Waktu cepat sekali berputar. Wulan sejak tadi menatap Arsy yang sangat cantik setelah di rias oleh perias untuk acara lamaran malam ini.
Wulan juga ikut di rias tipis dan memakai gaun sederhana milik Arsy.
"Kamu cantik banget Sy? Bahagia ya, udah punya jodoh," ucap Wulan merasa ikut bahagia dengan kebahagian Arsy.
"Tapi gue gak tahu, siapa yang mau lamar gue? Kalau tua? Atau apa? Namanya juga pilihan orang tua. Dari pada gue hidup sengsara dengan semua fasilitas yang di ambil sama Ayah dan Bunda. Mau gak mau gue nurut. Lagi pula gue anak satu - satunya, kasihan Ayah dan Bunda gue," ucap Arsy pelan sambil mentap wajahnya di cermin yang besar.
Malam ini Arsy memang terlihat berbeda dan sangat cantik sekali. Rambut lurus yang panjang sebagu itu di buat ikal semakin menambah pesona kecantikannya. Usianya memang baru mengunjak tujuh belas tahun, tapi Arsy sudah cukup dewasa dan tidak manja seperti kebanyakan anak gadis seusianya.
"Terus Bismo gimana? Bismo sudah tahu hal ini?" tanya Wulan pelan yang berdiri tepat di belakang Arsy.
Arsy hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Bismo gak tahu. Gue gak akan kasih tahu. Gue masih sayang sama Bismo, hanya saja tadi siang dia coba nyium gue. Jelas gue marah. Gue kan bukan perempuan murahan," ucap Arsy kesal.
"Apa? Bismo? Beraninya dia? Secara dia kan ketua OSIS, kok malah mencontohkan hal yang gak baik," ucap Wulan dengan kesal.
"Sudah jangan di bahas. Gue juga gak pengen membahas itu. Biarkan saja. Loe, sebagai sahabat harus bisa jaga rahasia lamaran gue malam ini. Minggu depan gue nikah," titah Arsy pelan kepada Wulan.
"Percaya sama gue. Rahasia loe aman, Sy," ucap Wulan pelan.
Arsy mengangguk pelan lalu memeluk Wulan, sahabatnya dengan erat. Selama ini hanya Wulan tempat curhatnya. Dari kelas X hingga saat ini kelas XII mereka selalu satu kelas dan selalu bersama.
"Arsy ...." panggil Bunda Bella pelan.
"Iya Bun,'"jawab Arsy berbalik badan dan menghampiri Bunda Bella.
"Ayok, tamunya sudah datag dan sudah menunggu di bawaah. Jangan malu - maluin ya. Senyum. Jangan kecewakan Ayah dan Bunda," ucap Bunda Bella menasehati.
Waktu terasa sangat cepat sekali. Ayah Arsy sempat masuk ke kamar tadi untuk memberikan beberapa nasihat untuk Arsy. Intinya apa yang di lakukan orang tua itu selalu yang terbaik untuk anaknya. Mungkin bisa saja tidak di rasakan sekarang, tapi esok hari atau di kemudian hari.
"Iya Bunda," jawab Arsy pelan.
Arsy di apit oleh Bunda Bella dan Wulan berjalan menuju ruang tamu. Jantungnya terus berdegup dengan kencang sekali. Rasa cemas dan gugup bercampur menjadi satu.
Perlahan ketiganya turun dan Arsy menundukkan kepalanya. tak sanggup rasanya mngangkat wajahnya yang cantik untuk melihat jodohnya itu.
"Oh ini yang namanya Arsy. Cantik sekali. Sini Arsy," panggil Mama Tina degan lembut.
"Arsy, beri salam kepada Mama Tina dan Papah Baron," titah Bunda Bella setengah berbisik.
Arsy mengangguk pelan dan mengangkat wajahnya berjalan menghampiri calon mertuanya.
"Arsy, Tante ... Arsy, Om," ucap Arsy pelan sambil menyalami kedua calon mertuanya.
Pandangan Arsy sedikit mengedar mencari cari lelaki yang akan di jodohkan kepadanya. Namun, lelaki itu tak ada.
"Kamu pasti sudah kenal dengan anak Tante. Namanya Tedy, dia guru BP di sekolah kamu. Kenal kan?" tanya Mama Tina dengan suara pelan.
Kedua mata Arsy pun setengah melotot dan bibirnya membuka karena kaget. Lelaki yang akan di jodohkan adalah Pak Tedy, guru BP di sekolahnya. Wulan pun ikut tercengang namun masih bisa mengendalikan diri untuk tidak berteriak.
Berbeda dengan Arsy yang benra - benar syok mendengar ucapan calon Mama mertuanya itu.
"Arsy ...." panggilan Bunda Bella sedikit membuat Arsy tersadar dan menghilangkan rasa gugupnya. Sebelum Arsy berbalik ke arah Bunda Bella dan duduk dekat Bundaya. Arsy menjawa pertanyaan calon Mamah mertuanya dengan sopan.
"Ohh Pak Tedy. Iya Tante, Arsy tahu. Beliau guru BP Arsy di sekolah," ucap Arsy sedikit tergagap.
Arsy hanya masih tidak yakin dengan hal ini. Antara percaya dan tidak percaya, kalau ia harus d jodohkan dengan gurunya sendiri.
"Gimana?" tanya Mama Tina kepada Arsy yang masih terlihat kaget.
"Gimana apanya, Tante?" tanya Arsy dengan tatapan bingung.
"Tedy? Anak Mama? Ganteng kan?" tanya Mama Tina sambil terkekeh.
"Jangan panggil Tante, Arsy. Panggil Mama dan ini Papa. Sebentar lagi kan kamu mau jadi anak Mama dan Papa juga," imbuh Mama Tina menasehati.
Arsy hanya mengangguk pelan. Lalu berbalik badan dan duduk tepat di sebelah Bunda Bella dan Wulan.
Acara langsung di mulai dan di buka oleh Ayah Hermawan, selaku tuan rumah sekaligus Ayah dari Arsy, pihak perempuan.
Wulan hanya menyenggol lengan Arsy pelan. Lalu berbisik pelan tepat di telinga Arsy.
"Pak Tedy? Guru BP kita itu calon suami loe. Ganteng banget, cuma agak killer sih. Mungkin karen adia guru BP harus begitu," bisik Wulan pelan tanpa ekspresi sama seklai.
Sama seperti Arsy, Wulan juga sedikit syok mendengar sahabatnya hari ini lamaran, minggu depan menikah dan ternyata calon suaminya adalah Pak Tedy, guru BPnya sendiri.
"Bunda. Arsy mau ke kamar mandi dulu ya," ucap Arsy pelan.
"Ya. Jangan kabur. Setelah ini makan malam bersama," titah Bunda Bella pelan.
Arsy menganggukkan kepalanya pelan. Tak ada niatan Arsy untuk pergi atau kabur dari acara ini. Arsy masih membutuhkan kedua orang tuanya. Cita - cita Arsy juga masih panjang untuk di gapai. Kalau memang Pak Tedy adalah calon suaminya. Masih ada waktu satu minggu untuk menggagalkan acara ini secara alami tanpa tersentuh. Atau juga bisa setelah menikah di buat se-demikian rupa agar Pak Tedy tidak menyukainya dan menceraikannya.
"Hah Cerai? MAsaaku jadi janda masih sekecil ini. Tidak. Tidak. Arghhh," teriaknya di dalam hati dengan rasa bingung.
BUGH ...
Arsy yang sejak tadi melamun dengan pikirannya sendiri, tidak fokus terhadap langkahnya dan menabrak sebuah dda bidang yang cukup keras seperti beton di jalan tol. Ia mengangkat wajahnya dan menatap lekat Pak Tedy yang juga sedang menatap Arsy.
"Ehemm ... Maaf Pak," ucap Arsy pelan sambil memundurkan tubuhnya dari tubuh Tedy.
Jantung Arsy semakin berdetak kencang dan berlari - larian. Ia begitu sangat kaget sekali atas hal ini.
"Lain kali hati - hati," ucap Tedy dengan dingin.
Tedy langsung pergi begitu saja tanpa ada ekspresi. Wajahnya nampak terlihat datar dan cuek.
"Memang ganteng luar biasa. Kenapa beda banget sama waktu di sekolah," batin ARsy di dalam hatinya.
Arsy hanya bisa menarik napas dalam dan menghembuskan napas itu perlahan. Ia harus sering mulai belajar menenangkan hatinya.
"Arsy ... Cepat ke sini. Mau tukar cincin," panggil Bunda Bella pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Caca Cha
lanjut
2024-02-18
0
Rapa Rasha
sabar Arsy pasti nanti itu guru BP nya akan bucin akut kuadrat iya kan kak
2024-01-22
0
Kiki Sulandari
Arsy pasri masih kaget dilamar oleh guru Teddy,sang guru BP
2022-11-12
0