Teman-teman mohon bantuannya, ya. Baca sampai selesai, lalu kasih like dan komentar. Semoga hari ini kalian bahagia selalu.
***
Bab 20
Terlihat ada dua orang di atas tebing menggunakan senapan AK-47 dan M16. Kedua orang itu memberondong para anggota White Dragon baik yang ada di atas tebing bebatuan dan yang menghadang Victor tadi. Hanya orang yang berada di pinggiran hutan, masih bisa melakukan perlawanan.
"Siapa mereka?" tanya Victor sambil menengadahkan wajahnya ke atas bukit.
Drrrrrt!
Drrrrrt!
"Aaaaakh!"
"Aaaaakh!
"Habisi semuanya!" Terdengar suara wanita dari salah satu orang yang berada di atas bukit.
"Oke!"
"Ada musuh baru di bagian atas tebing!" teriak para anak buah White Dragon menggema di dataran tinggi itu.
Burung-burung berterbangan dengan suaranya yang nyaring karena ketakutan oleh suara rentetan peluru yang terus terdengar. Suasana pegunungan yang tadinya sepi kini sangat berisik.
"Tuan Victor! Kita lebih baik sembunyi dahulu. Kita tidak tahu yang datang itu kawan atau lawan," kata Armando sambil meringis. Dia menahan rasa sakit dari luka-lukanya. Ada sekitar 3 tembak yang berhasil mengenainya. Hanya 1 peluru yang berhasil mengenai organ vital sedangkan yang 2 masih bisa dia tahan.
"Armando, kenapa kamu tidak bilang kalau tertembak di bagian perut?" Victor terkejut saat melihat baju Armando, banyak darahnya.
"Tenang saja, Tuan. Aku bisa menahannya. Ini tidak seburuk yang kelihatannya," kata Armando berusaha menahan sakit.
***
Pertempuran adu tembak di antara dua orang dia atas tebing dengan anak buah White Dragon, masih berlangsung dengan sengit. Mereka entah menghabiskan berapa ratus peluru dalam 5 menit ini.
Senjata AK–47 mampu membunuh ratusan orang dalam hitungan menit. Sehingga sudah banyak korban jiwa dari kubu White Dragon.
"Tembak terus kedua orang itu!" perintah Ketua Divisi Kelompok.
"Peluru habis, Tuan!" teriak beberapa orang yang bersembunyi dibalik pepohonan.
"Tangan kita terkena tembakan! Sulit untuk memegang pistol," balas yang lainnya.
Kedua orang yang memegang senjata laras panjang itu, tidak memberi ampun dan celah kepada orang dari kubu lawan. Kedua orang itu sekarang menjadi sasaran utama bagi sisa-sisa anggota kelompok White Dragon.
Drrrrrt!
Drrrrrt!
Drrrrrt!
Peluru terus menghujani sisa-sisa orang yang ada di sana. Sampai tidak terdengar lagi suara orang bicara.
"Apa semuanya sudah mati?" suara perempuan mengalun dengan tegas.
"Tidak tahu. Mungkin saja mereka pura-pura mati dan menunggu kita dalam keadaan lengah," balas seorang temannya.
***
Sementara di pinggiran hutan, Victor sedang mengendap-endap mau membawa pistol yang tergeletak tidak jauh dari sana. Tentu saja itu adalah milik anggota mafia White Dragon. Dia setidaknya punya senjata untuk melawan musuh nanti. Apalagi ada dua orang yang sudah menghabisi semua orang-orang di sana.
"Tuan Victor! Tuan Armando! Apa kalian masih ada di sekitar sini!" teriak laki-laki yang ada di atas tebing bukit bebatuan itu. Suaranya menggema dan dapat didengar oleh Victor dan Armando.
Betapa senangnya Victor, ternyata yang datang itu adalah bala bantuan untuknya. Dia pun keluar dari persembunyiannya.
"Ya! Aku dan Armando masih hidup!" balas Victor dengan berteriak.
"Apa keadaan di sana sudah aman?" tanya laki-laki di atas tebing itu lagi.
"Ya. Mereka semua sudah mati!" jawab Victor sambil memeriksa mereka satu persatu sambil memunguti pistol dan ambil peluru-peluru sisa di dalamnya.
'Lumayan dapat banyak.' Victor menepuk saku celananya yang penuh dengan peluru, senyum senang terukir di wajahnya. Dia pun mengambil beberapa senjata di dikiranya masih bagus.
***
Sebuah mobil jenis VW kodok mendekati Victor. Betapa terkejutnya dia saat melihat ada Agatha di sana.
'Apa dia tadi yang di atas bukit itu?' batin Victor
Kedua orang itu turun dari mobil dan berjalan ke arah Victor. Mereka pun tersenyum senang.
"Peter … Agatha!" pekik Victor senang.
"Syukurlah kita tidak datang terlambat!" ucap Peter.
"Kamu sudah panik sejak kita masih di kota Dragon," sindir Agatha sambil tersenyum miring.
"Tapi, aku salut dengan cara kamu mengemudikan mobil! Aku belum pernah melaju secepat itu!" Peter tertawa.
'Itu belum seberapa, jika dibandingkan di dunia asli aku. Ini masih level pemula untuk pembalap,' batin Eriko.
"Terima kasih. Untung kalian datang, kalau tidak aku dan Armando mungkin sudah mati sekarang." Victor bangga punya bawahan seperti mereka.
"Ahk! Armando harus segera dibawa ke rumah sakit!" Victor berlari ke arah persembunyian Armando.
Ternyata asisten yang merangkap orang kepercayaannya itu sudah tidak bergerak. Bersandar di pohon dengan darah yang membasahi baju dan celananya.
"Armando! Hei, bangun!" Victor menepuk pipi laki-laki yang kini hanya duduk terdiam.
"Apa apa, Tuan?" tanya Agatha datang menghampiri.
"Armando tetap diam saja, di tidak bergerak meski aku sudah bangunkan," jawab Victor panik.
***
Bagaimanakah nasib Armando? Akankah dia tertolong atau tidak? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments