Cinta Putih Abu
Arsy Hermawan, Seorang gadis belia, putri semata wayang dari pasangan Hermawan dan Bella.
"Pagi, Bunda, Panda," celetuk Arsy yang baru saja keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya karena kelakuan Arsy yang masih seperti anak - anak.
Arsy menciumi pipi kedua orang tuanya itu. Dengan sikap yang masih kekanak - kanakan, Arsy pun bergelayut manja di lengan Papahnya.
"Pagi Sayang. Bagaimana kelas barunya?" tanya Hermawan pelan sambil menyeruput kopi hitamnya, lalu mencium putri semata wayangnya itu.
Tangan Arsy masih bergelayut manja dan mencium balik pipi Sang Papah.
"Duduk Arsy. Jangan seperti itu. Kamu itu sudah besar," ucap Bunda Bella menasehati, sambil memenyiapkan sarapan untuk Sang Suami.
Bunda Bella hanya tidak ingin Arsy kebablasan. Tetap saja di depan orang banyak sikap manja yang seperti itu akan menimbulkan tawa setiap orang yang melihatnya.
"Kelas baru? Cukup menyenangkan. Tapi, sekarang kelasnya bersebelahan dengan ruang BP. Gurunya killer banget, galak luar biasa gak mandang laki - laki atau perempuan yang sedang di hukum. Menyebalkan," ucap Arsy kesal sambil mencomot roti tawar di meja makan untuk segera di makan.
Bunda Bella pun meletakkan piring nasi goreng ketengah meja.
"Kok nyebelin? Memang kenapa?" tanya Bunda Bella sedikit penasaran. Arsy memang manja tapi bukan tipe anak yang drama atau mengadu.
"Ya gitu. Jadi lebih ketat kan aturannya Bunda," ucap Arsy dengan memutar kedua bola matanya dengan malas.
Tawa Bunda Bella pun pecah.
"Oh ... Jadi ini. Makanya kamu pakai baju gak ketat dan rok sedikit panjang<' ucap Bunda Bella masih tertawa.
"Lucu Bun? Aneh ya? Pakai seragm begini?" tanya Arsy pelan.
Bunda Bella menggelengkan kepalanya pelan.
"Gak aneh. Tai, cuma agak beda aja. Tapi lebih bagus begini. Bunda lihatnya tuh gak sesak gitu, kayak susah napas dan susah gerak. Kamu nayaman pakai pakaian seragam seperti kemarin?" tanya Bunda Bella pelan.
Arsy tak menjawab. Sbenarnya memang gak nyaman, tapi kan mode pakaiannya memang begitu. Sebenarnya lebih nyaman dengan seragam yang sekarang ia pakai. Lebih agak longgar dan bisa bernapas serta bisa bergerak bebas misalnya berjalan cepat atau berlari kecil.
"Arsy. Papah mau bicara sesuatu yang penting," ucap Hermawan pelan.
Arsy mngangkt wajahnya dan meletakkan segelas susu ynag tinggal setengah itu ke meja. Ia harus mendengarkan ucapan Papahnya terlebih dahulu.
"Apa Pah?" tanya Arsy pelan dnegan rasa penasaran.
Papah Hermawan sangat jarang mengajaknya bicara serius dan penting. Kalau memang terjadi, itu tandanya memang ada sesuatu yang penting yang harus di bicarakn, mungkin saja masalah kenaikan uang sakunya karena saat ini Arsy sudah duduk di kelas XII. Atau mungkin, Arsy mau di belikan mobil baru karena mobil lama yang sering di pakainya ke sekolah sering sekali mogok.
'Arghh ... entahlah. Tapi yang jelas, biasanya papah memberikan kejutan yang baik dan indah untuk Arsy,' batin Arsy di dalam hati.
"Besok malam kamu akan lamaran. Dan minggu depan kamu akan menikah," ucap Papah Hermawan dengan nada suaa datar tanpa ekspresi. Begitu pun dengan Bunda Bella yang langsung menatap wajah Arsy yang nampak melotot karena terkejut.
"Apa? Lamaran? Menikah? Enggak ... Enggak bisa Pah. Arsy masih kecil, masih mau menikmati masa muda Arsy, bukan menikah. Lagi pula mau menikah dengan siapa? Bismo?" tanya Arsy yang tak percaya dengan pernyataan Papah Hermawan yang sedikit tak masuk akal.
"Papah tidak mau tahu. Besok kamu harus lamaran dan minggu depan kamu akan menikah!! Mau tidak mau, kamu harus tetap mau. Jangan bikin malu orang tua," ucap Papah Hermawan tegas dan lantang. Mimik wajahnya terlihat sangat serius sekali dan tidak ada candaan sama sekali.
"Enggak mau. Arsy enggak mau. Lalu Bismo? Papah dan Bunda tahu kan? Arsy lagi dekat sama Bismo?" tanya Arsy pelan.
"Lupakan Bismo. Kmau pilih menikah atau Papah ambil semua fasilitas yang selama ini kamu pakai. Mobil, atm, kartu kredit, laptop, ponsel. Gimana? Pikirkan baik - baik. Dan kalau tidak mau, urus hidupmu sendiri dengan kerja sendiri. Papah berangkat dulu, Bun," ucap Papah Hermawan dengan suara yang sangat tegas dan lantang.
"Ya, Pah," jawab Bunda Bella pelan sambil menyalami Heramwan dan mencium punggung tangan itu dengan sopan. Lalu mengantarkan Hermawan, suaminya sampai depan.
"Jangan lupa. Nasehati anakmu untuk mau menikah," tith Hermawan saat akan melajukan mobilnya.
""Iya Pah. Bunda pasti lakukan yang terbaik," ucap Bunda Bella pelan.
Arsy hanya bisa terdiam. Mood keceriaan paginya hilang seketika dengan kabar yang menurutnya bikin syok dan kaget. Bunda Bella pun melanjutkan sarapannya dnegan diam. Sengaja menunggu Arsy yang angkat bicara terlebih dahulu.
"Ini gak lagi bercanda kan Bun?" tanya Arsy pelan.
Bunda Bella hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil mengunyah nasi goreng buatannya sendiri.
"Bunda? Arsy sedang ajak bicara Bunda. Kok Bunda malah begitu sih? Senang ya? Arsy susah?" tanya Arsy kesal. Arsy merasa Bundanya pun tidak ada pembellan untuk dirinya.
"Susah? Mana ada bikin kamu susah? Memang Bunda suruh kamu kerja? Sapu - sapu, ngepel, masak, cuci piring atau cuci baju? Gak kan? Susahnya di mana?" tanya Bunda Bella yang bersikap biasa saja.
"Ini soal pernikahan Bunda. Kenapa sih? MAsih ada jodoh - jodohan? Ini jaman moderen Bunda, bukan jaman siti nurbay?" ucap Arsy yang terus meluapkan kekesaslannya.
"Terus? Salahanya dimana, Arsy? Tidak menyalahi aturan kan? Calon suamimu ini ganteng, pintar, kren, macho, Bunda yakin banyak perempuan yang mau sama dia?" ucap Bunda Bella pelan.
Arsy pun membuang mukanya. Lalu beranjak berdiri untuk segera ke sekolah sebelum terlambat dan di setrap oleh guru BP yang killer itu.
"Arsy kamu mau kemana?" tanya Bunda Bella pelan dengan suara sedikit ker ikut berdiri dan mengejar Arsy yang melengang begitu saja. Arsy betul - betul kesal.
"Arsy berangkat dulu, Bun," ucap Arsy sambil mencium punggung tangan Bunda Bella dengan lembut.
"Hati - hati Arsy. Inget pesan Bunda. Papah melakukan ini tentu ada maksud baik. Bukan sekedar menjodohkan saja, tapi juga Papah sudah emngenal betul sosok lelaki yang akan menjadi Imam kamu itu.," ucap Bunda Bella pelan menjelaskan.
"iya Bunda. Arsy tahu. Tapi ...." ucapan Arsy terhenti.
"Tapi apa? Masa muda kamu tidak hilang. Bunda yakin, suami kamu akan menjadi sosok suami yang bijak. Jangan berpikir buruk dulu tentang pernikahan. Calon suamimu ini sudah dewasa dan matang secara pemikiran, kamu tidak perlu khawatir," ucap Bunda Bella pelan sambil memeluk Arsy.
"Bunda yakin, kamu pasti bisa Arsy. Lupakan Bismo, dia masih terlalu muda. Kalian itu hanya cinta monyet, setelah lulus pasti putus. Lebih baik putus dari sekarang. tapi ingat, pernikahanmu ini di lakukan diam -diam agar pihak sekolah tidak tahu. Jelas?" ucap Bunda Bella pelan menjelaskan.
Arsy hanya bisa mengangguk pasrah. Permintaan Sang Papah mau tidak mau harus di turuti oleh Arsy. Jika tidak, Arsy tidak bisa lagi membayangkan kalau ia harus melepas semua fasilitas yang memudahkan bagi hidup Arsy itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Caca Cha
senang liatnya
2024-02-18
0
Caca Cha
hmmm
2024-02-18
0
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
nyimak thor qu..
2024-02-05
0