—12.

Tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh sang kakak, Renjani diminta untuk memberitahukan kepada ayah serta ibunya mengenai Kak Ana yang tidak bisa hadir pada acara makan malam itu. Kakaknya itu harus menolak dengan alasan ada sesuatu yang harus diurus.

Renjani yang sudah mendapatkan penolakan dari kakaknya pun tak segan untuk memberitahu kedua orang tuanya. Meski muncul kekecewaan karena salah satu putrinya tidak bisa hadir, rencana makan malam tetap dilanjutkan.

Bersama dengan kedua orang tuanya, Renjani yang telah mengenakan gaun berwarna maroon pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam salah satu restoran langganan dari keluarganya. Ini bukan kali pertama Renjani datang kemari, karena beberapa bulan lalu dia juga berkunjung ke restoran ini untuk sebuah acara yang sama.

"Meja pesanan atas nama Tuan Aries," kata ibunya kepada pelayan yang tadi memberikan sambutan baik atas kedatangan mereka bertiga.

"Mari saya hantarkan ke meja," ucap pelayan itu yang kemudian langsung mengarahkan kami ke sebuah meja bagian VIP room dari restoran ini.

Sesampainya di sana, Renjani terlihat bingung sekaligus penasaran karena melihat beberapa orang belum dikenal sudah duduk menunggu pada tempat yang sudah menjadi pesanan dari sang ayah. Dengan sorot mata ingin tahu, Renjani menatap sang ibunda berharap akan mendapatkan sebuah jawaban.

"Mereka keluarga dari Ardhi. Calon mertua kakakmu," ungkap sang ibu sambil berbisik ringan ke arah telinga Renjani.

Mungkinkah alasan dari Kak Ana enggan ikut dalam acara makan malam ini hanya karena ada pertemuan dari kedua keluarga yang sebentar lagi akan menjadi besan? Dari awal niatnya memang sudah menolak, jadi tak heran kalau kakaknya itu berusaha sebisa mungkin untuk menghindari.

Dengan jantung yang berdebar begitu kencang karena gugup, Renjani mulai mengambil tempat duduk persis di sebelah dari ibunya. Walaupun rasanya cukup canggung, Renjani tetap berusaha sebisa mungkin untuk tersenyum hangat kepada keluarga Ardhi.

Karena kebetulan ini adalah kali pertama bagi Renjani bertemu dengan mereka, sangat wajar kalau keluarga Ardhi mempertanyakan tentang dirinya. Wajah Renjani masih tampak asing bagi mereka.

"Siapa gadis yang kamu bawa ini Aries?" Tanya Kakek Yudha penasaran.

"Anak saya yang kedua," jawab ayah Renjani memperkenalkan putri angkatnya yang sudah dianggap seperti anak sendiri.

"Loh, kamu punya dua putri? Aku kira hanya satu," kata Kakek Yudha baru tahu akan fakta itu.

Memang benar adanya, selama menjadi salah satu putri dari ayah dan ibunya, Renjani bisa dibilang begitu tertutup. Sangat jarang bagi gadis itu mau untuk ikut saat diajak oleh sang ayah menghadiri pertemuan dengan kolega bisnis nya. Maka dari itu, kebanyakan menduga kalau ayahnya hanya memiliki seorang putri bernama Anastasia.

"Siapa nama mu?" Tanya Kakek Yudha dengan suara hangatnya, tanpa ada intimidasi sama sekali.

"Renjani," jawab gadis itu masih merasakan gugup, terlihat dari pandangan matanya yang tak bisa menatap ke arah Kakek Yudha.

"Kedua putrimu sama cantiknya, ya..." Puji Kakek Yudha jujur apa adanya.

Karena pemeran utama dari acara makan malam ini adalah Kak Ana, kedua orang tua Ardhi mulai mempertanyakan soal ketidakhadirannya. Tujuan dari acara ini hanya supaya keluarga Ardhi bisa mengenal lebih lagi sosok Anastasia yang digadang-gadang nantinya akan menjadi menantu.

"Sangat disayangkan ya, padahal kami mengajak makan malam untuk menemui calon menantu," kata dari ibunda Ardhi terdengar sedikit kecewa dengan ketidakhadiran Kak Ana.

Mendengar perkataan seperti itu terlontar, Amanda — ibunda dari Renjani dan Anastasia, pun merasa tidak enak dan bersalah. Padahal kemarin, saat acara makan malam ini di rencanakan, dirinya sudah berjanji untuk mempertemukan orang tua Ardhi dengan putrinya. Apalagi yang bisa dikatakan oleh Amanda selain permintaan maaf tulus dari dalam hatinya?

"Maaf, tapi Ana memang sekarang sedang begitu sibuk dengan urusan pekerjaannya," ujar Amanda sambil tersenyum tipis.

"Aku mengatakan itu bukan untuk mendengar permintaan maaf dari kamu. Bukan masalah kalau Anastasia tidak datang kemari, tapi yang terpenting kencan buta nya berjalan lancar," ujar ibunda Ardhi yang memang merasa kecewa, tapi lebih kearah tak ingin terlalu mempermasalahkannya. Beliau akan mencoba mengerti akan kesibukan yang tengah dijalani oleh Anastasia, pasalnya putranya sendiri — Ardhi, juga sekarang sedang ada di Jepang untuk urusan pekerjaan.

Tanpa memberi jawaban apapun terkecuali senyuman tipis, Amanda pun melahap daging steak yang sudah berhasil dipotongnya. Meskipun ada tiga orang yang tidak bisa hadir, acara makan malam ini tetap bisa berjalan lancar. Banyak obrolan yang tentu saja tidak bisa dimengerti oleh Renjani, terus diperbincangkan antar kedua keluarga.

"Bunda?" Panggil Renjani pelan.

Bukannya tak ingin menghargai keluarga dari Ardhi, tapi kalau boleh jujur Renjani amat merasa kurang nyaman berada diantara kedua keluarga itu. Semakin lama, obrolan mulai terlalu dalam masuk tentang bisnis yang membuat Renjani sebagai penyimak mulai pening. Maka dari itu, akan lebih baik kalau Renjani meminta izin untuk pergi sebentar. Sepertinya ia memang sedang butuh menikmati angin segar.

"Kenapa sayang?" Tanya ibunya menimpali dengan cepat.

"Mau ke kamar mandi dulu," jawab Renjani dan langsung mendapatkan izin dari ibunya.

Setelah diizinkan, Renjani pun

beranjak dari tempat duduknya lalu bergegas menuju ke arah kamar mandi yang disediakan oleh restoran ini. Renjani tak akan menghabiskan banyak waktu di kamar mandi karena setelah dari sana, ia akan perlahan-lahan keluar dari restoran ini. Menjauh dari mereka untuk sementara waktu dan akan kembali nanti.

.

.

.

Baru saja berhasil keluar dari restoran itu, Renjani langsung dikejutkan oleh seseorang yang secara tidak terduga menarik tubuhnya untuk dibawa masuk ke sebuah mobil SUV hitam. Awalnya Renjani tidak tahu siapa gerangan yang berani melakukan hal seperti ini, namun ketika melihat mobil yang tampak tak asing, Renjani tahu kalau Kak Ana yang secara paksa menariknya masuk ke dalam mobil. Jujur, Renjani sangat terkejut mengetahui ternyata kakaknya juga ada disini. Hampir saja tadi, dia berniat untuk berteriak meminta pertolongan.

"Hai, dek... Maaf kalau aku mengejutkanmu," tutur Kak Ana sambil tersenyum menyebalkan.

Renjani yang sempat mengira kalau dirinya tengah diculik oleh seseorang pun mulai menghela napas lega. Kak Ana memang selalu berhasil dan suka sekali mengejutkannya. Datang secara tiba-tiba dan pergi tanpa ada yang tahu. Mungkin itu sudah menjadi hobi atau keterampilan barunya.

"Kak Ana sepertinya tidak bisa santai saat ingin berbicara denganku," protes Renjani yang memang kurang suka dengan cara sang kakak dalam memanggil.

"Maaf dek... Kakak juga tak bermaksud untuk mengejutkanmu," ujar Anastasia kembali meminta maaf kepada adiknya itu.

Renjani menatap kesal ke arah kakaknya, lalu tak lama gadis itu mulai bertanya mengenai niat sang kakak. Renjani hanya menduga kalau ada hal penting yang ingin dibicarakan atau diketahui oleh Kak Ana.

"Apa yang ingin kakak bicarakan kepadaku? Apa soal solusi atas permasalahannya?" Tanya Renjani ingin tahu.

"Belum ada solusi. Sebenarnya kehadiran kakak kesini hanya untuk memantau dan ingin tahu mengenai pembicaraan yang terjadi diantara dua keluarga itu," kata kakaknya menyampaikan maksud dan tujuannya.

"Kalau ingin tahu, kenapa kakak gak masuk saja dan bergabung dengan kami? Kenapa malah pakai acara menolak?" Tanya Renjani yang sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran sang kakak.

"Aku hanya tidak bisa menemui mereka," ujar Kak Ana, namun belum bisa menjawab semua kebingungan yang kini tenang menyapa Renjani kembali.

"Kenapa tidak bisa? Terlalu sulitkah untuk menemui mereka?" Renjani mendesak dengan pertanyaan supaya bisa mendapatkan jawaban tepat dari sang kakak.

"Sulit bagi orang yang memang tak ingin bertemu," ungkap jujur Kak Ana diikuti oleh sebuah tatapan kurang nyaman.

Takut hanya karena pertanyaan yang diajukan akan menimbulkan pertengkaran, Renjani pun memutuskan untuk kembali pada maksud serta tujuan sang kakak. Renjani hanya berfokus pada apa yang akan ditanyakan oleh kakaknya.

"Jadi, apa yang mereka bicarakan? Membahas perjodohan atau hal lainnya?" Tanya Kak Ana menelisik mencari tahu.

"Sempat menanyakan soal kakak, tapi hanya diawal. Setelah itu mereka terus membahas tentang bisnis. Itulah yang menjadi alasanku ada di luar," jawab Renjani menyampaikan fakta keadaan yang terjadi di dalam sana.

Pada saat kakaknya ingin mengajukan pertanyaan lanjutan, dari luar mobil Renjani bisa melihat dengan jelas sosok sang ibu yang tidak tahu kenapa bisa berada di luar. Mungkinkah beliau tengah mencoba mencari keberadaan Renjani? Apakah Renjani sudah terlalu lama meninggalkan meja makan?

"Kak, ada bunda," Renjani tak ragu untuk memberitahukan hal sepenting itu kepada kakaknya.

"Dimana?" Rupanya Kak Ana belum bisa melihat sosok ibunya.

"Di sana," tutur Renjani sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

Tanpa mengatakan apa-apa, Kak Ana langsung saja menarik tuas pengerem lalu menginjak gas. Mobil SUV hitam ini pun melaju pergi meninggalkan restoran bersama dengan Renjani yang masih ikut di dalamnya. Kak Ana melakukan ini hanya untuk mengamankan dirinya sendiri. Akan terlalu bahaya kalau ibunya berhasil mendapati dirinya yang ternyata juga datang ke restoran.

"Kak?" Protes Renjani tampak panik karena mobil yang tadinya berhenti mulai bergerak melaju melintasi jalanan kota malam ini.

"Maaf, dek... Tapi nanti, kakak pasti akan antar kamu pulang," ujar Kak Ana tak ada habisnya mengucapkan maaf.

"Aku harus memberi alasan apa kepada bunda?" Renjani lebih membingungkan hal lain.

Kalau Renjani pergi seperti ini, bisa dipastikan bahwa ibunya akan bertanya-tanya. Bukankah tadi Renjani hanya izin untuk pergi ke kamar mandi? Tapi, kenapa bisa begitu lama?

"Lebih baik sekarang kamu hubungi bunda dan beritahu dia—" ucapan Kak Ana juga terhenti sampai disitu. Kenapa? Karena sekarang dirinya juga tengah mencoba memikirkan alasan yang bisa dikatakan oleh adiknya.

"Beritahu apa? Bagaimana?" Renjani terus mendesak kakaknya.

"Ehm..." Sambil terus berfokus pada kemudi serta jalanan, Kak Ana juga  berusaha membantu adiknya untuk menemukan alasan tepat. Kenapa sekarang rasanya seakan Kak Ana tak bisa mendapatkan ide apapun? Kapasitas otaknya terasa begitu penuh karena memang kebetulan banyak hal yang terus-menerus dipikiran olehnya.

Merasa bisa mengatasi sendiri, Renjani pun mengambil ponsel miliknya lalu dengan cepat menekan nomor milik ibunya. Disini Renjani sudah tahu harus memberi alasan apa dan berbicara seperti apa. Semoga saja gadis itu tak ada salah bicara mengenai Kak Ana.

Hanya butuh menunggu sebentar, panggilan yang dibuat oleh Renjani langsung dijawab oleh ibunya. Saat awal, Renjani bisa mendengar kalau sang ibu cukup khawatir. Sekarang bagaimana tidak merasa seperti itu, kala tahu putrinya yang izin ke kamar mandi tak kunjung kembali.

"Renjani, sedang ada dimana kamu? Kenapa lama sekali?" Tanya sang ibu dari balik panggilan ini.

"Maaf, karena tidak sempat berpamitan. Renjani sekarang sedang dalam perjalanan menuju tempat Kak Ana. Tadi, kakak menghubungi katanya butuh model pengganti untuk pemotretan," jawab Renjani memberikan alasan yang masuk diakal dan kemungkinan bisa diterima oleh ibunya.

"Diwaktu seperti ini? Apa tidak terlalu malam untuk melakukan pemotretan?" Tanya sang ibunda sedikit menaruh curiga.

"Aku juga kurang tahu, tapi memang itu yang dikatakan oleh Kak Ana," jawab Renjani yang sekali lagi harus berbohong kepada ibunya.

Sebenarnya setiap berbohong seperti ini kepada ibu atau ayahnya, Renjani sangat tidak enak hati. Meski bukan kali pertama, namun setelah terlibat dalam perjodohan sang kakak, kebohongan yang dilakukan oleh Renjani malah semakin sering.

"Ya sudah kalau begitu. Jangan pulang terlalu malam! Dan minta kakakmu untuk bertanggung jawab, mengantarkan mu pulang. Jangan pulang sendirian juga!" Ujar ibunya mewanti-wanti.

"Baik. Maaf ya bunda, karena langsung pergi dan tanpa memberitahu lagi," Renjani terus mengutarakan permintaan maafnya.

"Tidak masalah. Oh ya, beritahu ke Ana juga untuk menemui ayah dan ibunya di esok hari," tukas sang ibunda kemudian mengakhiri panggilan ini.

Untuk sementara, Renjani bisa dikatakan berhasil memberikan alasan yang masuk akal, tapi mau sampai kapan seperti ini? Kebohongan Renjani sudah semakin banyak dan mungkin sekarang juga terlampau sulit buat ditutupi. Bukankan sebuah kebohongan tak akan bertahan lama? Ada pepatah mengatakan, bangkai yang disimpan terlalu lama pasti juga akan ketahuan. Sama seperti kebohongan yang cepat atau lambat pasti bisa diketahui oleh kedua orang tuanya. Saat mereka tahu, Renjani harus menyiapkan diri menanggung amarah serta kekecewaan dari mereka berdua.

"Kak, sepertinya kita memang sudah harus mengakhiri semua ini," ucap Renjani terdengar cukup bijak untuk seorang yang masih berusia dibawah 20 tahun.

"Tentu saja ini akan berakhir ketika Ardhi membatalkan perjodohannya," ungkap sang kakak yang artinya tetap membangkang sampai nanti bisa lepas dari perjodohan.

"Aku hanya merasa tidak enak kepada ayah dan bunda. Mereka sudah terlalu baik kepadaku, tapi balasan yang aku berikan hanyalah sebuah kebohongan," Renjani hanya mengatakan apa yang tengah dirasakan oleh hati kecilnya.

Masih sambil memegang kendali dari kemudi mobil ini, Kak Ana mulai memberitahu sebuah jalan keluar yang mungkin bisa diambil oleh adiknya.

"Lupakan soal pertemuan di esok hari. Kamu tidak perlu menemui lelaki itu lagi," kata Kak Ana yang mampu membuat Renjani terkejut.

"Kak Ana yakin?"

"Biarkan saja lelaki itu menunggu sendirian di restoran. Kamu jangan pernah datang kesana," suruh kak Ana dengan sungguh-sungguh.

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

 

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!