Renjani Sekar Nirmala adalah salah seorang murid dari SMA Bakti Pertiwi yang selalu berhasil menjadi primadona sekolah karena memiliki paras cantik blesteran layaknya seorang putri kerajaan. Tidak hanya cantik, Renjani juga dikenal akan kepintarannya. Iya, setiap kenaikan kelas ia selalu menempati posisi pertama dan terlampau sering mengikuti banyak sekali kompetisi sains. Andai kedua orang tuanya masih ada, mereka pasti akan begitu bangga melihat banyaknya prestasi yang berhasil diukir oleh Renjani.
Gadis yang bulan lalu baru saja menginjak usia delapan belas tahun itu, sudah kehilangan kedua orang tuanya sejak masih kecil. Kecelakaan mobil yang begitu parah, berhasil merenggut dua orang berharga dari kehidupan Renjani. Meski sudah terjadi cukup lama, luka akibat kehilangan masih terasa cukup pekat di dalam hati gadis cantik itu. Mau sampai kapanpun dia tak akan pernah melupakan pengalaman naas itu. Kenapa yang selamat dalam kecelakaan itu hanya dirinya?
Setelah kepergian dari kedua orang tuanya, Renjani terpaksa harus tinggal di sebuah panti asuhan karena memang tak ada satupun dari pihak keluarganya yang ingin merawat Renjani. Sampai akhirnya, ketika ia memasuki usia lima belas tahun, seorang keluarga kaya mengambil Renjani dan menjadikannya sebagai salah satu putri mereka.
Kehidupan baru yang tentu saja jauh lebih baik sudah bisa dirasakan oleh Renjani sejak bergabung bersama di dalam keluarga kaya itu. Renjani mulai bisa merasakan kasih sayang dari seorang ayah dan ibu, bahkan juga sekarang ia memiliki seorang kakak yang begitu cantik bagaikan seorang model internasional. Renjani sangat bersyukur karena diperbolehkan untuk masuk ke dalam keluarga yang penuh dengan rasa kasih sayang itu.
Pagi ini, disaat bel sekolah akan berbunyi sekitar sepuluh menit lagi, Renjani yang menjinjing tasnya pada pundak, terlihat tengah melangkahkan kaki melewati lapangan sekolah yang sudah dipadati oleh banyaknya murid. Sebagai seorang primadona, tak heran kalau kedatangannya ini mampu menarik banyak perhatian dari murid, terutama laki-laki. Sorak-sorai meriah serta sapaan yang menyebut nama dari gadis itu terdengar cukup pekat menyapa telinga. Terlalu biasa mendapatkan perlakuan yang seperti ini, berhasil membuat Renjani terbiasa. Sekalipun tak ada perasaan kurang nyaman ketika mendengar sapaan dari mereka semua.
Dengan penuh percaya diri dan semangat, Renjani pun terus berjalan melewati semua murid yang memberikan sambutan kepadanya itu sambil memasang sebuah senyuman cukup lebar dan sesekali juga melambaikan tangan, bahkan sampai menundukkan kepalanya hanya untuk membalas semua sapaan dari mereka. Sudah cantik, pintar, baik dan juga ramah, sekarang siapa sih yang tidak tertarik kepada Renjani? Sosok perempuan yang nyaris sempurna dan selalu berhasil menjadi idaman bagi para laki-laki.
Baru saja Renjani mau melangkahkan kakinya untuk menaiki anak tangga menuju ruang kelas yang ada di lantai dua dari gedung sekolah ini, secara mengejutkan ada seorang laki-laki terlihat cukup tampan, datang kepadanya sambil menyodorkan setangkai bunga mawar merah.
"Bunga mawar merah untuk gadis cantik seperti Renjani," kata laki-laki sambil mengedipkan sebelah matanya, mencoba untuk menggoda gadis itu.
Sebenarnya Renjani sudah begitu banyak menerima bunga mawar merah. Walaupun sudah merasa sedikit bosan, Renjani tetap akan menerima bunga mawar itu sebagai tanda kalau dirinya memang menghargai pemberian dari orang lain.
"Makasih ya. Kamu sering banget kasih aku bunga mawar," ucap Renjani sembari tersenyum lebar.
"Buat kamu, aku bakal selalu kirim bunga mawar penyemangat ini," balas lelaki itu yang jika dilihat dari tatapan matanya memang sudah tergila-gila oleh sosok Renjani.
Belum selesai dengan lelaki pengirim bunga mawar, Renjani kembali dihadapkan lagi dengan seorang laki-laki lain yang kali ini memberinya sebatang coklat. Hari bahkan belum terlalu berjalan lama, tapi kenapa sudah banyak orang yang memberikan hadiah kepada Renjani?
"Renjani?" Panggil lelaki lain sambil menyodorkan sebatang coklat itu.
"Aku bawa coklat untuk mempermanis harimu," tambah lelaki si pemberi coklat itu.
Dengan senang hati, Renjani menerima coklat pemberian itu dan tak ragu juga untuk mengucapkan terima kasih. Akan sangat keterlaluan kalau sudah diberi, tapi tak ada ungkapan terima kasih.
"Ah, makasih coklatnya. Aku terima ya," kata Renjani terus saja tersenyum cukup lebar.
Tidak berhenti dengan setangkai mawar ataupun sebatang coklat, laki-laki lain yang bisa dibilang lebih berani, secara tiba-tiba langsung berlutut satu kaki persis di depan Renjani. Lelaki itu datang dengan membawa sebuah cincin yang terlihat cukup mewah. Jangan bilang Renjani akan dilamar?!
"Aku tahu kalau kamu pasti suka dengan lelaki yang gentle. Jadi, setelah memikirkan matang-matang, aku putuskan untuk melamar kamu," ucap lelaki itu yang mendapat sorakan tidak setuju dari banyak pihak.
"Renjani Nirmala, maukah kamu menikah denganku dan menjadi sosok ibu dari kesebelas anakku nanti?" Sambung laki-laki itu yang rupanya memberikan sebuah ajakan menikah kepada gadis cantik bernama Renjani.
Kalau hanya diberikan setangkai bunga ataupun coklat, Renjani sangat bisa menerimanya dengan senang hati, namun kalau sebuah lamaran pernikahan yang diajukan? Tentu saja, Renjani belum bisa menerimanya. Sangat tidak mungkin untuk melakukan pernikahan diusia yang masih terbilang begitu belia ini.
Sebenarnya Renjani sangat tidak ingin menyakiti hati dari lelaki itu dengan sebuah penolakan, tapi ajakan darinya juga tak bisa masuk diakal. Sekarang siapa yang mau mengajak seseorang untuk menikah, saat pendidikan di bangku SMA pun belum lulus.
"Maaf Satria, tapi menikah diusia kita sekarang—" belum sempat untuk melanjutkan ucapannya, lelaki yang ternyata bernama Satria itu pun tanpa sungkan memotong.
"Kita tidak harus menikah sekarang, tapi nanti setelah lulus dari sekolah. Sekarang aku hanya ingin memastikan kalau kamu mau menjadi tunangan ku," kata Satria terkesan terburu-buru.
Renjani masih mencoba memikirkan cara yang tepat untuk menolak ajakan menikah dengan laki-laki bernama Satria itu. Tak heran kalau saat ini Renjani hanya terdiam dan belum menanggapi ataupun memberikan keputusannya. Kebingungan benar-benar tengah melanda dirinya itu.
"Renjani?" Panggil Satria, mendesak ingin mendapat jawaban yang tak mengecewakan dari Renjani.
Gadis cantik yang menjadi primadona satu sekolah ini mengira kalau dirinya akan cukup lama terjebak dengan Satria, namun nyatanya dia ditolong oleh laki-laki lain — kali ini Renjani sudah mengenalnya cukup dekat. David datang diwaktu yang sangat tepat.
"Ada apa ini?" Tanya David yang muncul bagai seorang pahlawan.
Renjani yang masih ada di posisinya pun menatap dengan sumringah ke arah lelaki bernama David itu. Dia senang ketika melihat kehadiran dari lelaki yang memang sudah berhasil mengambil ahli pada hatinya.
Seperti seseorang yang peka, tanpa adanya sebuah permisi, David langsung menarik Renjani keluar dan menyembunyikannya tepat di belakang tubuh kekar miliknya. Disini David tengah melindungi gadis cantik itu dari banyaknya murid laki-laki yang selalu tergila-gila pada sosok Renjani.
"Renjani menerima semua hadiah yang kalian berikan, tapi tidak dengan lamaran," ucap David terdengar begitu tegas.
Seperti orang yang belum ingin menyerah, Satria — lelaki pemberani yang membawakan sebuah lamaran untuk Renjani, pun bangkit berdiri dan berhadapan langsung dengan David. Pertama kalinya ada orang lain yang berani membantah ucapan dari David.
"Memangnya lo siapa? Bisa-bisanya menyuruh hal seperti itu?" Tanya Satria memprotes mengenai hal yang tidak bisa diterima olehnya.
"Gue pacarnya Renjani. Kenapa? Mau pacaran juga sama gue?" Kata David yang mampu membuat lelaki itu menutup mulutnya diam, tanpa adanya kata-kata lagi.
Tak hanya membuat Satria terdiam, Renjani yang mendengar pernyataan barusan juga dibuat terkejut sampai kedua matanya ikut membelalak lebar. Apakah yang didengarnya bukan suatu kesalahan kan?
Setelah pernyataan mengejutkan dari David yang seperti itu, semua lelaki dan murid lain yang memang sejak tadi berkumpul mengelilingi satu tempat bersama Renjani pun perlahan-lahan mulai pergi menjauh. Mungkin habis ini, sapaan hangat di pagi hari, tak akan pernah terdengar lagi di telinga seorang Renjani.
Ketika semua murid sudah menghilang pergi, ini akan menjadi momentum yang tepat bagi seorang Renjani untuk menanyai keseriusan David dari pernyataannya tadi. Dalam hati kecil, Renjani selalu berharap kalau pernyataan itu bukan sekedar sebagai alat untuk mengusir kerumunan yang ada.
"Benarkah yang kamu katakan tadi? Kamu menganggap ku sebagai pacar?" Tanya Renjani mencoba memberanikan diri.
David tersenyum cukup lebar, lalu mengacak gemas ujung kepala dari gadis bernama Renjani itu. Apakah sekarang perasaan yang memang masih dipendam oleh Renjani akan langsung bisa diungkapkan?
"Maaf cantik. Aku sama sekali gak bermaksud apapun. Sengaja ku katakan seperti itu agar mereka semua bisa berhenti mengganggumu," ucap David yang entah mengapa langsung berhasil menusuk tepat mengenai hati kecil milik Renjani.
Tak beda jauh dari orang biasa, ternyata seorang primadona sekolah pun juga bisa ditolak oleh seorang lelaki. Sejak duduk di bangku kelas satu SMA, Renjani sudah memiliki perasaan pada David, namun itu tidak bisa diungkapkan karena ada desas-desus yang mengatakan kalau David — lelaki yang tak kalah famous dari Renjani, itu telah memiliki pasangan. Seorang wanita misterius yang masih belum dipublikasikan. Katanya sih, kekasih David berasal dari keluarga terpandang.
Untuk menutupi rasa malu yang masih menggerayangi, Renjani tanpa ragu memberikan pukulan kecil pada kepalanya sambil tersenyum konyol. Kenapa dia begitu bodoh? Sudah tahu ada kabar seperti itu, tapi kenapa masih bisa berharap? Kenapa dirinya harus mengharapkan sesuatu yang jelas tidak pasti?
"Eh iya, aku lupa... Kamu kan sudah punya pacar. Kepalaku ini pasti habis terbentur sesuatu," ucap Renjani sambil sedikit bercanda.
Tanpa mengatakan hal lebih lagi, lelaki bernama David pun menyuruh si primadona sekolah itu untuk bergegas masuk ke dalam kelasnya. Iya, disini David benar-benar mengawal Renjani sampai kelas. Saat bersama David, tak banyak lelaki yang datang secara tiba-tiba. Sejenak, terasa begitu sunyi.
"Belajar yang bener. Sampai ketemu nanti di kantin, aku pergi dulu," pamit David yang juga harus segera masuk ke kelasnya.
"Baiklah," kata Renjani sambil tersenyum hangat dan diiringi dengan sebuah anggukan kecil. Renjani mempersilahkan David untuk kembali ke kelasnya.
Renjani kira kalau semuanya memang akan sunyi dan selesai, namun setelah kepergian dari David, salah seorang teman sekelasnya yang bernama Aurora datang mendekat dengan sebuah pertanyaan menelisik.
"Beneran kalau lo itu pacarnya David yang disembunyikan?" Tanya Aurora ingin tahu.
Mendengar pertanyaan seperti itu mampu membuat Renjani langsung menggelengkan kepalanya. Seakan belum puas akan jawabanku, perempuan bernama Aurora pun bertanya kembali.
"Terus? Kenapa tadi si David bilang kalau lo pacarnya?"
Renjani menatap ke arah temannya itu sambil tersenyum dan menepuk pundaknya secara pelan.
"Dia itu hanya bermaksud untuk membantuku. Bukankah pacar David merupakan putri yang berasal dari keluarga terpandang?" Kata Renjani memberitahu sesuai dengan hal yang sering dibicarakan.
Mendengar perkataan dari Renjani, mampu membuat seorang Aurora menatap dengan aneh. Seakan ia tengah mencoba untuk mencari tahu sesuatu yang selama ditutupi.
"Kan lo juga berasal dari keluarga terpandang? Yakin, David bukan pacar lo?" Tanya Aurora lagi lebih menelisik.
Apa yang ditanyakan oleh Aurora itu memang tak salah. Renjani juga tinggal di rumah salah satu keluarga terpandang. Sangat wajar kalau Aurora merasa curiga.
"Tapi, bukan aku," kata Renjani masih dengan pernyataan yang sama.
Walaupun sudah diberitahu, Aurora masih curiga dan berpikir kalau pacar yang disembunyikan oleh David tidak lain adalah Renjani. Kedekatan diantara mereka berdua ditambah dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh David itulah, mampu memunculkan perasaan curiga dan ingin tahu dari dalam diri Aurora.
"Lo jangan bohong ah! Kalau memang pacaran sama David bilang aja," desak Aurora seperti memaksa Renjani mengakui hal yang memang tak terjadi.
Pembicaraan diantara mereka berdua terpaksa harus berakhir, karena guru yang mengajar pada jam pelajaran pertama dan kedua sudah hadir di kelas ini. Kedatangan guru sangat tepat waktu, berkatnya Renjani tak perlu repot-repot untuk memberikan responnya terhadap perkataan Aurora tadi. Helaan napas lega terdengar cukup jelas.
^^^Bersambung...^^^
Catatan kecil :
- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.
- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.
Story ©® : Just.Human
*please don't copy this story.
Find Me
✓ Instagram : just.human___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments