang tamu. Ternyata pintu masih dikunci. Mamanya Alifah belum bangun. Membuatku duduk termangu dikursi tamu. Merenungkan kejadian demi kejadian yang selalu membuatku apes.
Apa aku ini terlalu kekanak-kanakkan, padahal sudah mau delapan belas tahun? Apa aku ini terlalu berlebihan dalam bertindak, bertingkah dan selalu buat masalah? Apa aku ini juga yang terlalu membenci si Alifah sampai hidupku selalu saja dirundung musibah? Apa sebaiknya aku ini pergi jauh dari kehidupan si Alifah biar kita tidak lagi apes dan selalu apes?
Hatiku dipenuhi banyak pertanyaan.
Otakku dipenati flashback kenapa kami jadi seperti satu pasangan yang selalu ribut dan apes diakhir kejadian.
"Gatot?"
"Ma! Mau ke mesjid, mau pulang juga ke rumah Ayah Ibu. Buku-buku pelajaran hari ini ada disana!"
"Oh, begitu! Ya sudah, tunggu sebentar Mama ambil kunci pintu rumah dulu di kamar!"
"Iya, Ma! Makasih banyak!"
Aku mencium punggung lengan Mamanya Alifah. Lalu cusss pergi segera angkat kaki.
Aku berbohong.
Tujuan pertamaku bukan langsung ke mesjid. Melainkan langsung ke rumah Orangtua. Karena perasaanku yang menggalau dan ingin pulang segera.
Tok tok tok
"Bu! Ibu!!!"
Adzan Subuh baru mulai terdengar. Tetapi aku sudah berdiri dipintu rumah Ayah Ibu. Persis anak nakal yang baru pulang dugem. Atau bisa juga seperti anak buangan yang disuruh tidur diluar.
Krieeet...
"Gatot? Ya ampun ini anak! Makin kesini kelakuannya makin gak jelas!"
Ayahku memakiku. Rupanya yang membuka pintu adalah beliau, bukan Ibu seperti biasanya.
Aku langsung beranjak masuk kamar. Tak kuhiraukan ucapan Ayah yang mengumpat panjang kali lebar soal diriku yang semakin kacau.
Kasurku jauh lebih menarik ketimbang mendengarkan ceramah Ayah yang selalu salah dalam menerka.
Hubunganku dengan beliau memang tak kunjung membaik. Bahkan jauh sebelum aku dinikah paksa dengan Alifah, Ayah memang seperti itu padaku.
Entah mengapa. Seperti ada dinding pemisah yang tebal diantara kami berdua.
Aku dan Ayah sulit sekali akur. Tak seperti layaknya anak dengan Ayah lainnya.
Aku sendiri bingung. Padahal aku anak semata wayang keluarga ini. Tetapi aku merasa hanya Ibu saja yang bisa mengerti perasaanku. Ayah tidak.
Ck!
Durhaka aku membanding-bandingkan kasih sayang Ayah dan Ibu.
Maaf, Ayah! Aku sayang Ayah. Tapi aku butuh figurmu yang gagah perkasa lagi bijaksana dalam membimbingku ke arah mana yang benar dan mana yang salah. Usiaku masih 17 tahun saja. Masih sering terjatuh, terhempas dan terjengkang di air comberan yang kotor. Jadi kumohon, beri aku bimbingan! Bukan maki aku dengan cacian!
...❤BERSAMBUNG❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Zєє wallupattma
si gatot usil tapi sensitif juga hatinya. sabar tot
2022-09-17
2
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
mksdnya anak, bkn anak perempuaaan astagaaaaaa. Gatot, tenang aja, othor always be ur side loh
2022-09-15
2
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
mewakili perasaan anak perempuan sejuta umat...
2022-09-15
2