Suasana makan malam yang begitu hangat. Semua berbincang dengan smeua tema. Sebentar lagi kedua keluarga itu akan menjadi satu keluarag besar dan utuh karena kedua putra putri mereka akan menikah minggu depan.
Kini saatnya smeua berpamitan. Keluarga besar Baron lebih dulu berpamitan untuk pulang dengan Teddy yang sengaja di tinggal di rumah Arsy untuk bisa saling mengenal lebih dekat lagi dnegan Arsy.
Kebetulan Arsy akan mengantarkan Wulan pulang ke rumahnya.
"Lebih baik antarkan Wulan sekarang Arsy. Kamu ganti baju dulu. Kasihan Wulan. Toh, kalian berdua bisa ngobrol di dalam mobil," titah Bunda Bella pelan.
Teddy hanya mengangguk pelan menyetujui apa yang di ucapkan oleh Bunda Bella. Besok wulan juga harus ke sekolah pagi hari, jangan sampai terlambat karena bangun kesiangan.
"Iya Bunda. Wulannya dimana?" tanya Arsy yang masih duduk di sofa ruang tamu bersebelahan dengan Teddy, guru BPnya sendiri. Namun, keduanya sejak tadi hanya diam dan tak bicara sepatah kata pun. Paahal mereka duduk berdua di sana sudah satu jam lebih, tapi keduanya tak ada yang membuka suara dan sibuk dengan ponselnya masing - masing.
"Ada di kamar sedang ganti baju juga. Sana, biar Nak Teddy, Bunda temani ngobrol. Ayah sedang ada telepon penting dari kliennya," ucap Bunda Bella pelan sambil tersenyum.
Bunda Bella terlihat cantik walaupun usianya tak lagi muda. Wajahnya begitu mirip dengan Arsy.
"Maafkan Arsy, Nak Teddy. Mungkin sikapnya masih kekanak kanakkan. Mohon di bimbing," pinta Bunda Bella kepada Teddy.
Teddy mengangguk pelan sambil memberikan senyum terbaiknya.
"Pasti Bunda. Teddy akan menjaga amanah ini dengan baik," ucap Teddy pelan.
"Jaga Arsy dengan baik. Bunda percayakan kepadamu Teddy," ucap Bunda Bella pelan.
"Iya Bunda," jawab Teddy dengan sopan sambil menganggukkkan kepalanya.
Bunda Bella tersenyum lebar.
"Bunda ... Arsy berangkat sekarang dnegan Wulan," ucap Arsy pelan sambil mneggelayut ke bahu Bunda Bella.
"Arsy ... Biar mobilnya di bawa sama Nak Teddy, nanti kamu di antarkan pulang kembali. Besok biar di jemput untuk ke sekolah. Begitu kan, Nak Teddy?" tanya Bunda Bella.
"Iya Bunda. Besok Teddy ke sini lagi untuk menjemput Arsy," ucap Teddy pelan.
Arsy hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. Arsy pasti akan di tanyai banyak temannya besok. Bagaimana ia harus menjawab.
"Wulan pulang dulu Bunda. Terima kasih sudah ikut acara ini,' ucap Wulan pelan.
Wulan berpamitan pada Bunda Bella dan menyalami Bunda Bella lalu memeluknya. Bunda Bella sudah di anggap sebagai pengganti orang tuanya snediri.
"Hati - hati smeuanya. Nak Teddy, jangan ngebut - ngebut," titah Bunda Bella pelan.
Arsy sudah duduk di depan di samping Teddy yang duudk di belakang kemudi mobil. Wulan duduk di bangku belakang. Ketiganya hanya diam dan suasana hening. Teddy pun fokus menyetir dan melajukan mobilnya dengan pelan.
"Rumahnya yang mana, Wulan?" tanya Teddy pelan sambil mencari Tadi Wulan hanya memberikan alamat rumahnya di perumahan mana, tetapi tidak lengkap dengan blok dan nomor rumahnya.
"Gang Elang nomor tujuh," ucap Wulan pelan.
Teddy pun mencari nama gang yang di sebutkan Wulan tadi.
"Belok kiri Pak. Itu ganga elang," titah Wulan dengan memajukan tubuhnya sambil memberikan komando dari arah belakang.
Teddy melirik ke arah Arsy yang terlihat sedang tertidur pulas sambil menyenderkan kepalanya di kaca jendela mobil di samping kirinya.
"Itu yang pagar putih?" tanya Teddy kepada Wulan.
"Iya Pak, benar," jawab Wulan dengan suara pelan dan sedikit takut.
Wulan merasa canggung berbicara langsung dengan Teddy, gurunya sendiri itu.
Mobil sedan mewah itu pun sudah berhenti tepat di depan rumah Wulan. Teddy menarik rem tangannya. lalu membuka suara.
"Wulan, tolong jaga rahasia ini. Tentang lamaran dan pertunangan ini di sekolah dan tentang pernikahan Arsy minggu depan. Ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan kepada kamu, Wulan. Tolong di jawab dengan jujur," ucap Teddy dengan suara tegas sama seperti saat berada di sekolah.
Terlihat dari kaca depan, Wulan mengangguk pelan denagn permintaan Teddu.
"Apa Pak? Kalau memang Wulan bisa jawab. Pasti Wulan jawab," jawab Wulan dengan mantap. Wulan melirik ke arah Arsy yang tak bergerak dan masih tertidur dengan pulas. Wulan hanya takut pembicaraan ini di dengar oleh Arsy.
"Sebenarnya hubungan Arsy denga Bismo itu seperti apa?" tanya Teddy pelan sambil memegang setir mobilnya.
Wulan nampak gugup ingin menjawab. rasanya pertanyaan yang di ajukan ini sangat sulit untuk di jawab oleh Wulan. Lebih susah dari pada ulangna matematika minggu lalu.
"Jawab saja dengan jujur dan apa adanya dan janga ada yang kamu tutupi dari saya," tegas Teddy.
"Mereka berdua pacaan Pak. Sudah sejak kelas satu," jawab Wulan lirih. Rasanya plong dan lega bisa menjawab pertanyaan itu.
"Oke. Saya ingin kamu memberi tahu saya, jika Arsy memliki janji dnegan Bismo atau apapun tentang mereka berdua. Simpan nomor saya, dan jangan sampai Arsy mengetahui ini semua," ucap Teddy tegas.
"Baik Pak," jawab Wulan pelan.
Wulan segera menyimpan nomor Pak Teddy. Beitu juga sebaliknya. Dan Teddy meminta nomor Arsy melalui Wulan.
Setelah memberi peringatan keras kepada Wulan, akhirnya Wulan pun turun dan masuk ke dalam rumahnya. Teddy melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya.
Sesekali Teddy melirik ke arah Arsy yang memang cantik. Wajar jika banyak tman lelakinya yang memuji kecantikannya, dan pantas saja Bismo memacarinya. Teddy hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Tidak sampai setengah jam, Teddy sudah sampai tepat di depan rumah Arsy. Kedua orang tua Arsy sedang bersantai di depan teras sambil menikmati kopi da malam dengan cahaya bulan purnama.
Teddy pun keluar dari dalam mobil dan menyapa kedua calon mertuanya itu sambil menyalami dnegan sopan.
Ayah, Bunda. Arsy tertidur pulas. Sudah di bangunkan juga tidak bangun. Biar Teddy angkat ke kamarnya, boleh?" tanya Teddy meminta ijin kepada kedua orang tua Arsy.
"Oh ... Iya. Biar Bunda antar. Yuk ke atas," ucap Bunda Bella.
Teddy pun memutari mobil sedan itu dan membuka pintu mobil dari arah samping. Arsy sebenarnya sudah bangun sejak tepat mobil itu berhenti di depan rumahnya. Tapi ia tetap berpura - pura tidur pulas saat Teddy berusaha membangunkannya dengan memanggil pelan namanya.
Saat pintu mobil itu di buka, Arsy sudah menutup kembali kedua matanya. Arsy masih berpura - pura tertidur hingga tubuhnya teras di angkat dan melayang karena di gendong oleh Teddy dengan ala bridge style.
Aroma wangi tubuh Teddy membuat Arsy merasa nyaman. Arsy masih berpura - pura merem di dalam gendongan Teddy hingga Arsy di rebahkan di atas kasurnya.
Jantung Arsy tiba - tiba berdegup dengan ker. Rasanya aneh dan bergetar di seluruh tubuhnya. Perasaan apa ini? batin Arsy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
perasaan
ehemmmm.... 😍
2024-02-22
0
Caca Cha
hmm..
2024-02-18
0
Rapa Rasha
cuek tpi perhatian gpp sih asal jgn jahat aja
2024-01-22
0