"Bukan Pak. Saya bukan anak OSIS." suara Arsy nampak bergetar. Arsy sangat takut sekali, banyak siswa membicarakan guru killer ini, walaupun Arsy sendiri belum pernah kena masalah dengan guru BP baru ini.
"Lalu? Kenapa masih ada di sekolah?" tanya Guru BP itu terus mencecar dengan pertanyaan.
"Emm ... Saya sedang menunggu Bismo selesai rapat," ucap Arsy jujur.
"Dia pacar kamu? Sampai mau menunggu?" tanya guru BP itu dengan menyelidik.
Kedua mata Arsy pun membola. Tidak biasanya seorang guru akan bertanya - tanya hal yang bersifat pribadi seperti ini.
"Urusan Bapak, apa? Bismo itu ketua OSIS, mau pacar saya, saudara saya, itu kan bukan urusan Bapak?" ucap Arsy mulai kesal.
Tatapan guru BP itu semakin lekat dan terlihat tajam.
"Saya memang tidak ada urusannya tentang hal ini. Tapi, kalau sampai terjadi sesuatu hal dengan kalian berdua dan kalian masih memakai seragam putih abu lengkap dengan badge sekolah ini, maka itu akan tetap menjadi tanggung jawab saya dan guru - guru yang lainnya. Tentu, orang tua kamu akan menyalahkan kami. Paham?" ucap guru BP itu semakin tajam.
"Permisi saya mau ke kamar mandi," ucap Arsy yang hanya berpamitan dan pergi begitu saja.
Napas Arsy memburu. Arsy sangat kesal sekali. Masuk ke dalam kamar mandi dan membanting pintu. Guru BP itu hanya berdiri menoleh sekilas ke arah Arsy yang terlihat kesal kepada dirinya.
Setengah jam kemudian. Acara rapat OSIS itu telah selesai. Arsy masih termenung sambil mnetap ke arah luar jendela ruangan rapat.
"Kamu kenapa Sy?" tanya Bismo pelan berjalan ke arah tepat duduk Arsy dan duduk di depannya.
Gadisnya itu seharian ini tampak berbeda sekali. Seperti ada beban di pundaknya dan ada sesuatu hal yang di rahasiakannya. Bagaimana tidak, keduanya telah berjanji akan masuk di universitas yang sama dan memimpikan bisa selalu bersama dan akhirnya menikah. Apa Menikah? Tunggu dulu, kenapa sekarang aku harus menikah dengan cara di jodohkan. Menyebalkan.
Kedua tangan Arsy melipat rapat di depan dadanya. bibirnya nampak mnggemaskan sekali.
Cup ... Bismo mencuri ciuman di bibir Arsy saat kelas itu kosong.
"Bismo!!" teriak Arsy dengan keras. Selama ini Bismo tidak pernah macam - macam. Sudah satu tahun Arsy dan Bismo menjalani hubungan dan mereka hanya saling mendukung satu sama lain.
Bismo yang aktif di dunia keorganisasian dan Arsy aktif sebagai pemain basket perempuan.
Ttapan Bismo lekat kepada Arsy dan mengunci tangan Arsy yang sempat memukul dada Bismo karena kaget.
"Kenapa? Kamu malu? Di sini gak ada orang. Di sini sepi Arsy, semua orang sudah pulang. Bukankah kita sudah lama berpacaran, berciuman hal yang wajar," ucap Bismo dengan suara lantang.
Entah kemasukan setan apa, Bismo siang ini. Niatnya tadi ingin menggoda Arsy, tapi respon Arsy yang garang dan galak membuat Bismo malah semakin gemas ingin memeluk gadisnya.
"Aku gak suka Bismo!! Jangan pernah lakukan ini lagi kalau kamu masih mau jalan sama aku," ucap Arsy ketus..
Arsy langsung pergi begitu saja. Arsy kesal, Bismo seolah sudah tidak menghargai dia.
"Arsy!!" teriak Bismo dengan suara keras.
Arsy mengabaikan teriakan Bismo. Bismo merasa bersalah.
Kedua air mata Arsy pun turun. Arsy hanya tidak menyangka Bismo seberani itu mencium dirinya. Selama ini Bismo terkenal sopan dan santun.
BRUK ...
Arsy terjatuh dan terduduk di lantai. Wajahnya yang telah basah pun mnatap ke arah depan sambil menatap orang yang di tabraknya.
"Maaf," ucap Arsy tebata.
"Kamu?" ucap guru BP itu yang sejak tadi juga belum pulang karena masih harus mengurusi study tour yang akan di laksanakan setelah ujian tengah semester.
"Maaf Pak," ucap Arsy pelan sambil menundukkan kepalanya lagi.
"Kamu kenapa?" tanya guru BP itu pelan. Saat melihat wajah Arsy yang basah karena air mata.
Arsy menggelengkan kepalany pelan. Tidak mungkin ia bercerita telah di cium Bismo. Tentu itu juga akan mempermalukan dirinya sendiri atau lebih parah lagi, bisa - bisa kedua orang tuanya akan dipanggil hanya gara - gara masalah ciuman.
"Kamu sakit? Atau mau di antar pulang?" tanya guru BP itu pelan.
Lagi - lagi Arsy pun hanya menggelengkan kepalanya pelan. Arsy langsung mengambil tas ranselnya yang terjatuh dan memakainya kembali lalu bangkit berdiri dan pergi begitu saja.
Arsy lupa. Mobilnya sudah di bawa Wulan pulang ke rumah. Dompetnya pun juga tertinggal di mobil. Arsy berdiri di depan pintu gerbang untuk mencari taksi online, namun angkutan berkel situ juga tak kunjung datang.
"Arsy? Maafkan aku," ucap Bismo dengan nada memohon.
"Ayo nak ke motor," imbuh Bismo pelan menitah.
Arsy hanya diam dan tak bicara. Pandangannya mengedar ke segala arah dan mencari jika sewaktu - waktu taksi online itu datang.
Suara motor besar pun terdengar nyaring dar arah halaman sekola. Guru BP itu menatap ke arah keduainsan yang sepertinya sedang berdebat. Motornya terus meaju dan seolah tak peduli. Arsy sekilas menatap motor Sang guru dan memberanikan diri memberhentikan motor itu dengan membentangkan kedua tangannya.
"Maaf Pk. Saya ikut pulang boleh? Kepala saya pusing," ucap Arsy beralasan sambil berpura - pura memegang kepalanya pelan.
Motor guru BP itu pun berhenti. Teddy langsung membuka kaca helm full facenya menatap lekat ke arah Arsy.
"Say mau pulang. Lagi pula arah pulang kita berbeda,"
"Tapi saya sakit Pak," ucap Arsy mengiba.
"Itu ada ketua OSIS kita. Tadi katanya saya tidak boleh ikut campur dengan urusan kamu," ucap Teddy pelan.
"Cih ...." Arsy hanya brdecih kesal.
Guru Bp itu langsung menutup kaca helmnya dan melajukan motornya dengan cepat dan tidak mempedulikan Arsy, anak muridnya yang meminta tolong kepadanya.
Rasanya seperti kena tamparan sendiri dan termakan omongannya sendiri. Wajah Arsy pun langsung murung.
"Arsy? Ayok," teriak Bismo di atas motor maticnya.
"Gak. Pergi saja," ucap Arsy ketus.
Arsy berlari ke arah depan jalan. Melihat ada taksi online yang lewat dan segera memberhentikannya.
Bismo terus berteriak keras saat Arsy menaiki taksi online itu.
Selama di perjalanan Arsy hanya terdiam. Ia kecewa sekali dengan perbuatan Bismo. Bagaimana kamu bisa menjagaku kalau setiap ada kesempatan maka kamu akan berbuat macam - macam kepadaku? batin Arsy di dalam hatinya.
Sesampai di rumah, Arsy pun langsung masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan naik begitu saja ke lantai dua untuk masuk ke kamar tidurnya tanpa menyapa Bundanya.
Tubuhnya langsung di hempaskan di kasur empuk itu.
"Arsy?" panggil Bunda, saat mengetahui Arsy pulang dan bersikap tidak seperti biasanya.
Arsy hanya diam dan memejamkan kedua matanya yang indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
hadehhhh
si Bismo......
kok parno yaaa???
2024-02-22
0
Caca Cha
bimoooo kamu jgn gtu sana Arsy
2024-02-18
0
Rapa Rasha
Bismo kmu salah bener Arsy kmu gk salah jika marah ke Bismo dia udah keterlaluan
2024-01-22
0