Hari ini Alifah juga terlihat tak seceria hari-hari sebelum kami menikah. Membuat hatiku semakin gundah gulana.
Ketika seseorang yang tadinya begitu cerah bersinar, tiba-tiba redup dan suram auranya. Sudah pasti orang tersebut tidak bahagia.
Dan MUSUH BEBUYUTANku yang kini adalah ISTRIku, sangat jelas sekali ketidakbahagiaannya.
Tiga tahun yang lalu, dia begitu lincah kesana kemari. Meledekku tanpa rasa takut dan bimbang kalau aku akan marah sampai tak mau lagi menegur.
Dia terkesan tak peduli.
Sekalipun aku memakinya. Mengatainya dengan kalimat sarkasme yang melewati batas bahkan sadis menurut teman-temanku yang lain.
"Heh, Tot! Kalo benci tuh jangan kelewat benci!" tegur Thamrin ketua kelas kami yang selalu geleng-geleng kepala melihat tingkahku dan Alifah yang suka rusuh saling bully di dalam kelas, kecuali jam pelajaran.
"Emang kenapa, Tham?"
"Ga inget lo pepatah, benci bisa jadi cinta?!"
"Huwek!!! Gue jatuh cinta sama si belut buntelan kentut? Jijay gelay!!!"
"Lah? Jodoh mana tau!? Sok gelay padahal fu yung hai!"
"Apaan fu yung hai?!"
"Ngiler ngeces lo sama si Alifah!"
"Hahaha...! Biarpun dunia ini isi ceweknya cuma tuh anak seorang, gue lebih baik sendiri daripada harus jatuh cinta sama si belut!"
"Ck ck, kualat lo entar!"
Aku menelan saliva, mengingat perkataan si Thamrin yang kini kejadian persis ramalan Mbak You.
Kini semua menjadi kenyataan. Walau teman-teman sekolahku tak ada yang tahu. Tapi Alifah kini adalah istriku.
Lagi-lagi netra ini hanya bisa melirik ke arahnya yang duduk jauh di ujung sana.
Aku memang sengaja memilik kursi duduk paling jauh. Berharap intensitas keributan kami berkurang jika duduk berjauhan.
Selalu saja ada kata-kata nyelekit yang dia lontarkan padaku. Walau kutahu hanyalah canda, tetapi gelak tawa teman sekelas yang menggema membuatku naik darah dan balas membullynya.
Begitulah biasanya kami.
"Akhir-akhir ini kayaknya lo sama MUSUH BEBUYUTAN lo mulai gencatan senjata ya? Atau,... jangan-jangan lo punya cewek yang lagi diincar di kelas ini ya? Jadi jaim banget lo, Tot!"
Firman yang duduk tepat di belakangku memulai percakapan baru.
"Apaan si!?" timpalku merasa tak nyaman.
"Itu si Ratni kayaknya ada rasa sama elo deh! Gue perhatiin dia sering banget lirik ke sini!"
"Lah? Jangan-jangan emang Ratni naksir gue? Waaah, boleh juga tuh!" jawabku ngasal.
Spontan Aku, Pilar, Firman dan Teguh tertawa ngakak. Untungnya saat ini mata pelajaran Bahasa Indonesia, gurunya lumayan santai.
"Hei, hei! Kalian! Malah cekakak-cekikik, bukan kerjakan tugas!" tegur Bu Sondakh dengan gaya santainya.
"Ini ni, Bu! Si Gatot, Bu! Lagi ngomongin si Ratni!" jawab Teguh dengan suara keras.
Lagi-lagi suara tawa teman sekelas pun menggema.
"Waah, si Gatot ternyata cintanya sama Ratni! Alifah gimana tuh? Siap jadi yang kedua, Ratni?"
"Hahaha... Untung bukan suka sama si Alifah!"
"Ya kali, yang diledekin mulu teman sebangkunya. Biasa gitu, padahal biar bisa deket sama sebelahnya juga! Hahaha..."
Suara-suara sumbang membuat telingaku merah. Begitu pula Ratni. Wajahnya tampak merona. Sedangkan Alifah cuek bebek pura-pura tak mendengar.
Aneh bener tuh bocah! Gak kayak biasanya!
Dug dug dug (suara penggaris kayu dipukulkan ke papan tulis)
"Sudah, sudah! Lanjut kerjakan tugas!"
Hhh...
Aku tersenyum menggelengkan kepala.
Lagi-lagi tanpa sadar aku menoleh ke arah Alifah. Dan ternyata, kita sama-sama ter-gep sedang saling memandang.
Sontak aku dan dia melengos membuang muka.
Tetapi fikiranku semakin penasaran, tertantang. Kulirik lagi wajahnya yang menyebalkan. Sudah siap dengan leletan lidah yang akan kujulurkan jika ia melakukan hal yang sama.
Tapi ternyata justru Ratni lah yang menoleh dan melihat tatapanku. Senyumku mengembang dengan dua jari kulambaikan padanya.
...........
Aku tak menyadari. Ternyata tingkahku dilihat banyak teman. Mereka kasak-kusuk dan tersenyum geli di bangku masing-masing.
Dan inilah awal kesulitan hidupku di sekolah bertambah banyak.
Semua teman mulai menggosip kalau aku memang menyukai Ratni.
Sejujurnya Ratni adalah cewek yang baik. Cerdas dan juga memiliki tubuh yang indah.
Banyak cowok dari lain kelas menyukai Ratni. Bahkan konon sang Ketua OSIS pun pernah mendekati cewek yang duduk sebangku dengan Alifah itu.
Aku,... entah tak pernah terfikirkan untuk mendekati Ratni. Selain tak suka bersaing dengan banyak cowok, aku lebih suka mengajak ribut si belut buntelan kentut daripada bermanis-manis mencari perhatian Ratni.
Aku fikir, Ratni tak peduli juga padaku. Mungkin baginya aku ini jauh dari tipe cowok ideal apalagi idaman.
Makanya ketika gosip merebak, aku terkesan santai dan tak ambil pusing.
Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Begitu pepatah bilang.
...❤BERSAMBUNG❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mom La - La
hmm senjata sakti guru2.
2023-02-16
0
Zєє wallupattma
☕ buat gatoto
2022-09-22
1
Zєє wallupattma
hooh nanti anjing menggonggong alifa yang berlallau tot ..ada ada bae lo mah
2022-09-22
1