Teman-teman mohon bantuannya, ya. Baca sampai selesai, lalu kasih like dan komentar. Semoga hari kalian menyenangkan.
***
Bab 17
Agatha kini mendatangi beberapa hotel, restoran, dan bar. Dia berkeliling dan banyak bertanya tentang minuman anggur yang diminati oleh para pengunjung. Dia 2 hari 2 malam terus berkeliling keluar masuk tempat-tempat yang ada di dalam daftar list yang sudah dibuatnya dengan bantuan para pelancong atau warga yang suka dengan jenis-jenis minuman anggur. Mereka banyak merekomendasikan jenis minuman anggur dengan berbagai merk dan tempat-tempat yang biasa mereka datangi.
Meski Agatha sudah berusia 20 tahun, tetapi tubuhnya belum bisa menerima minuman beralkohol dalam jumlah banyak. Hari pertama dia benar-benar tumbang. Meski dalam keadaan mabok dia bisa kembali ke kamar hotel tempatnya menginap.
Pas pagi-pagi dia meminta aspirin kepada pelayan hotel untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Selian sakit yang dirasakan di bagian kepala, ternyata perutnya juga terasa bergejolak. Agatha sampai muntah-muntah sampai tubuhnya lemas.
"Tubuh ini ternyata lemah terhadap minuman alkohol, ya," lirih Agatha.
"Aku harus mengingat ini. Agar kedepannya aku tidak tersiksa lagi seperti ini!" Agatha meracau terus untuk meluapkan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Aku rindu para nakama, mereka biasanya akan memijat tubuhku jika dirasa sakit seperti ini. Otousan, aku rindu kalian!" teriak Agatha karena Eriko merasakan rindu pada orang-orang yang selalu ada untuknya dahulu. Orang-orang yang selalu dibuat repot olehnya. Orang-orang yang tulus sayang padanya. Dia merindukan mereka semua setelah beberapa bulan tinggal di dunia novel ini.
***
Keadaan ruang kerja Victor dalam keadaan sunyi meski ada dua orang di sana. Kedua orang lelaki itu masih sibuk memperhatikan sebuah peta yang ada di atas meja. Peta kota sebelah yang akan mereka datangi untuk membeli persenjataan. Mereka sedang mencari jalan tikus yang sekiranya aman untuk membawa barang yang akan mereka beli. Bukan ancaman dari polisi, melainkan dari para kelompok mafia lainnya yang menguasai kota itu.
Peta itu sudah ada beberapa tulisan atau tanda yang mereka tandai. Mereka memikirkan kemungkinan terburuk dari jalan yang akan mereka lewati nanti. Sehingga harus tahu keadaan medan geografis di sana dan memudahkan mereka ketika melarikan diri dari musuh.
"Aku rasa ini cukup. Kita punya lima jalan alternatif untuk kita pakai nanti." Victor berdiri dari kursinya. Meregangkan badannya yang terasa kaku karena duduk terlalu lama.
"Jadi, besok pagi kita akan pergi?" tanya Armando.
"Ya. Setelah sarapan kita berangkat," jawab Victor.
Setelah selesai membuat rencana itu, Admando pun keluar dari ruangan itu. Meninggalkan sang ketua sendirian di sana.
Victor berjalan ke arah sebuah lukisan, lalu menggesernya. Dia menekan beberapa tombol di sana. Brankas itu pun terbuka dan diambilnya sebuah pigura foto.
"Mom ... Dad. Aku janji akan membalas mereka semua. Dan memberikan hukuman yang setimpal atas kejahatan yang sudah mereka lakukan kepada keluarga kita," kata Victor bermonolog.
***
Hari kedua terasa lebih melelahkan bagi Agatha. Dia benar-benar tumbang. Begitu masuk kamar langsung tertidur tanpa buka sepatu, apalagi ganti baju. Hari ini dia mencari bibit anggur terbaik untuk mengganti sebagian pohon anggur yang ada di perkebunan milik Victor. Dia juga sudah mempekerjakan orang yang ahli dalam tanaman. Seorang botani yang memiliki skill yang bagus juga tidak hanya pintar teori saja. Dia merekrutnya setelah bermain taruhan terlebih dahulu. Laki-laki muda yang masih punya darah panas, keras kepala, dan tidak mudah dibujuk.
Taruhannya adalah memakan makanan buatan Neneknya yang paling banyak dan tercepat. Sayur bayam ditambah wortel sebanyak satu panci berukuran besar dapat Agatha habiskan jauh lebih cepat dibandingkan dengan si ahli botani. Itu karena Eriko penyuka sayuran dan selalu mengikuti lomba makan saat di dunianya.
Setelah matahari tinggi di sebelah timur, Agatha baru bangun tidur. Dia melihat jam yang ada di dinding sudah menunjukan pukul 09.30 meski badannya masih terasa sakit dia memaksakan diri untuk bangun dan berendam dengan air panas.
Setelah berendam sekalian mandi, Agatha menghabiskan waktu hampir satu jam. Dia pun memesan makanan melalui room servis.
Setelah badan Agatha terasa ringan dan segar. Dia pun berdandan dengan cantik sebelum makan.
Hal yang paling nggak disuka oleh Eriko adalah ketika sedang makan ada yang mengganggunya dan tidak mau menunggu dia menyelesaikan makannya.
Ketukan pintu yang begitu nyaring dan terus tanpa henti, membuat Agatha jengkel. Dia pun berjalan ke arah pintu lalu mengintip lewat celah kecil di sana. Ternyata ada anak buah Victor yang berdiri di depan kamarnya.
"Ada apa?" tanya Agataha dengan nada datar dan tatapan dingin.
"Kenapa Anda sulit sekali dihubungi? tanya laki-laki itu begitu masuk ke kamar hotel.
"Aku baru bangun tidur. Sudah dua hari kemarin aku kelelahan. Setiap hari ke sana kemari seorang diri. Menyetir mobil juga sendiri," jawab Agatha sambil menggerutu.
"Maaf karena sudah mengganggu waktu istirahat Anda. Namun, saat ini Tuan Victor dan Tuan Armando sudah berangkat ke Kota Bear. Aku mendapat informasi kalau jalan yang mereka lalui itu adalah tempat yang berbahaya karena sedang diadakan rapat gabungan para kelompok mafia. Kita harus bergegas membantunya!" kata laki-laki itu memberi tahu informasi yang baru saja dia terima.
***
Bagaimana nasib Victor dan Armando? Akankah Agatha berhasil menyusul mereka? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments