Belum juga sempat ke kamar mandi. Bunda Bella sudah memanggilnya kembali. Dengan cepat Arsy pun kembali dari arah kamar mandi di bagian belakang.
Wajah Arsy menunduk melirik sekilas ke arah Wulan yang sama terkejutnya seperti Arsy. Wulan malah sempat mengedipkan satu matanya kepada Arsy dan tersenyum manis.
"Arsy sini, duduk dekat Mama," panggil Mama Tina.
Arsy pun berjalan ke arah Mama Tina dan duduk di sebelah calon Mama mertuanya itu. Tepat di depannya adalah Pak Tedy, guru BP di sekolahnya. Tedy menatap lekat ke arah Arsy membuat gadis itu salah tingkah sendiri.
Arsy bingung bagaimana harus bersikap. Secara Pak Teddu adalah gurunya sendiri.
"Arsy. Itu Teddy, calon suami kamu," ucap Hermawan, Ayah Arsy dnegan suara plan memperkenalkan.
"Bisa langsung kita mulai saja? Biar tidak terlalu laam. Biarkan setelah ini mereka saling mengenal sau sama lain. Kita bisa lanjutkan acar ngobrol kita di meja makan sambil makan malam," titah Baron, Papa Teddy dengan suara sedikit tegas.
Semua orang menganggukkan kepalanya dengan pelan tanda setuju. Acara lamaran itu segera di mulai. Baron, Papah Teddy pun memulai acara dengan meminta Arsy sebagai calon menantunya untuk mendampingi Teddy, putra semata wayangnya.
"Kedatangan kami sekeluarga memiliki maksud dan tujuan yang baik. Kami ingin meminang Arsy untuk anak kami Teddy, dan akan di jadikan sebagai pendamping hidup dunia dan akhirat. Mungkin alangkah baiknya, biar Teddy yang langsung meminta kepada Arsy. Silahkan Nak?" ucap Baron dengan suara lantang dan tegas.
Teddy terlihat tenang dan santai. Ia bangkit berdiri dari duduknya. Wajahnya sangat tampan sekali, di tambah dengan pakaian sedikit formal, baju batik berwarna keemasan dan celana bahan hitam semakin membuat wajahnya tampak berbinar dan bercahaya.
"Saya Teddy, berniat baik untuk melamar gadis Pak Hermawan dan Ibu Bella yang bernama Arsy untuk mejadi pendamping saya. Jika lamaran saya malam ini di terima, maka saya akan langsung memebrikan cincin sebagi simbol acara lamaran seklaigus pertunangan. Apakah kedatangan saya dnegan niat baik ini di terima dengan baik?" tanya Teddy pelan menatap ke arah kedua calon mertuanya. Pak Hermawan dan Bunda Bella lalu beralih ke arah Arsy.
"Kami sebagai tuan rumah sangat berterima kasih atas kedatangan dengan maksud baik ini. Kami akan menanyakan kepada Arsy terlebih dahulu, apakah ia mau menerima Nak Teddy sebagai calon pendampinganya. Arsy bagaimana Nak?" tanya Hermawa kepada Arsy, putrinya. Tatapannya sangat lekat.
Arsy mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Melihat Ayah Hermawan yang memberi kode dengan anggukan kecil lalu tersenyum, begitu juga dengan Bunda Bella yang tersenyum manis membalas tatapan Arsy. Arsy cukup paham dengan kode keras itu. Kedua orang tuanya menginginkan Arsy segera menjawab dengan jawaban Ya, dan tidak membuat malu nama baik keluarganya.
Tatapannya kini beralih kepada Teddy, sang guru BP. Perlahan Arsy menarik napasnya dan di hembuskan sangat pelan sekali untuk menghilangkan rasa gugupnya
Arsy mengangguk pelan, lalu menjawab dengan sangat singkat, "Saya mau." Arsy langsung menundukkan kepalanya dan tak berani menatap ke arah Teddy yang masih menatapnya dnegan lekat. Arsy benar - benar malu sekali. Mungkin saat ini wajahnya tentu akan berwarna merah mirip kepiting rebus. Lalu apa kabar haris esok jika bertemu di sekolah? Tentu ini akan jadi masalah dan canggung. Terus, Bismo? Lelaki itu masih kekasih Arsy, dan Arsy sangat sayang pada Bismo dan begitu pun sebaliknya.
"Arsy sudah menjawab mau. Maklum masih malu - malu," ucap Hermawan sambil tertawa pelan.
"Oke lebih baik langsung pemasangan cincin saja. Sebagai simbol memang sudah lamaran sekaligus bertunangan. Mungkin acara pernikahannya akan di lakukan satu minggu lagi," ucap Baron menegaskan.
Arsy hanya bisa menatap ubin yang ada di bawah dan menelan salivanya. Bukan terkejut, karena Ayahnya sudah memberitahukan sebelumnya. Tapi, Arsy hanya tidak ingin menikah muda, masih banyak harapan dan cita - cita yang ingin di capainya.
Saat ini Arsy hanya bisa pasrah dan tidak memiliki pilihan lain selain menuruti semua keinginan kedua orang tuanya.
Mama Tina dan Bunda Bella sudah mengatur agar kedua pasangan itu berdiri saling berhadapan dan memegang cincin masing - masing untu di pasangkan ke jari manis pasangannya.
Di mulai dari Teddy yang memasangkan cincin tanpa mata itu ke jari manis tangan kiri Arsy dan Arsy pun melakukan hal yang sama.
Terdengar ucapan selamat dan tepuk tangan yang sangat meriah sekali.
"Bravo. Akhirnya kita besanan juga," ucap Baron kepada Hermawan sambil menepuk bahu Hermawan pelan.
Hermawan tersenyum lebar, begitu juga dengan Baron dan tina, istrinya. Bunda Bella menatap Arsy dengan penuh keharuan.
"Mari kita cicipi sajian ala kadarnya di ruang makan. Silahkan kita lanjutkan lagi obrolan kita di belakang," ucap Hermawan pelan.
Teddy masih memegang tangan Arsy setelah cincin itu di pasang dan menatap lekat tanpa senyuman. Tapi, terlihat jelas binar bahagianya dari rona wajahnya yang nampak berseri. Arsy pun menatap lekat ke arah Teddy dan memberikan senyum terbaiknya yang begitu sangat manis.
Tangan Arsy masih di genggam sanga erat dan tatapan Teddy masih tetap saling menatap. Arsy sendiri merasa sangat gugup sekali di tatap Teddy seperti itu.
"Pak ... Mau makan malam, gak? Lihat ruangannya sudah kosong dan sudah pindah ke ruang makan," tanya Arsy dengan suara lembut.
Teddy pun menatap ke arah sekeliling dan memang ruang tamu itu sudah kosong. Teddy melepaskan tangan Arsy pelan. Sikap Teddy masih sama cuek dan dingin.
Tubuhnya langsung berbalik dan berjalan ke rah ruang makan dan Arsy berjalan di belakang Teddy. Keduanya nampak sekali kaku dan bingung bagaimana harus bersikap. Teddy yang memang pendiam tapi perhatian, dengan Arsy yang sellau ceria dan tulus kepada siapa saja.
"Eh ... Pasangan baru kita sudah dateng. Sudah puas pegangan tangannya yadi?" tanya Baron kepada Teddy, putranya itu.
"Apa sih Pah. Gak sengaja," jawab Teddy dengan sopan.
Kursi makan itu hanya tersisa dua dan berjajar berdampingan. Arsy mendahului untuk memilih tempat duduk tepat di dekat Bunda Bella. Lalu, Teddy ikut duduk tepat di sebelah Arsy dan di sebelah Mama Tina.
Suasana makan malam itu sungguh hangat dan terasa keharmonisannya.
"Belajar, ambilkan nasi untuk Nak Teddy," ucap Bunda Bella berbisik sambil menyenggol sikut Arsy pelan.
Arsy hanya mengangguk pelan.
"Sini piringnya biar Arsy ambilkan. Segini cukup? Mau pakai apa?" tanya Arsy dnegan lembut sambil mentap lekat ke arah Teddy yang merasa kagum dengan perlakuan Arsy yang begitu manis.
"Cukup. Boleh Ayam gorengnya dan sayur sapo tahu tanpa kuah," titah Teddy pelan.
Arsy pun mengambilkan lauk pauk dan sayur itu sesuai keinginan Teddy. Lalu memberikan piring yang sudah penuh dengan makanan itu kepada Teddy.
"Ini? Cukup?" tanya Arsy kemudian. Suaranya terdengar merdu dan lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
cukuuuppppppp, Neng...
😃😀🤣
2024-02-22
0
Caca Cha
alhamdulillah arsy Terima pk tedy akhirnya
2024-02-18
0
Rapa Rasha
kak apa mereka nanti bisa bucin bucinan
2024-01-22
0