...❗WARNING ❗...
...✓ Cerita ini hanya sebuah karya fiksi yang tidak ada sangkut pautnya pada kehidupan nyata....
...✓ Tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun....
...✓ Boleh baper tapi jangan berlebihan....
...✓ Harap memaklumi jikalau ada typo atau kesalahan dalam penulisan....
...✓ Dilarang keras menjiplak karya ini! Tolong hargai saya sebagai penulis yang sudah susah memikirkan jalan ceritanya!...
...✓ Kalau sudah membaca sampai akhir, dimohon untuk tidak memberikan spoiler di kolom komentar....
...•••...
..."You are the most amazing thing I've ever experienced."...
R e n j a n i yang terlihat begitu mempesona dalam balutan gaun berwarna hitam itu tengah terduduk dalam ekspresi wajah gugup. Jika dilihat dari kondisi serta suasananya sekarang, sangat wajar bagi gadis yang baru duduk di bangku kelas tiga SMA merasakan hal demikian. Pasalnya sekarang, ia berada pada satu meja yang sama dan duduk saling berhadapan dengan seorang lelaki terkenal, impian dari seluruh wanita di negara ini.
Meskipun bukan kali pertama bagi Renjani bertemu dengan pria itu, anehnya perasaan gugup dan canggung masih tetap bersemayam dalam dirinya. Renjani yang statusnya masih seorang pelajar, juga merasa kurang pantas berada di satu tempat yang sama dengan pria itu. Apalagi sekarang pria itu sudah tahu mengenai identitas diri yang dari kemarin selalu berusaha di tutupi oleh Renjani.
Tanpa tahu alasan dirinya dipanggil kemari, Renjani dengan berani meminta maaf lagi kepada pria itu. Sejak identitasnya ketahuan, dia terlampau sering mengatakan kata maaf. Karena sempat melakukan kesalahan, Renjani juga memiliki rasa takut kepada pria itu. Jadi, ketika tiba-tiba dihubungi oleh pria itu, tak dipungkiri jantung Renjani berdebar dua kali lebih cepat daripada biasanya.
"Saya minta maaf karena sempat berbohong kepada tuan, tapi beneran.... Saya sama sekali tidak ada maksud jahat," ucap Renjani sambil menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah milik pria itu.
"Kenapa kamu terlihat takut seperti itu?" Suara maskulin dari pria itu mulai terdengar menyapa kedua telinga Renjani.
"S-saya tidak takut," ungkap Renjani menutupi perasaannya sendiri.
"Benarkah?" Pria itu tidak mempercayai ucapan yang terlontar dari mulut gadis bernama Renjani. Bagaimana mau percaya? Kalau gelagat Renjani memang kelihatan seperti orang yang tengah menjalani interogasi.
"Iya. Saya sama sekali tidak takut kepada tuan," ucap Renjani menyatakan hal yang sama.
"Kalau memang tidak takut, kenapa sedari tadi kamu menundukkan kepala? Kenapa tidak mau menatap ke arah saya?" Tanya pria itu menelisik sambil tersenyum tipis.
Supaya ucapannya terlihat benar, Renjani mencoba memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya lalu menatap secara singkat wajah pria yang bisa dibilang begitu tampan bagaikan seorang pangeran dari sebuah istana. Karena tahu batas dirinya, Renjani yang memang tak ingin terlalu lama bertukar pandang dengan pria itu pun langsung kembali menundukkan kepalanya, tapi sayang sekali... Tangan besar milik pria itu menghentikannya. Pria yang merupakan seorang CEO dari salah satu perusahaan besar yang ada di negara ini, sama sekali tidak memberikan izin bagi Renjani untuk mengalihkan pandangannya.
"Saya lebih suka ditatap seperti ini sama kamu," kata pria itu.
Meskipun tidak yakin, Renjani dengan canggung mengikuti perkataan dari pria itu. Kini dirinya berhenti menundukkan kepala dan tatapannya hanya berfokus pada sosok pria tampan yang ada dihadapannya.
"Saya memanggilmu hanya ingin meminta pertanggungjawaban," ucap pria itu yang masih belum dapat Renjani mengerti.
"M-maksudnya?" Tanya Renjani tampak seperti orang bingung.
"Bukankah kamu sempat mengatakan kalau akan melakukan apapun asal bisa dimaafkan oleh saya?" Pria itu mengingatkan Renjani akan perkataan yang sempat terlontar beberapa waktu lalu.
"Iya, benar."
"Saya akan menerima permintaan maaf itu, asal kamu mau bertanggung jawab."
Setelah dijelaskan cukup banyak, otak dengan kapasitas mungil milik Renjani akhirnya bisa memahami maksudnya. Iya, sangat paham kalau mau dimaafkan, Renjani harus bertanggung jawab dengan mengikuti semua yang diinginkan oleh pria itu. Apa sekarang Renjani punya pilihan untuk menolak? Tentu saja, tidak. Ini terkesan seperti sebuah de javu.
"Bagaimana saya harus bertanggung jawab?" Tanya Renjani ingin tahu.
"Tentu saja, dengan tetap berkencan seperti yang kita lakukan sekarang," jawab pria itu yang mampu membuat Renjani terkejut.
Jelas-jelas disini Renjani sudah ketahuan berbohong, tapi kenapa pria itu justru masih ingin melanjutkan hubungan kencan ini? Rasanya seperti Renjani akan terjebak bersama pria itu dalam waktu yang cukup lama.
"Apa saya tidak bisa melakukan hal lain untuk bertanggung jawab?" Tanya Renjani yang terlihat seperti gadis polos.
"Tidak ada." Singkat pria itu.
Tahu kalau dirinya kembali berada di jalan buntu, berhasil membuat sebuah helaan napas berat terdengar begitu jelas. Jujur saja, walaupun tahu cukup banyak mengenai kehebatan dari pria itu, Renjani tetap tak ingin melanjutkan hubungan kencan buta ini. Anggap saja Renjani sebagai orang bodoh karena dengan mudahnya melewatkan kesempatan emas yang selalu diinginkan oleh banyak wanita, tapi kalau tetap berkencan dengan pria itu, bisa saja Renjani juga akan kehilangan cintanya.
"Sekali lagi saya minta maaf, tapi kalau harus melanjutkan kencan buta dengan tuan, saya akan selalu merasa tidak enak hati," ungkap Renjani yang memberanikan diri untuk berkata jujur apa adanya.
Masih belum tahu apa yang tengah direncanakan, Renjani kembali dibuat bingung, pada saat melihat pria itu mengeluarkan secarik kertas dari dalam amplop coklat. Renjani tidak tahu pasti mengenai isinya, tapi jika diperhatikan secara cermat, hampir kelihatan seperti sebuah surat perjanjian.
"Baiklah. Saya akan hargai penolakan kamu, namun tolong tanda tangani ini terlebih dahulu," ucap pria itu menyodorkan selembar kertas berserta pena ke arah Renjani.
"Ini apa?" Tanya Renjani sambil mengambil kertas itu dengan ragu-ragu.
"Hanya sebuah surat yang menyatakan kalau kamu akan memberikan kepada saya kompensasi sebesar dua ratus juta," kata pria itu memberitahu terlebih dahulu sebelum Renjani sempat membaca keseluruhan isi dari kertas itu.
"Kompensasi? Dua ratus juta?" Karena saking terkejut, Renjani sampai menutup mulutnya. Darimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Melihatnya pun, Renjani belum pernah.
"Disini kamu memiliki dua pilihan. Setuju untuk tetap berkencan dengan saya atau menolak dan membayar kompensasi itu," tak disangka ternyata pria yang kelihatan sempurna, juga memiliki sisi licik.
"Tapi, kompensasi sebesar itu untuk apa?"
"Untuk waktu yang sudah saya habiskan dalam kencan buta ini. Dua ratus juta termasuk dalam jumlah keuntungan kecil yang selalu saya dapatkan setiap hari," kata pria itu menjelaskan.
Seusai mendengar semuanya, entah mengapa semangat yang dimiliki oleh Renjani mendadak hilang. Gadis berusia 18 tahun itu tampak begitu lemas ketika tahu mengenai dua pilihan yang sama sekali tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa terlibat dalam kondisi yang selalu menyulitkan ini? Kalau punya kekuatan untuk memutar waktu, Renjani sangat ingin melakukannya.
"Bagaimana Renjani? Pilihan mana yang mau kamu ambil?" Desak pria itu ingin tahu mengenai keputusan final dari Renjani.
"Saya—"
^^^Bersambung...^^^
Catatan kecil :
- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.
- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.
Story ©® : Just.Human
*please don't copy this story.
Find Me
✓ Instagram : just.human___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments