— 08.

Sebuah kebohongan memang tak akan selalu bisa dilakukan dalam waktu lama. Sejak awal menjajakan kaki di restoran, Ardhi sudah tahu kalau perempuan yang datang itu bukan Anastasia — Putri dari Tuan Aries. Bagaimana dia bisa tahu? Bukankah sebelum pertemuan, Ardhi sempat mencaritahu informasi tentang perempuan yang akan menjadi teman kencannya? Ardhi bahkan sudah tahu mengenai rupa dari Anastasia.

Ketika melihat ada seorang perempuan yang berpakaian super aneh datang menghampiri mejanya, tentu saja Ardhi merasa begitu terkejut. Dalam benaknya juga muncul cukup banyak pertanyaan, tapi dia menahan diri untuk tak mengajukan pertanyaan apapun. Alasannya hanya karena Ardhi merasa sedikit tertarik kepada perempuan yang berani datang dengan membawa kebohongan kepadanya.

Ardhi memang memilih diam dan membiarkan perempuan yang namanya masih belum diketahui itu mengatakan apapun sesuka hatinya. Sambil terus mendengarkan omong kosong yang sering menyebutkan kata 'om', Ardhi mendadak merasa tidak asing akan wajah dari perempuan yang tengah duduk dalam balutan busana aneh itu. Rasanya seakan sebelum ini, ia pernah bertemu. Kapan? Dan dimana? Itulah pertanyaan yang cukup menganggu.

Bukannya merasa risih, Ardhi hanya kasihan kepada perempuan itu. Sejak tiba, Ardhi sangat menyadari kalau perempuan yang sudah diyakini bukan bernama Anastasia, terlihat begitu kurang nyaman dengan pakaian yang tengah dikenakannya. Maka dari itu, Ardhi memutuskan meminta tolong kepada sang sekretaris untuk membelikan sebuah gaun.

Nindi memang selalu bisa dipercaya. Tak memerlukan waktu yang terlalu lama, setelah perintah itu diberikan, Nindi pun datang kepada tuannya sambil membawa paper bag yang memiliki isi sebuah gaun berwarna putih. Nindi bisa dengan mudah mendapatkannya, karena kebetulan ada butik cukup terkenal yang berdekatan dengan restoran ini.

Setelah membujuk perempuan itu, Nindi yang ditugaskan untuk menemani pun melangkah bersamaan menuju ke arah toilet yang ada di pojok dari gedung restoran ini. Nindi hanya perlu memastikan kalau perempuan yang katanya akan menjadi calon istri dari atasannya itu, memang mengganti pakaiannya.

Selagi menunggu mereka berdua keluar dari toilet, Ardhi yang mendapatkan panggilan telepon dari salah seorang klien penting pun memilih untuk menjawab panggilan itu terlebih dahulu. Untuk sebentar, Ardhi keluar dari restoran itu dan mulai berbincang mengenai bisnis dengan sang klien.

Pada saat dirinya tengah melakukan panggilan telepon, secara tak terduga kedua matanya terfokus pada satu sosok perempuan yang seharusnya menemani dalam kencan buta ini. Anastasia yang terlihat tengah tampak resah berdiri di samping sebuah mobil SUV berwarna hitam.

Sambil terus berbincang dengan sang klien, Ardhi juga tak ada hentinya menatap ke arah Anastasia. Tanpa perlu bertanya atau mempertanyakan apapun, Ardhi sudah bisa mengerti dengan rencana dari putri Tuan Aries.  Karena ini terkesan sedikit menarik, Ardhi memutuskan untuk mencoba menggagalkan rencana yang telah dibuat oleh Anastasia. Sepertinya akan seru jika tetap bersikeras mempertahankan perjodohan ini.

Cukup lama bagi seorang Ardhi berbincang dengan sang klien, akhirnya dia kembali juga masuk ke dalam restoran itu. Acara makan malamnya untuk kencan buta ini belum usai. Bersamaan setelah Ardhi duduk pada tempatnya, perempuan yang telah mengenakan gaun putih pemberiannya juga ikut menempati kursi yang ada. Kalau boleh jujur, penampilan dari perempuan yang masih belum Ardhi ketahui namanya itu tampak jauh lebih baik dari sebelumnya.

Sebenarnya Ardhi sangat ingin tahu tentang nama dari perempuan yang kini ada di hadapan, tapi dia menahan diri karena sekarang hanya ingin mengikuti alur sesuai rencana yang dibuat oleh perempuan itu dengan Anastasia.

Terus diam dan mendengarkan, sampai pada waktunya perempuan itu mulai mengatakan maksud dan tujuannya. Seperti apa yang diduga, dia tanpa segan mengatakan begitu banyak hal buruk tentang dirinya sendiri. Itu adalah cara klasik yang dibuat hanya agar Ardhi merasa ilfeel, lalu membatalkan tentang perjodohan ini.

Awalnya memang Ardhi begitu menolak, tapi setelah pertemuan dan semua yang terjadi mampu memancing daya tarik dari dalam dirinya untuk terus bertahan pada perjodohan ini. Mungkin saja, Ardhi malah dengan senang hati menerima perjodohan yang sudah disiapkan oleh sang kakek?

Sekarang, mau bagaimanapun dan apa saja yang dikatakan oleh perempuan itu, Ardhi akan membuang jauh-jauh pikiran untuk membatalkan perjodohan. Kebohongan dan drama yang dibuat oleh Anastasia dan perempuan itu semakin menarik. Ardhi sama sekali tak akan melepaskan dengan mudah dan akan selalu mengikutinya.

Karena sudah memiliki keputusan, tanpa berpikir panjang Ardhi pun mengajak perempuan itu untuk menghadiri pertemuan kedua yang rencananya ingin dilaksanakan setelah ia menyelesaikan segala urusan pekerjaan. Bukankah Ardhi harus bergegas bertemu dengan salah seorang klien bisnis dari Jepang?

Setelah Ardhi memberitahukan keinginannya untuk bertemu kembali, entah mengapa perempuan yang kini berada dihadapannya tampak begitu terkejut. Apakah ada yang salah dari permintaan Ardhi? Tentu saja perempuan itu terkejut hanya karena tidak berekspektasi kalau kencan buta ini akan berlanjut.

Melihat perempuan itu terkejut mampu memunculkan senyuman kecil di sudut bibir seorang Ardhi. Sekarang, kendali sudah ada ditangannya. Mau bagaimanapun cara Anastasia membatalkan perjodohan, jika Ardhi tak memberikan izinnya maka akan terus berlanjut.

Waktu memang terlampau cepat untuk berlalu, walau pertemuan ini belum terlalu lama terjadi, Ardhi sudah diharuskan untuk bergegas pergi. Sebenarnya dirinya masih mau mendengarkan banyak celotehan konyol, bahkan sampai ingin mengantarkan perempuan yang mengaku-ngaku sebagai Anastasia itu pulang, namun ia tak bisa melakukannya. Sang sekertaris — Nindi, sudah memberitahunya agar segera pergi menuju ke bandara.

Tanpa berlama-lama lagi, Ardhi yang memang penggila kerja itu pun bergegas untuk beranjak dari tempat duduknya, kemudian seusai berpamitan dengan perempuan itu Ardhi pun mulai melangkah pergi meninggalkan restoran. Sembari terus berjalan menuju ke arah mobilnya, Ardhi memberikan sebuah perintah yang harus dikerjakan oleh sang sekertaris.

"Nindi?" Panggil Ardhi dan langsung membuat sang sekertaris menempatkan diri, berjalan bersebelahan dengan sang atasan.

"Iya tuan?" Jawab Nindi.

"Kamu pasti sudah tahu kalau perempuan itu bukan Anastasia," kata Ardhi memastikan.

"Iya. Sejak awal saya sudah tahu."

"Bisakah kamu melakukan sesuatu?" Tanya Ardhi yang tak langsung memberitahu perintahnya.

"Saya tidak punya wewenang untuk menolak perintah dari tuan," ujar Nindi sambil menundukkan kepalanya sopan.

"Saya hanya ingin tahu mengenai perempuan itu. Bisakah kamu mencarikan informasi tentang dia?" Ardhi memberitahu apa yang dibutuhkan.

"Baik, akan saya lakukan," tanpa berpikir panjang, Nindi menerima dengan mudah perintah dari sang atasan.

"Secepatnya ya!" Tutup Ardhi sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil sedan yang sudah disediakan khusus untuknya.

...•••...

Malam ini, di sebuah kamar yang tampak tak asing telah terlihat Renjani yang tengah duduk termenung sendirian sambil pandangannya terus keluar jendela yang terbuka, menatap langit yang dipenuhi oleh banyak bintang.

Meskipun hari sudah semakin larut, Renjani tetap saja betah berada posisi yang sekarang. Sedikitpun rasa kantuk tak datang menghampiri. Apakah karena sekarang ini kepalanya tengah memikirkan banyak hal? Yang paling menggangu, tentu saja mengenai perjodohan sang kakak. Renjani sedikit khawatir jika rencana sang kakak akan hancur berantakan. Menurut Renjani, kemungkinannya sudah terlalu kecil untuk bisa dibatalkan.

"Renjani kenapa kamu bodoh banget sih? Kalau sudah seperti ini bagaimana? Kamu tadi lihat sendiri kan bagaimana tatapan dari pria itu?"  Renjani mulai merutuki dirinya sendiri.

Benar saja, tadi saat masih bersama lelaki bernama Ardhi itu, Renjani mendapati sebuah tatapan mata dari Ardhi yang kelihatan sudah tertarik dengan perjodohan ini. Bukan hanya sekedar prasangka, karena sebelum pergi Ardhi juga sempat mengatakan bahwa ingin menemuinya lagi. Kalau memang Ardhi tak tertarik, untuk apa juga dia meminta pertemuan kedua?

Semakin dikhawatirkan, pikiran Renjani malah makin kemana-mana. Semua hal negatif yang tak seharusnya ada ikut bergabung dan malah membuatnya jadi overthinking. Bahkan ia juga merasa kalau sekarang sudah berada di jalan buntu yang sama sekali tak memiliki jalan untuk kembali. Renjani terjebak dalam sebuah masalah yang tak seharusnya bagi dirinya terlibat.

"Kalau ayah dan ibu tahu bagaimana? Apa yang harus aku katakan kepada mereka?" Tanya Renjani kepada dirinya sendiri.

Renjani bisa begitu yakin, nanti ketika kedua orang tua angkatnya tahu tentang kebenaran dibalik kencan buta, pasti kekecewaan yang diliputi amarah akan datang menghampiri mereka. Seharusnya dari awal, saat memutuskan untuk membantu sang kakak, Renjani lebih memikirkan kedua orang tuanya.

Di tengah segala keluh pikiran yang begitu menyesakan, Renjani memutuskan untuk menghubungi sang kakak. Ia hanya ingin berbagi perasaan kepada Kak Ana. Siapa tahu setelah berbincang kepada kakaknya, perasaan tenang bisa menghampirinya.

Tidak dibuat mendengarkan nada sambung terlalu lama, panggilan yang dibuat Renjani langsung saja dijawab oleh Kak Ana. Ini sudah hampir tengah malam, namun kakaknya masih menyempatkan waktu untuk menjawab panggilannya. Apakah ia memang belum tidur? Renjani tidak sedang mengganggu kan?

"Ada apa, dek?" Tanya Kak Ana tanpa adanya sebuah basa-basi.

"Kak Ana sedang apa? Sudah tidur?" Renjani hanya ingin memastikan kalau panggilannya ini tak mengganggu waktu istirahat dari sang kakak.

"Belum. Kakak sedang— ah... Bimo jangan menyentuh bagian itu! Aku terlalu sensitif," sepertinya Renjani memang sedang menghubungi Kak Ana disaat yang kurang tepat. Dia tak berharap mendapati atau mendengar ucapan itu.

"Rupanya sedang sibuk," Renjani berniat untuk segera menutup panggilan ini.

"Apa ada yang ingin kamu bicarakan, Dek?" Tetap saja Kak Ana masih bisa bertanya seperti itu.

"Bimooo...."

"Hmmmppphhhh..."

Suara yang tak diharapkan pun terdengar cukup jelas dari panggilan ini. Renjani yang mendengar itu seketika refleks langsung menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Bimo, bisakah k-kkkamu pelan-ppelan? A-aaaku m-masih h-hhharus b-bbberbicara—"

"Ahhhhhh... Bimoo..."

Jujur mendengar semua itu mampu membuat seluruh bulu kuduk yang ada di lengan Renjani berdiri. Suara erangan kenikmatan yang dibuat oleh Kak Ana sangat begitu menggelikan.

"K-kalau begitu, aku tutup panggilannya. Kita bicara besok pagi saja," tukas Renjani tergagap.

"B-bbbaaikk... Ahhhhhh... Lebih cepat Bimoo, r-rrasanyaaa aku ingin k-kel—"

Tak ingin mendengar lebih banyak dari itu, Renjani pun menutup panggilannya. Bisa-bisanya Kak Ana bersenang-senang seperti itu, ketika Renjani dipenuhi kekhawatiran.

"Menelepon Kak Ana adalah pilihan terburuk," tutur Renjani sambil menjauhkan ponselnya.

Tidak lama setelah panggilan dengan Kak Ana terputus, Renjani mendengar sebuah ketukan pintu yang terlalu jelas di telinga. Renjani dibuat bertanya-tanya tentang siapa gerangan yang mau mengunjungi kamarnya di tengah malam seperti ini.

Karena sampai detik ini kedua mata Renjani masih terbuka lebar, ia pun tanpa sungkan melangkah ke arah pintu lalu membukanya. Renjani begitu terkejut ketika mendapati ibunya yang tengah berdiri di sana sambil membawa segelas susu hangat.

"Bunda tahu kalau kamu masih terjaga," kata ibunya kemudian melangkah masuk ke kamar pribadi milik Renjani.

"Apa masih mengerjakan tugas?" Tanya sang ibu sambil meletakan segelas susu hangat di atas meja belajar yang ada pada kamar ini.

"Tidak. Hari ini Renjani tidak sedang memiliki tugas apa-apa," jawab Renjani jujur.

"Lalu? Kenapa tidak segera tidur? Ini sudah larut dan besok kamu juga harus sekolah," ujar sang ibu mengingatkan.

"Renjani hanya sedang kesulitan tidur," jujur Renjani dengan berani.

"Pasti sedang banyak pikiran?" Tebak ibunya sambil memberikan sebuah senyuman cukup lebar.

"Mau cerita ke Bunda?" Sebuah penawaran baik yang sebenarnya ingin diterima oleh Renjani, tapi kalau menceritakan segalanya bukankah akan sama dengan membongkar rahasia?

"Renjani hanya bingung, setelah lulus mau kerja atau kuliah," tutur Renjani mencoba mengalihkan ke hal lainnya.

"Kalau kerja, kamu sekarang juga sudah melakukannya," kata sang ibu menyinggung tentang pekerjaan paruh waktu yang tengah dijalani oleh Renjani.

"Lalu? Apa sebaiknya aku kuliah saja?" Tanya Renjani ingin mendengar pendapat dari ibunya itu.

"Tentu. Lagipula bunda dan ayah masih bisa untuk menyekolahkan kamu sampai tinggi," kata sang ibunda diikuti oleh sebuah senyuman cukup lebar.

Renjani sangat senang mendengar perkataan seperti itu bisa keluar dari mulut sang ibu angkatnya. Meskipun Renjani bukan putri kandung, perlakuan baik serta dukungan positif yang mengizinkan Renjani melakukan apapun sesuai dengan keinginan, selalu didapatkan.

"Nanti Renjani juga akan mencoba mencari beasiswa. Bukan apa-apa, tapi Renjani hanya tak mau terlalu membebankan banyak hal ke Bunda dan ayah," kata Renjani yang tentu saja tidak disetujui oleh ibunya.

"Hei, kenapa bicara seperti itu? Sebagai seorang orang tua, sudah sewajarnya memenuhi segala kebutuhan dari anak. Itu bukan beban apapun," ucap ibunya membenarkan apa yang salah.

"Tapi, tetap saja. Renjani tak ingin terlalu merepotkan bunda dan ayah. Anggap saja itu sebagai ungkapan sayang Renjani kepada kalian berdua," ungkap Renjani dan langsung mendapatkan sebuah pelukan hangat dari ibunya.

"Bunda sangat bersyukur karena bisa mengangkat mu menjadi anak," ucap sang ibunda mencurahkan semua perasaannya.

"Renjani juga bersyukur karena memiliki kedua orang tua seperti kalian," timpa Renjani yang ternyata juga merasakan hal sama.

"Bunda sayang banget sama kamu. I love you..." Tutur ibunya sambil mengusap hangat rambut panjang milik Renjani.

"I love you, more than everything..." Balas Renjani tak ragu mengungkapkan rasa cintanya kepada sang ibu.

Jika tidak ada mereka berdua, mungkin Renjani akan lupa dengan rasanya kasih sayang seorang ibu dan kehangatan dari keluarga. Sebuah hal terindah yang hampir setiap detik disyukuri oleh Renjani.

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

 

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!