Semangat? Tentu saja, pagi ini Renjani kurang semangat untuk datang sekolah. Bukan karena alasan pelajaran yang semakin lama mulai menyulitkan, tapi memang masalah dengan Ardhi yang membuatnya kurang semangat buat ke sekolah. Rasanya Renjani hanya ingin tetap di rumah sambil memikirkan harus mengambil keputusan yang bagaimana. Pasalnya, kedua pilihan yang diberikan oleh laki-laki bernama Ardhi itu sama sekali tidak menguntungkan dirinya.
Dengan muka yang tampak begitu kusut dan terus ditekuk, Renjani hanya duduk diam di kursi kelasnya tanpa ingin bergerak menuju kantin. Iya, bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, tapi gadis itu tetap saja setia berada di tempat duduknya.
Pada saat Renjani masih berada pada angan pikirannya sendiri, ia mendapatkan sebuah tepukan kecil pada bahunya dari seorang laki-laki yang sangat dikenalnya dengan baik. Kedatangan David yang tidak terduga ini mampu membuat Renjani sedikit terkejut.
"Kenapa melamun?" Tanya David yang kini telah mengambil tempat duduk persis di kursi kosong, sebelah dari gadis bernama Renjani itu.
"Tidak ada," tentu saja Renjani tidak mau memberitahu temannya itu mengenai hal yang tengah menjadi pusat pikirannya.
"Apa ada masalah? Kalau iya, lo bisa aja cerita sama gue," kata David meminta agar gadis itu tidak menyembunyikan masalah sendirian.
"Bukan sesuatu yang besar," ujar Renjani singkat.
Daripada terus mendapat desakan dari David, Renjani memutuskan untuk mengganti topik pembicaraannya. Kini giliran gadis itu yang mengajukan pertanyaan.
"Lo kenapa ada disini? Mau ngomongin sesuatu? Atau minta tolong sesuatu sama gue?" Tanya Renjani sembari menatap ke arah laki-laki itu dengan tatapan ingin tahu.
Sambil tersenyum ragu-ragu, David mulai memberitahu maksud serta tujuannya datang kepada Renjani. "Nanti, setelah pulang sekolah lo sibuk gak? Atau ada acara gitu?"
"Kebetulan hari ini gue libur dari kerja part time. Memangnya kenapa? Mau ajak pergi?" Tanya Renjani sambil menebak-nebak.
"Temenin gue, ya... Ke pusat perbelanjaan cari hadiah buat cewek gue. Dia hari ini baru balik dari Austria dan nanti malem gue ada acara makan malam sama dia," ujar David meminta tolong dengan penuh harap.
Karena kondisi Renjani yang saat ini bisa dibilang kurang baik, ia pun memutuskan untuk menolak ajakan dari teman laki-lakinya itu. Tahu sendiri kan, kalau Renjani sedang harus memikirkan keputusan terbesar untuk hidupnya? Karena tiga hari waktu yang tersedia, rasanya Renjani hanya ingin berada di rumah sambil terus berpikir.
"Sorry tapi, gue gak bisa. Lain kali aja ya, gue pasti temenin lo," tolak gadis itu sambil menunjukan sebuah senyuman tipis.
Tahu kalau ajakannya ditolak, David yang tak mudah menyerah itupun tetap kerasa kepala memaksa Renjani agar mau menemaninya. Laki-laki itu sedikit merajuk seperti layaknya seorang anak kecil yang minta dibelikan permen. Terlihat begitu menggemaskan ketika David berperilaku seperti ini.
"Ayolah... Please, temenin gue ya... Kalau urusan kado, lo kan yang paling pinter buat milih," pintanya memohon dengan sangat kepada gadis bernama Renjani itu.
"Jangan hari ini deh ya! Lain waktu aja, gue mager banget," sama seperti yang dilakukan David, Renjani juga nyatanya ikut bersikeras pada penolakan.
"Janji deh, kalau lo mau temenin, gue bakal kasih coklat satu kilo buat lo, gimana?" Hanya demi mendapatkan kata 'setuju' dari Renjani, laki-laki itu sampai harus menyogok dengan sesuatu hal yang paling disukai.
Mendengar akan diberi coklat satu kilo oleh lelaki itu, mampu membuat Renjani mengernyitkan dahi serta hidungnya, mencoba memikirkan kembali soal menolak ajakan dari David. Kalau benar mau diberi coklat sebanyak itu, Renjani juga tak sanggup menolak. Pasalnya, coklat adalah salah satu dari banyaknya makanan yang paling disukai. Kalau lagi badmood, pasti coklat menjadi pilihan untuk mengembalikan mood yang sempat hancur itu.
"Mainnya curang ya. Pakai acara nyogok segala," protes Renjani tidak suka dengan cara memaksa yang dilakukan oleh laki-laki itu.
"Ya mau gimana lagi, habisnya lo nolak mulu," ucap David sambil menatap ke arah gadis itu, penuh harap.
Karena sudah seperti ini, bagaimana cara Renjani untuk memberikan sebuah penolakan? Hanya demi diberi coklat satu kilo, Renjani memutuskan menerima ajakan dari laki-laki itu.
"Ya udah, gue temenin tapi, jangan terlalu lama ya!" Kata Renjani yang segera mendapatkan sebuah senyuman puas dari laki-laki bernama David itu.
"Ok. Gitu dong dari tadi," ucap David tampak begitu bahagia.
...•••...
Sesuai dengan apa yang sudah disetujui, sore ini, tepatnya setelah jam pulang sekolah, bersama dengan David, Renjani sekarang sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan yang katanya paling besar di kota ini.
Sebenarnya sejak diperjalanan, Renjani sudah mencoba untuk memikirkan dengan seksama mengenai rekomendasi kado yang bisa dia berikan kepada David. Entah mengapa, menurut dirinya akan lebih baik kalau membelikan sesuatu benda yang bisa dijadikan sebagai kenang-kenangan. Misalkan: baju, sepatu, tas, boneka, atau barang lainnya yang bukan sekali pakai.
"David?" Panggil Renjani kepada sosok laki-laki yang kini tengah berjalan bersama persis di sampingnya.
"Iya?" Sahutnya cepat.
"Cewek lo suka apa? Maksudnya, apa ada benda spesifik yang sering dia koleksi?" Tanya Renjani hanya dengan maksud untuk lebih mempermudahkan diri sendiri dalam memberikan rekomendasi.
"Ehm... Dia begitu menyukai benda yang unik dan lucu," ucap David tak sungkan memberitahu gadis itu.
Kalau memang kekasih dari David suka dengan benda unik, maka kotak musik akan menjadi sebuah hadiah tepat untuk diberikan. Sejak berkeliling, Renjani juga telah tertarik dengan sebuah kotak musik berbentuk komidi putar yang dijual pada salah satu toko.
"Mau lihat itu gak?" Tanya Renjani sembari menunjuk ke arah toko yang menjual kotak musik.
Tanpa menunggu laki-laki itu memberikan jawaban, Renjani dengan segera langsung menariknya paksa agar mau menuju ke toko yang menjual kotak musik berbentuk komidi putar itu. Sepertinya Renjani benar-benar menyukai kotak musik itu.
Dengan senyuman sumringah dan terlihat begitu semangat, Renjani menatap ke arah kotak musik yang memang sedari tadi sudah mengambil ahli fokusnya. Padahal hanya sebuah kotak musik, tapi rasanya Renjani juga ingin memilikinya.
"Gimana menurut lo? Pasti cocok dipakai buat hadiah?" Kata Renjani kepada laki-laki yang saat ini terlihat lagi berpikir.
"Lo suruh gue buat kasih kotak musik?" Tanya David.
"Iya. Katanya cewek lo suka sama barang unik. Kotak musik juga unik loh... Jarang banget ada cowok kasih itu ke ceweknya. Biasanya mah, paling sering boneka, bunga atau coklat," ucap Renjani seakan mendesak agar laki-laki itu membeli kotak musiknya.
"Lo yakin, cewek gue bakal suka sama hadiah kotak musik?" David terlihat ragu dengan saran yang diberikan oleh teman perempuannya itu.
"Yakin. Gue aja suka banget sama kotak musiknya, pasti cewek lo juga akan merasakan hal sama," ujar Renjani yang tak dapat dipercayai oleh laki-laki itu.
"Emang bisa gitu ya?"
"Kalau lo gak percaya sama hadiah pilihan gue, ngapain lo pakai acara maksa gue buat ikut?" Tanya Renjani terdengar sedikit ketus kepada laki-laki itu.
Meskipun dalam diri David masih ada sedikit keraguan, dia tetap membeli kotak musik itu. Menurutnya semua yang dikatakan oleh Renjani ada benarnya juga. Kalau hanya menggunakan boneka, bunga, coklat atau barang lain sebagai hadiah, kelihatannya sudah biasa. Jaman sekarang, terlampau banyak cowok yang memberikan hadiah sejenis itu kepada sang kekasih.
Tanpa berkata apapun kepada Renjani, David bergegas untuk memanggil salah satu pegawai dari toko ini. Sebuah panggilan yang sanggup membuat seorang pegawai wanita datang menghampiri mereka berdua.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pegawai itu yang siap membantu mereka berdua.
"Boleh lihat kotak musiknya dulu?" Tanya David tanpa adanya sebuah basa-basi.
Sambil tersenyum baik, pegawai toko itu mengambilkan kotak musik yang dimaksud agar bisa dilihat terlebih dahulu oleh laki-laki bernama David.
"Stoknya hanya satu. Jadi, bisa dibilang barangnya terbatas," ujar pegawai itu memberitahu.
David yang kini masih mengecek keseluruhan dari kotak musik itu pun, perlahan-lahan mulai meninggalkan rasa keraguannya. Sekarang setelah melihat kotak musik berbentuk komidi putar dari dekat, dia malah yakin dan merasa kalau kekasihnya akan menyukai itu.
"Bagus kan? Unik juga," kata Renjani yang jauh dalam hatinya juga begitu menginginkan kotak musik itu.
Tak terlalu banyak berpikir, David memutuskan untuk membeli kotak musik itu dan menggunakannya sebagai hadiah buat sang kekasih yang katanya baru balik dari Jepang.
"Sekalian dibungkus rapi, ya... Soalnya mau dibuat hadiah," pinta David kepada pegawai toko ini.
Dengan senang hati pegawai toko menerima permintaan dari laki-laki itu. Ia mengambil kotak musik itu, lalu membawanya ke belakang meja kasir untuk menyiapkan bill sekaligus membungkusnya sebagai hadiah.
"Kalau cewek gue gak suka gimana?" Tanya David tiba-tiba dan itu berhasil membuat Renjani tersenyum lebar.
"Kasih ke gue aja," sebuah ucapan yang sanggup membuat David mengacak gemas rambut milik gadis itu.
Tanpa berbincang lebih banyak lagi, David pun melangkahkan kakinya menuju ke arah meja kasir untuk membayar bill dari kotak musik itu. Sedangkan Renjani, tetap ada di tempatnya sambil pandangannya terus melihat-lihat ke arah kotak musik lainnya.
...•••...
David :
Aku sudah ada di depan rumah mu.
Kapan kamu akan keluar dari sana?
Aku sudah begitu merindukanmu.
Tak berselang lama, setelah pesan itu dikirimkan oleh David kepada sang kekasih, dari kejauhan sudah mulai terlihat sosok gadis cantik yang tampak begitu anggun dengan gaun warna pink soft.
David yang memang sejak tadi hanya menunggu di dalam mobilnya pun memutuskan untuk turun dan menjemput sendiri gadis cantik yang telah cukup lama menjadi kekasihnya.
Dengan langkah tergesa-gesa, David akhirnya bisa juga menjangkau sang kekasih, adik dari pemimpin perusahaan Moonlight Group. Meskipun hanya ditinggal selama tiga hari dengan Syifa — kekasihnya, rasa kerinduan dari dalam diri David sudah begitu menggebu. Maka dari itu, tidak heran kalau setelah bertemu David langsung melemparkan sebuah pelukan yang begitu erat kepada gadis cantik itu.
"Aku begitu merindukanmu," ucap David disela-sela pelukannya.
Syifa yang akhirnya juga bisa merasakan kembali pelukan dari laki-laki ketiga yang paling dicintainya setelah ayah dan sang kakak, pun tanpa ragu mengatakan hal sama. Rupanya gadis itu juga sangat merindukan sang kekasih. Tiga hari berhubungan jarak jauh, tanpa adanya pertemuan, hanya mengandalkan komunikasi, membuat rasa rindunya begitu menggebu.
"Aku juga begitu merindukanmu. Rasanya sangat sepi, ketika kamu gak ada di samping aku," ujar gadis itu.
Setelah berpuas-puas memeluk tubuh mungil dari gadis itu, David pun mulai melepaskan pelukannya lalu dipandanginya Syifa dengan tatapan hangat. Senang sekali rasanya karena masih bisa diberi kesempatan untuk bertemu dengan kekasih yang paling disukainya itu.
"Malam ini, kamu mau ajak aku kemana?" Tanya Syifa penasaran. Karena memang, setelah sampai di negara ini, ia segera mendapatkan sebuah pesan singkat dari sang kekasih yang katanya ingin mengajak jalan-jalan, tapi tak disebutkan dengan jelas tujuannya.
"Sebuah tempat yang indah dan pastinya masih rahasia," kata David masih enggan memberitahu sang kekasih mengenai tempatnya.
"Restoran atau apa?" Syifa benar-benar penasaran.
"Nanti juga kamu tahu," ucap David kemudian menggandeng tangan dari wanita itu dan membawanya menuju ke dalam mobil.
Syifa yang masih begitu penasaran, mau tidak mau harus menunggu sampai nanti mendapatkan jawaban dari sang kekasih mengenai tempat yang dimaksud.
.
.
.
Hanya memerlukan waktu sekitar dua puluh lima menit, akhirnya mobil yang dikendarai sendiri oleh David sudah terlihat berhenti tepat di sebuah parkiran dari gedung hotel.
Syifa yang tahu kalau dirinya sekarang sedang ada di sebuah hotel pun mulai menatap kearah sang kekasih bingung. Bukankah tadi sebelum berangkat, David mengatakan akan membawanya ke sebuah tempat yang indah? Tapi, kenapa malah ke hotel? Apa di hotel ini memiliki suatu hal indah?
"Kenapa kita kemari?" Tanya Syifa penasaran.
"Ehm, katanya disini ada restoran rooftop dimana pengunjung bisa melihat pemandangan langit dan juga seluruh kota dengan bebas," kata David memberitahu kekasihnya itu.
"Benarkah?" Syifa kurang percaya karena tidak yakin kalau tempat seperti itu belum ada.
"Biar aku buktikan," ucap David sambil melepaskan sabuk pengaman yang masih dikenakan oleh sang kekasih.
Tak mau membuang banyak waktu untuk berbincang di mobil, David pun mengajak kekasihnya untuk turun dan bergegas masuk ke dalam gedung hotel itu. Tujuan kedatangan mereka kemari bukan untuk menginap, melainkan mengunjungi sebuah restoran dimana bisa melihat pemandangan indah dari atas rooftop tertinggi.
Karena tidak mungkin untuk menggunakan tangga, mereka pun melangkah ke arah lift dan bergegas menuju ke lantai tertinggi dari gedung hotel ini.
.
.
.
Hanya butuh waktu yang singkat, pasangan kekasih itu akhirnya tiba juga di sebuah restoranThe Sky. David yang memang telah memesan meja pun langsung mendapatkan pelayanan terbaik dari waiters.
Seperti apa yang dikatakan oleh sang kekasih, kini Syifa yakin dan percaya kalau di negara ini juga memiliki sebuah tempat yang begitu indah. Sungguh, pemandangan kota jauh terlihat cantik dari atas sini.
"Gimana? Aku tidak berbohong kan?" Tanya David sambil tersenyum puas.
"Kamu kok bisa nemu aja sih, tempat kayak gini?" Ucap Syifa merasa sedikit heran sekaligus kagum dengan sang kekasih.
"Anggap saja itu sebagai kelebihan dari diriku."
Sambil memperhatikan sekeliling, Syifa mulai menunjukan kalau dirinya memang begitu terkesan dengan restoran ini.
"Mungkin tempat ini akan menjadi salah satu dari favoritku. Aku terlalu suka berada disini, lain kali kamu harus ajak aku kemari."
"Tentu saja. Kalau kamu suka, aku pasti akan membawamu lagi kesini," ucap David terdengar seperti sebuah janji.
Bukannya ingin menggangu waktu perbincangan mereka berdua, seorang pelayan datang hanya untuk menyajikan makanan yang memang telah dipesan terlebih dahulu oleh David. Hampir seluruh yang dipesan adalah makanan kesukaan dari gadis itu. Iya, Syifa selalu suka makanan bergaya klasik Italia.
Saat pelayan tengah sibuk menyajikan semua makanan yang dipesan, David pun menggunakan kesempatan ini untuk memberikan kotak hadiah kepada gadis yang sudah cukup lama menjalin hubungan dengannya. Sebuah hadiah yang mungkin akan disukai oleh Syifa.
"Buat kamu," kata David sambil tersenyum.
"Ya ampun, pakai kasih kado segala. Boleh buka sekarang tidak?" Tanya Syifa meminta izin untuk membuka kado pemberian itu.
Tanpa bersua, David hanya menjawab itu dengan sebuah anggukan kepala si singkat. Telah mendapatkan izin, seketika Syifa langsung saja membuka kado itu. Ia sangat penasaran dengan isinya.
Ketika ia mengetahui kalau dalam kotak kado itu berisi sebuah kotak musik yang begitu lucu, Syifa pun tersenyum sumringah. Rupanya benar kata Renjani, mengenai sang kekasih yang pasti akan menyukai kotak musik itu.
"Makasih banget, babe... Kadonya lucu banget, aku suka..." Ungkap jujur Syifa dan terus terkagum pada kotak musik berbentuk komidi putar itu.
^^^Bersambung...^^^
Catatan kecil :
- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.
- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.
Story ©® : Just.Human
*please don't copy this story.
Find Me
✓ Instagram : just.human___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments