Teddy mengusap lembut rambut Arsy.
"Kamu mau susu hangat? Atau mau makan? Sambil nunggu lampunya menyala," tanya Teddy pelan.
"Susu putih boleh," ucap Arsy pelan.
"Baiklah. Kamu tunggu di sini. Saya akan buatkan untuk kamu," ucap Teddy pelan.
Teddy berdiri sambil membawa lampu emergency. Tangan Arsy pun menarik lengan Teddy yang akan pergi meninggalkannya.
"Kak ... Arsy ikut ya? Arsy takut," ucap Arsy pelan sambil memegang tangan Teddy erat.
"Lebih baik kamu istiraat saja Sy," jawab Teddy lembut.
"Tidak. Arsy takut. Arsy takut, Bismo datang lagi. Arsy gak mau sendiri." jawab Arsy pelan.
"Saya mau buatkan kamu susu saja. Setelah itu saya naik lagi. Saya akan temani kamu samapi besok," ucap Teddy membuat Arsy sedikit tenang.
"Arsy takut Kak. Arsy ikut," ucap Arsy lirih.
Air matanya malah keluar begitu saja. Ia tak kuasa menahan rasa kecewa atas kejadian yang baru saja terjadi.
"Sy. Hanya sebentar." pinta Teddy lembut yang duduk kembali sambil mengusap lembut pucuk kepala Arsy.
"Sudah. Arsy tidak mau susu. Kakak di sini saja, temani Arsy." cicit Arsy manja.
Kedua mata Teddy mendelik dan menatap lekat ke arah Arsy.
"Saya di sini? Nemenin kamu?" tanya Teddy pelan.
Arsy mengangguk pasrah. Mau bagaimana lagi? Dari pada ia mati berdiri karena ketakutan. Jadi, lebih baik ia tidak makan dan minum untuk malam ini. Arsy lebih baik menahan rasa lapar dan hausnya alias berpuasa.
Baru juga Arsy sedikit lega dan berusaha menenangkan dirinya dari rasa trauma yang baru saja terjadi. Suara petir yang sangat keras seperti tadi kembali terdengar sangat kencang sekali. Sontak keterkejutan Arsy pun langsung memeluk tubuh Teddy yang ada di depannya. Tangan Arsy begitu erat memeluk punggung Teddy seolah tak ingin berpisah dan tak ingin melepas.
"Sy ... Saya tidak bisa bernapas. Lagi pula, kita belum muhrim," ucap Teddy lirih setengah berbisik mengingatkan Arsy.
Walaupun Teddy sudah bertunangan dengan Arsy bukan berarti Teddy merasa aman dan nyaman bila Arsy melakukan hal itu. Malah seperti kucing ynag di pancing dengan ikan asin. Teddy tetaplah seorang lelaki sejati yang memiliki hati, perasaan dan tentu saja nafsu serta hasrat. Kalau tidak bisa menahan diri, mungkin saja malam ini akan menjadi malam terindah penuh dosa bagi mereka.
'Argh ... Saya sedang berpikir apa sih?' batin Teddy di dalam hatinya.
Kedua mata Arsy perlahan membuka dan mengerjap pelan. Kepalanya masih bersandar di dada Teddy. Jelas Arsy mendengar detak jantung Teddy yang berdegup kencang. Arsy sendiri merasakan jantungnya juga berdetak lebih cepat dari biasanya. Hawa dingin karena hujan deras tetap saja membuatnya berkeringat karena gugup. Aroma wangi parfum Teddy yang sudah melekat mendarah daging di tubuh tegapnya itu membuat aroma khas di tubuh Teddy.
"Ta ... Tapi ... Arsy ta -takut Kak." jawab Arsy lirih tak terdengar. Arsy terlalu nyaman di dalam pelukan itu. Hanya pelukan bukan untuk yang lain.
Teddy paham. Arsy memang butuh pelukan ini untuk menghilangkan rasa trauma yang baru saja terjadi padanya. Orang yang selama ini dekat, ia sayangi da ia percaya malah ingin menyaitinya.
Akhirnya malam itu berlalu. Semua terasa lama dan sangat panjang. Keduanya canggung dan hanya terdiam tanpa ada obrolan hingga membuat Arsy tertidur dalam pelukan Teddy.
Hari sudah berganti. Pagi indah sudah datang dan memunculkan sinar matahari. Kedua mata Teddy membuka pelan. Tangannya terasa keram dan pegal. Arsy masih tertidur di dadanya memeluk erat dirinya seperti takut kehilangan. Perlahan Teddy pun memindahkan kepala Arsy ke arah bantal yang empuk itu.
"Eungh ...." Arsy hanya mendesis pelan. Tapi kedua matanya masih tertutup rapat.
Teddy langsung bangun dan turun dari tempat tidur. Sinar matahari sudah masuk melalui celah hordeng yang masih tertutup.
Ia membuka hordeng jendela dan berjalan keluar kamar dan pergi ke arah dapur untuk mencari makanan atu bahan makanan untuk di masak dan di makan.
"Den Teddy?" sapa Si Mbok yang bekerja di rumah Arsy.
"Astaga. Mbok. Saya kaget," ucap Teddy pelan sambil memegang dadanya.
Teddy benar -benar terkejut. Sambil menarik napas panjang.
"Maaf Den. Tadi, Saya sempat membuka kamar Non ARsy, ada Den Teddy. jadi saya keluar lagi. Den Teddy mau makan? Atau mau minuman hangat apa? Biar Mbok buatkan?" tanya Si Mbok pelan.
"Iya Mbok. Tadinya mau buat susu buat RAsy sama roti bakar gitu. Bikin kopi juga. Maaf Mbok. Tadi malam mati lampu dan Arsy ketakutan, terpaksa saya menemani Arsy. Malah saya ketiduran," ucap Teddy pelan.
"Tidak apa -apa Den. Tadi Bunda Bella juga tanya, dan saya bilang ada Den Teddy menginap. Tapi kaata Bunda tidak masalah," ucap Si Mbok yang menirukan ucapn majikannya tadi.
"Saya tidak mungkin macam -macam Mbok." jawab Teddy mencoba menjelaskan. Teddy hanya khawatir bila nanti akan di cap sebagai lelaki yang kurang baik.
Si Mbok hanya tersenyum. Lalu memasak air panas untuk membuat susu putih kesukaan Non Arsy dan kopi untuk Den Teddy.
"Iya Den. Tapi, Mbok sedih. Sebentar lagi rumah ini sepi," ucap Si Mbok pelan.
"Kan Papa mau berobat. Biar Papa sembuh dulu Mbok. Lagi pula Arsy juga masih di sini," ucap Teddy pelan.
"Rumah ini akan di kosongkan Den. Mungkin Non Arsy akan ikut Den Teddy agar lebih aman," ucap SI Mbok pelan menjelaskan.
"Oh Gitu. Bunda dan Papa belum bicara soal itu." jawab Teddy singkat.
Keduanya terdiam kembali. Arsy memang tidak mengetahui tentang penyakit Papahnya yang kronis dan harus berobat rutin di luar negeri.
"Sini Mbok. Biar saya bawa ke atas." ucap Teddy pelan sambil tersenyum.
Si Mbok menyiapkan susu putih dan kopi di dalam nampan besar. Berikut dengan roti tawar yang di buat oleh Teddy barusan dengan mentega dan mesis.
Teddy pun naik kembali ke lantai dua menuju kamar Arsy sambil membawa sarapan untuk calon istrinya itu. Sejak malam Arsy belum makan sama sekali, tentu pagi ini ia akan merasa lapar.
Setelah masuk ke dalam kamar. Teddy menatap Arsy yang masih terlelap di tempat tidur dengan tubuh melingker seperti uler.
"Sy ...." panggil Teddy dengan suara lembut sambil meletakkan nampan besar itu di nakas dekat tempat tidur berukuran besar itu.
Arsy hanya mendesis pelan. Ia masih nampak nyenyak dan malah makin mengeratkan guling di pelukannya.
"Arsy ... Sarapan yuk?" panggil Teddy kemudian sambil duduk di tepi ranjang berusaha menepuk pelan bahu Arsy.
Arsy pun terbangun. Kedua matanya membuka dan membola saat ada tangan besar menyentuh bahunya. Ia pun langsung terduduk dan menoleh ke arah samping. Arsy mendapati Teddy yang duduk di tempat tidurnya dengan senyum bahagia. Lalu memandangi Teddy dari atas hingga ke bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Caca Cha
sakit apa pa arsy
2024-02-18
0
Rapa Rasha
papa e Arsy sakit apa ya
2024-01-22
0
Ernawati Nurung
assalamualaikum apakabarnya maaf ya kalo ada salah
2023-05-06
0