Arsy sudah membersihkan diri di kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur berupa daster. Teddy sendiri duduk di ruang TV depan kamar Arsy. Hari semakin gelap dengan petir yang masih menyambar.
"Kak? Mau mandi? Kalau mau, biar Arsy ambilkan pakaian Papah yang sudah kekecilan. Sepertinya ada kaos dan celana training," tawar Arsy lembut.
Teddy sedikit bingung. Rasanya tidak enak juga berduaan dengan Arsy di rumah yang sepi ini. Walaupun baru saja, Teddy sudah menelepon Bunda Bella, untuk meminta ijin bahwa sedang menemani Arsy di rumah karena keadaan yang mencekam.
"Kamu gak apa -apa Saya tinggal mandi sebentar?" tanya Teddy lembut. Karena Teddy tahu, Arsy itu gadis penakut.
"Gak apa -apa. Biar nanti Arsy siapkan minuman hangat dan makanan," ucap Arsy pelan.
Arsy turun ke bawah ke kamar orang tuanya untuk mengambil baju milik Papahnya untuk Teddy.
"Kak, Ini baju Papah yang sudah kekecilan. Pakai saja. Arsy di bawah ya?" ucap Arsy pelan.
"Iya," jawab Teddy pelan.
Arsy turun kebawah menuju dapur bersih untuk membuat minuaman hangat, sedangkan Teddy mandi di kamar Arsy.
Suara petir makin terdengar sangat kencang dan menyambar -nyambar. Kilatan cahaya juga jelas terlihat di sertai geluduk yang menggelegar membuat Arsy sedikit merinding.
Baru saja, menyalakan panci berisi air untuk di panaskan dan membuat minuman hangat. Suara bel dari arah depan pintu berbunyi nyaring hingga ke dapur.
"Tamu? Siapa?" tanya Arsy lirih. Arsy pun berjalan menuju depan rumah. Pintu depan pun di buka.
"Arsy," ucap Bismo lirih dengan wajah penuh penyesalan.
Udara yang dingin dan tempat yang sepi membuat kejadian itu seperti di film india yang sangat romantis. Bismo pun berlutut di depan Arsy sambil memegang tangan gadis cantik yang telah lama menjadi kekasihnya itu. Aroma wangi sabun sereh pub membuat Bismo yang sedang akil balik pun merasa bergairah.
"Bi -Bismo?" jawab Arsy pelan.
"Maafin aku ya, Sy. Aku khilaf. Kamu tahu kan Sy, aku itu sayang banget sama kamu. Kita pacaran juga sudah lama. Kalau bukan Anisa yang menggodaku, aku juga tidak mungkin mau," ucap Bismo pelan denagn nada memohon.
"Apa? Anisa yang menggoda kamu, Mo? Kamu itu lelaki? Terus, Kita ini baru pacaran, kamu aja udah berani selingkuh, dan perbuatan kamu itu benar -benar gak pernah ada dalam pikiran aku," ucap Arsy tegas. Kalau mengingat kejadian tadi siang, ia muak dan kesal. Gak habis pikir aja, seorang Bismo, Ketua OSIS bisa melakukan hal gila seperti itu.
"Aku khilaf Sy. Aku juga baru melakukan kesalahan kali ini saja," ucap Bismo tetap membela dirinya. Menganggap apa yang ia lakukan itu benar dan tidak berslaa.
"Hah? Semudah itu melakukan kesalahan secara sadar dan meminta maaf untuk pembelaan seolah -olah kamu korban Anisa. Karena menurut kamu, Anisa yang bersalah dalam hal ini. Kamu sudah gila?" ucap Arsy tambah kesal. Melihat Bismo pun mulai muak.
"Selama ini apa aku pernah berbuat ini. Kamu tahu, Sy. Aku memang lelaki yang di penuhi oleh nafsu dan saat aku merasa kesepian, Anisa datang. Aku khilaf Sy," ucap Bismo sambil menggenggam tangan Arsy dengan sangat erat.
Arsy menggelengkan kepalanya pelan. Memang selama ini waktu Bismo hanya untuk dirinya dan organisasi OSIS.
"Sudahlah Mo. Arsy ingin putus saja. Arsy lebih baik membebaskan kamu untuk dekat dengan siapa pun. Mulai sekarang Arsy tidak ingin menggaggu waktu kamu lagi. Arsy mau fokus sama pendidikan Arsy, ujian akhir kelulusan," ucap ARsy tegas.
"Kasih aku kesempatan Sy. Apa kamu tidak mau memaafkan aku?" tanya Bismo pelan. Masih terus mencoba merayu Arsy untuk memaafkan dirinya.
"Lebih baik kita berteman saja. Tidak ada lagi hubungan di antara kita kecuali berteman. Maafkan Arsy, Mo. Ini keputusan Arsy," ucap Arsy pelan.
Bismo berdiri menatap lekat ke arah Arsy. Suasana sepi membuat Bismo semakin berani di tambah lagi pakaian Arsy yang terlihat seksi dan cantik. Kedua mata Bismo mengedarkan pandangannya ke arah dalam rumah Arsy. Biasanya, Kalau Bismo datang, baik Bunda Bella atau Mbok yang bekerja di rumah Arsy akan ikut keluar melihat tamu yang datang. Lalu, biasanya Arsy akan menyuruh Bismo masuk ke dalam duduk di ruang tamu. Tapi kali ini, Arsy membiarkan Bismo tetap di luar dan terselubung dala udara dingin.
"Bunda kemana?" tanya Bismo kemudian.
"Gak ada. Lagi pergi," jawab Arsy dengan jujur.
Bismo mengulum senyumnya. Ini adalah hal yang di tunggu -tunggu. Sudah sejak lama berpacaran dengan Arsy belum sedikit pun Bismo bisa mencium Arsy. Waktu Arsy pun tidak banyak dan tidak bebas. Kedua orang tuanya akan selalu memantau jika pergi dengan Bismo. Tapi, kejadian tadi pagi membuat Bismo menginginkan Arsy lebih lagi.
"Di luar hujan Sy. Kamu tidak menyuruhku masuk? Dingin," ucap Bismo memohon. Baju dan celana Bismo sedikit basah karena menerjang hujan dengan motor besarnya.
Arsy menoleh ke belakang sekilas. lalu menganggukkan kepalanya pelan.
"Masuk. Arsy lagi buat minuman. Mau minum apa?" tanya Arsy ketus.
"Apa aja Sy. Buatan kamu tentu membuat tubuhku akan semangat hangat," ucap Bismo yang masih berusaha meryu Arsy.
Arsy membalikkan tubuhnya menuju dapur untuk membuat tiga minuman hangat. Bismo pun masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Baru saja Arsy mematikan kompor gas dan akan membuat minuman hangat, suara petir yang sangat keras pun terdengar sangat dekat di iringi dengan kilatan cahaya yang menyambar sangat jelas hingga cahaya terang terasa berkedip di rumah. Seketika lampu mati dan semua gelap. Sontak Arsy pun berteriak kencang.
"Arghh ...." teriak Arsy dengan sangat keras.
Bismo berlari menuju arah suara di balik ruang tami yang di batasi dinding. Ia mencoba mecari Arsy dalam kegelapan. Saat tangan Bismo bisa meraih tubuh Arsy. Bismo langsung memeluk dan berbisik.
"Jangan takut. Ada aku di sini. Aku tak akan melepaskanmu Arsy," ucap Bimo lirih tepa di telinga Arsy hingga membuat gadis itu merinding.
Arsy hanya diam dalam dekapan Bismo dan tak berkutik atau pun berontak. Bismo mulai merasakan kenyamanan pelukan Arsy. Pelukan yang tak pernah di rasakan Bismo selama ini menjadi kekasihnya. Aroma wangi di tubuh Arsy membuat Bismo semakin merekatkan pelukannya. Perlahan bibirnya pun mulai menyentuh kulit leher Arsy yang berada dalam dekapan dadanya.
Bismo memang sudah pintar dan lihai membuat gadis -gadis yang di dekatinya itu makin tak bisa lepas padanya. Ternyata lelaki itu selalu membuat situasi menjadi panas dan tak terkendali seperti ini.
"Aku masih sayang sama kamu, Sy. Kamu jangan pernah takut." suara lirih Bismo membuat bulu kuduk Arsy pun berdiri. Ia berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Bismo yang semakin terasa aneh. Tangan Bismo mulai bergerilya mencari -cari kepuasan.
"Bismo!! Lepaskan aku!!" teriak Arsy dengan suara kerasnya. Lengkingan suara itu membuat sesuatu terjadi.
BUGH!!
Sorot lampu emergency pun menyorot tepat di wajah Bismo yang sudah terjatuh di lantai.
"Arsy? Kamu tidak apa -apa?" tanya Teddy yang melihat Arsy seperti trauma dan ketakutan.
"Kak Teddy," ucap Arsy lirih dan menghambur memeluk lelaki yang telah menjadi tunangannya itu.
"Pak Te -Teddy?Arsy? Kalian?" ucap Bismo yang makin penasaran dengan hubungan keduanya. Tadi di bioskop, Bismo melihat keudabya. Kini, di rumah Arsy, Bismo juga menemukan keduanya berada dalam satu atap.
"Kamu pergi sekarang atau mau saya laporkan ke sekolah dan kamu di keluarkan dari sekolah?" tegas Teddy menatap tajam ke arah Bismo. Teddy hanya tidak ingin Bismo banyak pertanyaan dalam pikirannya.
"Baik Pak Teddy. Saya akan pergi. Arsy, kita berdua masih ada urusan. Lihat saja," ancam Bismo kepada Arsy sambil mengacungkan jari tengahnya tepat di depan wajah Arsy yang sejak tadi menatap ke arah Bismo yang terlihat kesal dan marah.
Bismo pun bergegas pergi dari rumah Arsy. lalu menaiki motor besarnya dengan sangat cepat dan melajukannya dengan kencang. Suara knalpot yang nyaring terdengar jelas hingga motor itu sudah menjauh.
"Kamu gak apa -apa, Sy? Kalau ada sesuatu hal yang aneh. Lapor pada saya," pinta Teddy tegas sambil menatap Arsy.
Arsy masih sedikit trauma dan ketakutan. Kegelapa tidak hnaya membutnya parno pada hantu, tapi juga dirinya pun bisa celaka. Hampir saja Bismo nekat melakukan hal -hal mesum di rumah Arsy, saat Bismo tahu Arsy di rumah hanya sendirian.
"Arsy takut Pak," ucap Arsy pelan dan cemas.
Ia takut semua terulang.
"Arsy lapar? Mau makan? Atau mau tidur saja? Biar saya temani di kamar?" tanya Teddy pelan.
Arsy menggelengkan kepalanya pelan.
"Arsy mau tidur." jawab Arsy pelan.
Arsy menaiki tangga ke lantai dua menuju kamar tidurnya. Teddy mengikuti dari belakang, berusaha menjaga Arsy. Teddy membukakan pintu kamar tidur Arsy dan membantu Arsy tidur di tempat tidurnya. Wjahnya terlihat kacau sekali dan penuh ketakutan.
"Kak ...." panggil Arsy lembut.
Teddy pun duduk di pinggir kasur dan membantu menyelimuti Arsy.
"Kenapa Sy?" tanya Teddy lembut.
"Jangan bilang Bunda kalau ada kejadian seperti ini?" pinta Arsy kepada Teddy.
"Gak akan. Saya akan tetap menjaga rahasia ini. Boleh saya menasihati sedikit?" ucap Teddy pelan dan ragu.
"Apa Kak?" tanya Arsy pelan.
"Lupakan Bismo. Gak usah lagi berteman sama dia. Kamu sudah tidak di hargai lagi. Kalau dia sayang sama kamu, dia tidak akan berani melakukan itu kepadamu," pinta Teddy pelan.
Arsy hanya menatap lekat ke arah Teddy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Caca Cha
kelewatan bismo
2024-02-18
0
Rapa Rasha
terlalu nekat kmu bismo
2024-01-22
0
Qaisaa Nazarudin
Nah kan ku bilang juga apa,Di sini seolah Bismo yg jd korbannya,Arsy emang benar2 Bodoh menurut ku,,,
2023-04-20
0