"Kamu pacar Arsy? Atau hanya teman?" tanya Hermawan dengan suara tegasnya hingga membut Bismo sedikit bergidik. Bru kali ini ia di tanya seperti ini oleh Papah Arsy. Selma ini Bismo sering wara wiri ke rumah Arsy, tidak sekali pun Papah atau Mamah Arsy menanyakan hal ini kepadanya.
"Ekhemm ... Iya Om," ucap Bismo pelan sambil menundukkan kepala.
"Kalian masih muda. Masih panjang untuk menggapai cita - cita kalian. Apalagi kalian sudah kelas tiga, lebih baik persiapkan diri kalian untuk menghadapi ujian nasional. Jangan terlalu banyak bermain," ucap Hermawan menasehati.
"Iya Om. Bismo hanya sekalian berangkat ke sekolah bersama Arsy. Nasihat Om, akan Bismo ingat," ucap Bismo peln.
"Ya sudah sna berangkat. Hati - hati bawa motornya," ucap Hermawan dengan suara tegas.
Bismo hanya mengangguk pelan dan membalikkan tubuhnya kembali ke arah teras depan.
"Udah pamitan?" tanya Arsy yang melihat raut wajah agak berubah sedikit.
Bismo hanya mengangguk plean dan tak menjawab.
"Kamu kenapa sih?" tanya Arsy yang merasa aneh kepada Bismo. Arsy bangkit berdiri dan menggendong tas ranselnya.
"Kamu udah sarapan? Kita sarapan di antin ya? Kita ngobrol di sana?" ucap Bismo pelan sambil memakai helm full facenya.
Arsy hanya menggelengkan kepalanya dan terdiam menatap Bismo yang memang terlihat tampan. Sudah ketua OSIS, pintar secara akademik dan pintar main basket.
"Ayok naik?" titah Bismo pelan.
Arsy pun naik ke atas motor dan melingkarkan kedua tangannya ke arah perut Bismo. Hal itu biasa di lakukan oleh Arsy kepada Bismo, bukna hanya sekali du akli karena memang kedekatan mereka yang sudah memiliki hubungan lebih dari teman dan sahabat itu.
Saat motor Bismo akan keluar daripintu pagar, mobil milik Arsy yang di kendarai Teddy pun masuk ke dalam halaman rumah Arsy. Keduanya berpapasan. Teddy menatap lekat ke arah Bismo dan Arsy secara bergantian dan Arsy pun menatap ke arah Teddy dengan posisi masij memeluk Bismo dari arah belakang. Entah Arsy lupa, atau pura - pura lupa, cincin yang sudah terpasang di jari manis Arsy menandakan kini Arsy adalah milik Teddy, guru BP di sekolahnya.
Sekilas Bismo melirik ke arah Teddy sebelum akhirnya Bismo melajukan motor sport besarnya lebih kencang di jalan raa yag masih terasa sepi itu.
Di meja makan, Bunda Bella dan Ayah Hermawan sedang memikirkan bagaimana cara agar Bismo dan Arsy bisa sedikit menjauhkan diri satu sama lain tanpa harus mengetahui tentang kebenarannya.
"Seharusnya Bunda banyak bicara pada Arsy. Kasih tahu, nasihati Arsy. Sebentar lagi ia akan menjadi istri orang, harus bisa menjaga dirinya sendiri dari lelaki lain, walaupun hanya sebatas teman. Lihat sendiri kan? Bismo mengakui mereka pacaran bukan sekadar berteman saja," ucap Hermawan menasihati Bella, istrinya.
"Iya Ayah. Nanti Bunda coba ajak bicara setelah Arsy pulang sekolah," ucap Bunda Bella pelan.
Suasana hening sejenak. Ayah Hermawan kembali fokus menghabiskan sarapannya.
"Permisi, Bunda, Ayah?" sapa Teddy pelan dan sopan menghampiri kedua orang tua itu dan mencium punggung tangan keduanya sebagai rasa hormat.
"Nak Teddy? Sini sarapan bersama Ayah," ajak Hermawan pelan.
"Teddy sudah sarapan tadi di rumah Ayah," jawabTeddy dengan sopan.
"Duduklah dulu Nak Teddy. Temani Ayah sarapan, biar Bunda buatkan kopi atau teh amnis?" tanya Bunda Bella dengan lembut.
"Teh manis saja Bunda. Maaf merepotkan," ucap Teddy pelan yang merasa tidak enak.
"Baiklah Bunda buatkan. Sebentar ya," ucap Bunda yang langsung menuju dapur untuk membuatkan teh manis.
Di meja makan, Hermawan bnayak memberukan nasihat kepada Teddy, terlebih dalam hubungannya dengan Arsy, anak semata wayangnya.
"Kamu tahu? Arsy itu anak perempuan satu - satunya yang Ayah miliki. Gadis itu penurut, tapi Arsy paling tidak suka di perintah, sifatnya keras, manja, perhatian dan tulus. Kamu harus sabar menghadapinya. Mungkin, pertunangan ini terlalu cepat dan membuat Arsy sedikit syok saja. Lama kelamaan, Ayah berani bertaruh, dia akan menerima kamu dengan baik. Kamu hanya butuh waktu saja, Nak Teddy," ucap Ayah Hermawan begitu bijak.
"Iya Ayah. Teddy paham akan masalah ini. Teddy akan mencoba lebih bisa mengerti Arsy," ucap Teddy dengan sangat sopan.
"Ini teh nya di minum, Nak Teddy," ucap Bunda Bella sambil tersenyum saat meletakkan sau cangkir teh manis untuk Teddy, calon menantunya.
"Ehm ... Lalu, Kamu kapan mulai ngantor di tempat Ayah?" tanya Hermawan pelan sambil menyeruput kopi hitamnya yang mulai mendingin.
"Secepatnya Ayah. Mungkin untuk hari sekolah, Teddy masuk dulu dan ijin di siang hari untuk ke kantor. Nanti teddy tanyakan kembali untuk jadwal BP hari apa saja. Kebetulan Guru BP ada dua orang, Kpela Sekolah pasti mengerti akan hal ini," ucap Teddy memberikan penjelasan.
Hermawan hanya manggut - manggut paham.
Tidak sampai setengah jam, Arsy dan Bismo sudah sampai di sekolah. Keduanya duduk saling berhadapan di kantin tempat biasa mereka sarapan bersama.
"Kamu kenapa diam saja dari tadi, Arsy? Aku kan sudah minta maaf atas kejadian kemarin?" ucap Bismo pelan sambil memainkan tangan Arsy yang sejak tadi di pegang erat oleh Bismo.
Entah mengapa Bismo merasa sebentar lagi, ia akan kehilangan Arsy karena ucapan tegas dari Ayah Arsy tadi pgi saat berada di rumah Arsy.
"Gak apa - apa. Aku cuma lelah aja," ucap Arsy pelan.
Bismo terus menggenggam tangan Arsy dan sesekali memainkan jarinya. Sampai jari Bismo pun tak sengaja menyentuh benda logam yang dingin melingkar di jari manis Arsy. Bismo menatap sekilas ke arah jari manis Arsy dan menatap lekat ke arah Arsy yang terlihat panik.
"Cincin baru? Dari siapa? Kemarin kayaknya belum pakai? Bahkan cincin yang aku belikan pun tidak pernah kamu pakai dengan alasan kamu tidak suka memakai cincin?" tanya Bismo dengan tatapan bingung.
Arsy pun langsung nampak salah tingkah. Raut wajahnya pun berubah dan terlihat bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan Bismo.
"Ehmm anu ... ini tuh ....." ucapan Arsy pun terhenti karena penjual nasi kuning kesukaan Bismo sudah datang membawa pesanan kedua sejoli ini.
"Ini nasi kuningnya lengkap denga telur dadar bulat dan orek tempe kering. Gak lupa Ibu tambah perkedel dan kerupuk udang. Ini Teh manisnya, maaf lama ya?" ucap Penjual nasi kuning itu meletakkan dua porsi pesanan Arsy dan Bismo.
"Makasih Bu Kita makan," ucap Arsy penuh semangat seolah lupa dengan pertanyaan Bismo tadi. Hari ini Arsy beruntung Bismo tak kembali mempertanyakan hal itu dan fokus pasa nasi kuning yang membuat keduanya candu untuk sarapan bersama di sekolah.
"Arsy ... Di panggil ke ruang BP, sekarang," ucap Hany keras saat betemu dengan Arsy.
Bismo dan Arsy pun menatap ke arah Hany yang memanggil dirinya. sarapannya belum habis dan masih setengah piring lagi. Tapi, panggilan dari Guru BP tidk main -main. Apalagi kemarin ... Ia dan Bismo ... Apakah masalah kemarin? Batin Arsy tak menentu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Caca Cha
lanjuut
2024-02-18
0
Rapa Rasha
lanjut
2024-01-22
0
Kiki Sulandari
Ada apa Arsy dipanggil ke ruang BP?
Jangan jangan.....
2022-11-12
0