NovelToon NovelToon

Cinta Putih Abu

MENIKAH MUDA?

Arsy Hermawan, Seorang gadis belia, putri semata wayang dari pasangan Hermawan dan Bella.

"Pagi, Bunda, Panda," celetuk Arsy yang baru saja keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya karena kelakuan Arsy yang masih seperti anak - anak.

Arsy menciumi pipi kedua orang tuanya itu. Dengan sikap yang masih kekanak - kanakan, Arsy pun bergelayut manja di lengan Papahnya.

"Pagi Sayang. Bagaimana kelas barunya?" tanya Hermawan pelan sambil menyeruput kopi hitamnya, lalu mencium putri semata wayangnya itu.

Tangan Arsy masih bergelayut manja dan mencium balik pipi Sang Papah.

"Duduk Arsy. Jangan seperti itu. Kamu itu sudah besar," ucap Bunda Bella menasehati, sambil memenyiapkan sarapan untuk Sang Suami.

Bunda Bella hanya tidak ingin Arsy kebablasan. Tetap saja di depan orang banyak sikap manja yang seperti itu akan menimbulkan tawa setiap orang yang melihatnya.

"Kelas baru? Cukup menyenangkan. Tapi, sekarang kelasnya bersebelahan dengan ruang BP. Gurunya killer banget, galak luar biasa gak mandang laki - laki atau perempuan yang sedang di hukum. Menyebalkan," ucap Arsy kesal sambil mencomot roti tawar di meja makan untuk segera di makan.

Bunda Bella pun meletakkan piring nasi goreng ketengah meja.

"Kok nyebelin? Memang kenapa?" tanya Bunda Bella sedikit penasaran. Arsy memang manja tapi bukan tipe anak yang drama atau mengadu.

"Ya gitu. Jadi lebih ketat kan aturannya Bunda," ucap Arsy dengan memutar kedua bola matanya dengan malas.

Tawa Bunda Bella pun pecah.

"Oh ... Jadi ini. Makanya kamu pakai baju gak ketat dan rok sedikit panjang<' ucap Bunda Bella masih tertawa.

"Lucu Bun? Aneh ya? Pakai seragm begini?" tanya Arsy pelan.

Bunda Bella menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak aneh. Tai, cuma agak beda aja. Tapi lebih bagus begini. Bunda lihatnya tuh gak sesak gitu, kayak susah napas dan susah gerak. Kamu nayaman pakai pakaian seragam seperti kemarin?" tanya Bunda Bella pelan.

Arsy tak menjawab. Sbenarnya memang gak nyaman, tapi kan mode pakaiannya memang begitu. Sebenarnya lebih nyaman dengan seragam yang sekarang ia pakai. Lebih agak longgar dan bisa bernapas serta bisa bergerak bebas misalnya berjalan cepat atau berlari kecil.

"Arsy. Papah mau bicara sesuatu yang penting," ucap Hermawan pelan.

Arsy mngangkt wajahnya dan meletakkan segelas susu ynag tinggal setengah itu ke meja. Ia harus mendengarkan ucapan Papahnya terlebih dahulu.

"Apa Pah?" tanya Arsy pelan dnegan rasa penasaran.

Papah Hermawan sangat jarang mengajaknya bicara serius dan penting. Kalau memang terjadi, itu tandanya memang ada sesuatu yang penting yang harus di bicarakn, mungkin saja masalah kenaikan uang sakunya karena saat ini Arsy sudah duduk di kelas XII. Atau mungkin, Arsy mau di belikan mobil baru karena mobil lama yang sering di pakainya ke sekolah sering sekali mogok.

'Arghh ... entahlah. Tapi yang jelas, biasanya papah memberikan kejutan yang baik dan indah untuk Arsy,' batin Arsy di dalam hati.

"Besok malam kamu akan lamaran. Dan minggu depan kamu akan menikah," ucap Papah Hermawan dengan nada suaa datar tanpa ekspresi. Begitu pun dengan Bunda Bella yang langsung menatap wajah Arsy yang nampak melotot karena terkejut.

"Apa? Lamaran? Menikah? Enggak ... Enggak bisa Pah. Arsy masih kecil, masih mau menikmati masa muda Arsy, bukan menikah. Lagi pula mau menikah dengan siapa? Bismo?" tanya Arsy yang tak percaya dengan pernyataan Papah Hermawan yang sedikit tak masuk akal.

"Papah tidak mau tahu. Besok kamu harus lamaran dan minggu depan kamu akan menikah!! Mau tidak mau, kamu harus tetap mau. Jangan bikin malu orang tua," ucap Papah Hermawan tegas dan lantang. Mimik wajahnya terlihat sangat serius sekali dan tidak ada candaan sama sekali.

"Enggak mau. Arsy enggak mau. Lalu Bismo? Papah dan Bunda tahu kan? Arsy lagi dekat sama Bismo?" tanya Arsy pelan.

"Lupakan Bismo. Kmau pilih menikah atau Papah ambil semua fasilitas yang selama ini kamu pakai. Mobil, atm, kartu kredit, laptop, ponsel. Gimana? Pikirkan baik - baik. Dan kalau tidak mau, urus hidupmu sendiri dengan kerja sendiri. Papah berangkat dulu, Bun," ucap Papah Hermawan dengan suara yang sangat tegas dan lantang.

"Ya, Pah," jawab Bunda Bella pelan sambil menyalami Heramwan dan mencium punggung tangan itu dengan sopan. Lalu mengantarkan Hermawan, suaminya sampai depan.

"Jangan lupa. Nasehati anakmu untuk mau menikah," tith Hermawan saat akan melajukan mobilnya.

""Iya Pah. Bunda pasti lakukan yang terbaik," ucap Bunda Bella pelan.

Arsy hanya bisa terdiam. Mood keceriaan paginya hilang seketika dengan kabar yang menurutnya bikin syok dan kaget. Bunda Bella pun melanjutkan sarapannya dnegan diam. Sengaja menunggu Arsy yang angkat bicara terlebih dahulu.

"Ini gak lagi bercanda kan Bun?" tanya Arsy pelan.

Bunda Bella hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil mengunyah nasi goreng buatannya sendiri.

"Bunda? Arsy sedang ajak bicara Bunda. Kok Bunda malah begitu sih? Senang ya? Arsy susah?" tanya Arsy kesal. Arsy merasa Bundanya pun tidak ada pembellan untuk dirinya.

"Susah? Mana ada bikin kamu susah? Memang Bunda suruh kamu kerja? Sapu - sapu, ngepel, masak, cuci piring atau cuci baju? Gak kan? Susahnya di mana?" tanya Bunda Bella yang bersikap biasa saja.

"Ini soal pernikahan Bunda. Kenapa sih? MAsih ada jodoh - jodohan? Ini jaman moderen Bunda, bukan jaman siti nurbay?" ucap Arsy yang terus meluapkan kekesaslannya.

"Terus? Salahanya dimana, Arsy? Tidak menyalahi aturan kan? Calon suamimu ini ganteng, pintar, kren, macho, Bunda yakin banyak perempuan yang mau sama dia?" ucap Bunda Bella pelan.

Arsy pun membuang mukanya. Lalu beranjak berdiri untuk segera ke sekolah sebelum terlambat dan di setrap oleh guru BP yang killer itu.

"Arsy kamu mau kemana?" tanya Bunda Bella pelan dengan suara sedikit ker ikut berdiri dan mengejar Arsy yang melengang begitu saja. Arsy betul - betul kesal.

"Arsy berangkat dulu, Bun," ucap Arsy sambil mencium punggung tangan Bunda Bella dengan lembut.

"Hati - hati Arsy. Inget pesan Bunda. Papah melakukan ini tentu ada maksud baik. Bukan sekedar menjodohkan saja, tapi juga Papah sudah emngenal betul sosok lelaki yang akan menjadi Imam kamu itu.," ucap Bunda Bella pelan menjelaskan.

"iya Bunda. Arsy tahu. Tapi ...." ucapan Arsy terhenti.

"Tapi apa? Masa muda kamu tidak hilang. Bunda yakin, suami kamu akan menjadi sosok suami yang bijak. Jangan berpikir buruk dulu tentang pernikahan. Calon suamimu ini sudah dewasa dan matang secara pemikiran, kamu tidak perlu khawatir," ucap Bunda Bella pelan sambil memeluk Arsy.

"Bunda yakin, kamu pasti bisa Arsy. Lupakan Bismo, dia masih terlalu muda. Kalian itu hanya cinta monyet, setelah lulus pasti putus. Lebih baik putus dari sekarang. tapi ingat, pernikahanmu ini di lakukan diam -diam agar pihak sekolah tidak tahu. Jelas?" ucap Bunda Bella pelan menjelaskan.

Arsy hanya bisa mengangguk pasrah. Permintaan Sang Papah mau tidak mau harus di turuti oleh Arsy. Jika tidak, Arsy tidak bisa lagi membayangkan kalau ia harus melepas semua fasilitas yang memudahkan bagi hidup Arsy itu.

KETAHUAN

Arsy sudah sampai di sekolah bertepatan dengan suara bel masuk berbunyi dengan nyaring.

"Arsy ...." panggil Wulan dari arah koridor kelas.

Kedua mata Arsy mencari keberadaan suara cempreng yang tidak asing itu adalah Wulan, sahabatnya.

"Hei ... Mau pada kemana? Bukannya bel masuk sudah berbunyi," ucap Arsy santai.

"Kumpul di lapangan. Ada pengumuman penting katanya," ucap Wulan pelan sambil menggandeng Arsy dan menggiringnya ke lapangan sekolah.

Di sana semua siswa dan siswi dari kelas X hingga kelas XII sudah berkumpul rapi berbaris di lapangan sekolah.

"Hai sayang? Tumben agak telat, datangnya? Kamu gak lagi sakit kan?" ucap Bismo yang langsung merangkul bahu Arsy dan memegang kening pacarnya untuk memastikan kalau tidak sedang sakit.

"Gak apa - apa sayang. Gak lagi sakit juga. Cuma ...." ucapan Arsy langsung di hentikan. Tidak mungkin ia bicara macam - macam pada Bismo dan Wulan. Apalagi bicara tentang pernikahannya smeinggu lagi karena di jodohkan.

Langkah Bismo terhenti. Lalu menghadapkan Arsy tepat di depan nya.

"Cuma apa? Ada apa?" tanya Bismo dnegna penasaran.

"Cuma ... Tadi Papah nanya, mau kuliah di mana? Arsy cuma jawab, lihat nanti Pah, beum cari - cari," jawab Arsy berbohong.

"Kamu gak lagi bohong kan? Tidak ada sesuatu yang terjadi?" tanya Bismo kembali.

"Bener," jawab Asry mulai malas di ajak bicara. Pikiran Arsy mulai tak karuan.

"Jadi, malem minggu besok, kita bisa makan malam bareng dong. Kita jalan ya? Aku jemput kamu, Arsy," pinta Bismo dengan tenang. Bismo menatap lekat kedua mata Arsy yang terlihat bingung.

Mendengar kata malam minggu. Arsy pun menelan air liurnya ke dalam kerongkongan. Malam minggu adalah hari ....

Ekhemm ... Suara deheman Sang guru BP yang killer sudah terdengar sangat keras sekali.

"Kalian malah asik berduaan si sini. Gak lihat semua teman kamu sudah berbaris rapi di lapangan?" ucap tegas Guru BP itu sambil menatap tajam ke arah Bismo yang masih memegang kedua tangan Arsy.

Arsy langsung menunduk dan melepaskan genggaman Bismo dan lari ke tengah lapangan bersama Wulan untuk baris.

"Di sini sekolah, bukan tempat untuk bermesraan," ucap Guru BP itu tegas.

Tatapan keduanya bertemu dan begitu lekat. Bismo semakin sinis dan benci sudah di tegur dan di nasehati seperti itu.

"Apalagi kamu ketua osis. Kamu harus bisa menjaga sikap kamu, Bismo," ucap Guru Bp itu menasehati.

Semua siswa sudah berkumpul dan berbaris di lapangan. Para guru juga sudah berjajar rapi di depan. Hari ini, adalah hari untuk mengingatkan para siswa bahwa minggu depan akan memasuki ujian tengah semester. Di harapkan para siswa dan siswi lebih giat belajar. Setelah selesaiujian tengah semester, akan di adakan study tour ke BALI untuk siswa dan siswi kelas XII.

Sorak sorai kembali terdengar sangat riuh saat kepala sekolah mengucapkan acara study tour sebagai acara puncak istirahat bagi siswa dan siswi kelas XII sebelum menghadapi ujian akhir nasional.

"Arsy ...." panggil Wulan lirih sambil menoel tangan Arsy yang khusyuk mendengarkan kepala sekolah yang sedang memberikan sedikit ceramah tentang belajar.

Arsy menoleh. "Apa?", singkat sekali Arsy menjawab.

"Lihat ke depan," titah Wulan pelan.

Arsy mengikuti arahan Wulan dan menatap ke arah depan. Menatap smeua guru yang ada di depan mereka yang terlihat kepanasan karena sorot matahari.

"Apa sih?" tanya Arsy pelan. Ia tidak menemukan sesuatu yang janggal.

"Lihat guru BP kita, ganteng juga ya?" ucap Wulan sambil terkekeh.

"Cih ... Males banget lihat mukanya juga," ucap Arsy dengan kesal.

"Hem ... Awas nanti jadi suka lho. Sekarang ketampanannya jadi trending topik satu sekolah," ucap Wulan menggoda Arsy.

"Sudah punya Bismo. Lebih ganteng," jawab Arsy dengan sedikit ketus.

Sejak di tegur tadi. Arsy semakin malas bertemu dengan Guru BP itu.

Wulan hanya tersenyum dan mengangguk prah dengar jawaban Arsy.

Bismo adalah ketua osis. Dia lelaki humoris, baik, santai dan tegas. Bismo memang tampan, ia menjadi selebriti di sekolah. Hanya Arsy yang sanggup meluluhkan hati Bismo yang dingin itu.

"Iya deh yang punya Bismo," ucap Wulan menggoda.

"Wulan ... Diam," tegas Bismo tepat di belakang Arsy.

Wulan terkejut bukan main saat menoleh ke samping Bismo sedang menatapn tajam ke arah dirinya.

Acara sudah selesai. Semua siswa sudah kembali ke kelas masing - masing dan menunggu di mulainya pelajaran dengan masuknya para guru sesuai dengan bidang studinya masing masing.

"Sy ... Nanti aku ada rapat osis. Temenin ya?" pinta Bismo pelan.

"Aku kan bawa mobil, Mo. Gimana donk?" ucap Arsy pelan.

"Suruh Wulan bawa saja. Kamu naik motor sama aku," ucap Bismo pelan.

"Oke. Aku tanya Wulan dulu. Wulan kamu bawa mobil aku pulang ya, sorean aku antar kamu pulang. Mau makan siang sama Bismo dulu. Oke? Tidur aja di kamar aku, ada Bunda juga kok?" tanya Arsy kepada Wulan.

"Oke. Silahkan pacaran. Kebetulan di rumah sepi. Mau baca komik di rumah Arsy aja," ucap Wulan pelan.

Sudah satu jam Arsy duduk di bagian belakang ruang rapat itu. Arsy memang tidak ikut dalam organisasi OSIS, tapi setiap kegiatan OSIS, Arsy selalu ada karena keinginan Bismo yang selalu ingin di temani oleh Arsy.

"Jadi acara pelantikan OSIS akan dilaksanakan kapan?" tanya Bismo tegas.

'Secepatnya Kak Bismo kalau bisa sebelum ujian tengah semester. Mengingat setelah ujian tengah semester anak kelas XII akan berlibur ke BALI," ucap salah satu anggota OSIS kelas XI.

"Gimana kalu malam minggu besok saja? Kita adakan perkemahan sabtu minggu dan puncak acara di hari minggu untuk pelantikannya?" ucap Erna Sang sekertaris OSIS yang masih memiliki rasa suka dengan Bismo.

Sesekali Bismo menatap ke arah Arsy yang duduk di belakang sambil memainkan ponselnya. Jenuh memang mengikuti rapat yang sama sekali tidak di mengerti oleh Arsy.

Arsy bangkit erdiri dan berjalan begitu saja keluar ruangan rapat itu. Bismo pun ikut bangkit berdiri mengejar Arsy.

"Arsy? Kenapa? Maaf kalau kamu bosan atau jenuh," ucap Bismo yang merasa bersalah.

"Aku mau ke kamar mandi, Mo," ucap Arsy tertawa.

"Kirain kamu marah. Bisa sendiri? Atau di antar?" tanya Bismo kemudian.

"Sendiri aja Bismo. Ini cuma ke kamar mandi, gak perlu khawatir juga," ucap Arsy pelan.

Bismo hanya tersenyum dan mengangguk pelan lalu masuk kembali ke dalam ruangan rapat untuk melanjutkan mengikuti rapat.

Arsy berjlan menuju kamar mandi wanita yang ada di ujung koridor. Semua tampak sepi dan sunyi sekali. Arsy sempat bergidik ngeri. Sambil menutup mata dengan tangannya Arsy pun berjalan dengan cepat menuju kamar mandi.

"Kamu belum pulang?" tanya seorang lelaki yang baru saja keluar dari ruangannya dan mengunci ruangan itu.

Arsy menghentikan langkahnya dan menurunkan tangan dari wajahnya.

"Belum Pak. Saya masih rapat," ucap Arsy dengan sopan.

"Memang kamu anak OSIS?" tanya Guru BP itu sedikit meyelidik.

Tatapan itu membuat Arsy semakin bingung dan cemas.

BISMO

"Bukan Pak. Saya bukan anak OSIS." suara Arsy nampak bergetar. Arsy sangat takut sekali, banyak siswa membicarakan guru killer ini, walaupun Arsy sendiri belum pernah kena masalah dengan guru BP baru ini.

"Lalu? Kenapa masih ada di sekolah?" tanya Guru BP itu terus mencecar dengan pertanyaan.

"Emm ... Saya sedang menunggu Bismo selesai rapat," ucap Arsy jujur.

"Dia pacar kamu? Sampai mau menunggu?" tanya guru BP itu dengan menyelidik.

Kedua mata Arsy pun membola. Tidak biasanya seorang guru akan bertanya - tanya hal yang bersifat pribadi seperti ini.

"Urusan Bapak, apa? Bismo itu ketua OSIS, mau pacar saya, saudara saya, itu kan bukan urusan Bapak?" ucap Arsy mulai kesal.

Tatapan guru BP itu semakin lekat dan terlihat tajam.

"Saya memang tidak ada urusannya tentang hal ini. Tapi, kalau sampai terjadi sesuatu hal dengan kalian berdua dan kalian masih memakai seragam putih abu lengkap dengan badge sekolah ini, maka itu akan tetap menjadi tanggung jawab saya dan guru - guru yang lainnya. Tentu, orang tua kamu akan menyalahkan kami. Paham?" ucap guru BP itu semakin tajam.

"Permisi saya mau ke kamar mandi," ucap Arsy yang hanya berpamitan dan pergi begitu saja.

Napas Arsy memburu. Arsy sangat kesal sekali. Masuk ke dalam kamar mandi dan membanting pintu. Guru BP itu hanya berdiri menoleh sekilas ke arah Arsy yang terlihat kesal kepada dirinya.

Setengah jam kemudian. Acara rapat OSIS itu telah selesai. Arsy masih termenung sambil mnetap ke arah luar jendela ruangan rapat.

"Kamu kenapa Sy?" tanya Bismo pelan berjalan ke arah tepat duduk Arsy dan duduk di depannya.

Gadisnya itu seharian ini tampak berbeda sekali. Seperti ada beban di pundaknya dan ada sesuatu hal yang di rahasiakannya. Bagaimana tidak, keduanya telah berjanji akan masuk di universitas yang sama dan memimpikan bisa selalu bersama dan akhirnya menikah. Apa Menikah? Tunggu dulu, kenapa sekarang aku harus menikah dengan cara di jodohkan. Menyebalkan.

Kedua tangan Arsy melipat rapat di depan dadanya. bibirnya nampak mnggemaskan sekali.

Cup ... Bismo mencuri ciuman di bibir Arsy saat kelas itu kosong.

"Bismo!!" teriak Arsy dengan keras. Selama ini Bismo tidak pernah macam - macam. Sudah satu tahun Arsy dan Bismo menjalani hubungan dan mereka hanya saling mendukung satu sama lain.

Bismo yang aktif di dunia keorganisasian dan Arsy aktif sebagai pemain basket perempuan.

Ttapan Bismo lekat kepada Arsy dan mengunci tangan Arsy yang sempat memukul dada Bismo karena kaget.

"Kenapa? Kamu malu? Di sini gak ada orang. Di sini sepi Arsy, semua orang sudah pulang. Bukankah kita sudah lama berpacaran, berciuman hal yang wajar," ucap Bismo dengan suara lantang.

Entah kemasukan setan apa, Bismo siang ini. Niatnya tadi ingin menggoda Arsy, tapi respon Arsy yang garang dan galak membuat Bismo malah semakin gemas ingin memeluk gadisnya.

"Aku gak suka Bismo!! Jangan pernah lakukan ini lagi kalau kamu masih mau jalan sama aku," ucap Arsy ketus..

Arsy langsung pergi begitu saja. Arsy kesal, Bismo seolah sudah tidak menghargai dia.

"Arsy!!" teriak Bismo dengan suara keras.

Arsy mengabaikan teriakan Bismo. Bismo merasa bersalah.

Kedua air mata Arsy pun turun. Arsy hanya tidak menyangka Bismo seberani itu mencium dirinya. Selama ini Bismo terkenal sopan dan santun.

BRUK ...

Arsy terjatuh dan terduduk di lantai. Wajahnya yang telah basah pun mnatap ke arah depan sambil menatap orang yang di tabraknya.

"Maaf," ucap Arsy tebata.

"Kamu?" ucap guru BP itu yang sejak tadi juga belum pulang karena masih harus mengurusi study tour yang akan di laksanakan setelah ujian tengah semester.

"Maaf Pak," ucap Arsy pelan sambil menundukkan kepalanya lagi.

"Kamu kenapa?" tanya guru BP itu pelan. Saat melihat wajah Arsy yang basah karena air mata.

Arsy menggelengkan kepalany pelan. Tidak mungkin ia bercerita telah di cium Bismo. Tentu itu juga akan mempermalukan dirinya sendiri atau lebih parah lagi, bisa - bisa kedua orang tuanya akan dipanggil hanya gara - gara masalah ciuman.

"Kamu sakit? Atau mau di antar pulang?" tanya guru BP itu pelan.

Lagi - lagi Arsy pun hanya menggelengkan kepalanya pelan. Arsy langsung mengambil tas ranselnya yang terjatuh dan memakainya kembali lalu bangkit berdiri dan pergi begitu saja.

Arsy lupa. Mobilnya sudah di bawa Wulan pulang ke rumah. Dompetnya pun juga tertinggal di mobil. Arsy berdiri di depan pintu gerbang untuk mencari taksi online, namun angkutan berkel situ juga tak kunjung datang.

"Arsy? Maafkan aku," ucap Bismo dengan nada memohon.

"Ayo nak ke motor," imbuh Bismo pelan menitah.

Arsy hanya diam dan tak bicara. Pandangannya mengedar ke segala arah dan mencari jika sewaktu - waktu taksi online itu datang.

Suara motor besar pun terdengar nyaring dar arah halaman sekola. Guru BP itu menatap ke arah keduainsan yang sepertinya sedang berdebat. Motornya terus meaju dan seolah tak peduli. Arsy sekilas menatap motor Sang guru dan memberanikan diri memberhentikan motor itu dengan membentangkan kedua tangannya.

"Maaf Pk. Saya ikut pulang boleh? Kepala saya pusing," ucap Arsy beralasan sambil berpura - pura memegang kepalanya pelan.

Motor guru BP itu pun berhenti. Teddy langsung membuka kaca helm full facenya menatap lekat ke arah Arsy.

"Say mau pulang. Lagi pula arah pulang kita berbeda,"

"Tapi saya sakit Pak," ucap Arsy mengiba.

"Itu ada ketua OSIS kita. Tadi katanya saya tidak boleh ikut campur dengan urusan kamu," ucap Teddy pelan.

"Cih ...." Arsy hanya brdecih kesal.

Guru Bp itu langsung menutup kaca helmnya dan melajukan motornya dengan cepat dan tidak mempedulikan Arsy, anak muridnya yang meminta tolong kepadanya.

Rasanya seperti kena tamparan sendiri dan termakan omongannya sendiri. Wajah Arsy pun langsung murung.

"Arsy? Ayok," teriak Bismo di atas motor maticnya.

"Gak. Pergi saja," ucap Arsy ketus.

Arsy berlari ke arah depan jalan. Melihat ada taksi online yang lewat dan segera memberhentikannya.

Bismo terus berteriak keras saat Arsy menaiki taksi online itu.

Selama di perjalanan Arsy hanya terdiam. Ia kecewa sekali dengan perbuatan Bismo. Bagaimana kamu bisa menjagaku kalau setiap ada kesempatan maka kamu akan berbuat macam - macam kepadaku? batin Arsy di dalam hatinya.

Sesampai di rumah, Arsy pun langsung masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan naik begitu saja ke lantai dua untuk masuk ke kamar tidurnya tanpa menyapa Bundanya.

Tubuhnya langsung di hempaskan di kasur empuk itu.

"Arsy?" panggil Bunda, saat mengetahui Arsy pulang dan bersikap tidak seperti biasanya.

Arsy hanya diam dan memejamkan kedua matanya yang indah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!