— 13.

Sepandai-pandainya Renjani bersama sang kakak membuat rencana, maka ada Ardhi yang satu langkah lebih unggul di depan mereka berdua. Ardhi begitu yakin kalau pasangan adik kakak itu sedang menyusun sesuatu hal yang bisa mengacaukan pertemuan kedua. Karena perasaannya sudah tidak enak, setibanya di negara asal, Ardhi langsung menyuruh sekertaris nya untuk mengatur sebuah pertemuan dengan Anastasia asli. Ardhi hanya perlu berbicara sedikit kepada Ana, sebelum nanti bertemu dengan Renjani — gadis yang kemarin datang ke kencan buta.

"Apa kamu sudah mengatur jadwal pertemuan dengan Anastasia?" Tanya Ardhi kepada sang sekretaris yang selalu setia menemani.

"Sudah, tuan. Seperti yang anda minta, pertemuan ini tidak diketahui oleh nona Anastasia," kata Nindi memberitahu kalau perintah yang diberikan sudah beres.

"Jadi, apa kita akan langsung menuju ke tempat perempuan itu?" Tanya Ardhi sambil menatap ke arah luar jendela mobil yang saat ini tengah diguyur oleh hujan.

Tanpa membuka mulutnya, Nindi menjawab pertanyaan dari sang atasan hanya dengan menggunakan anggukan kepala singkat diikuti oleh sebuah senyuman cukup lebar. Kini, mereka tengah dalam perjalanan menuju ke tempat dimana Anastasia sedang melakukan pemotretan. Untung saja, tempatnya tidak terlalu jauh dari bandara.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama lima belas menit, mobil sedan hitam yang ditumpangi oleh Ardhi beserta sekertaris dan juga beberapa pengawal pribadi, berhasil berhenti dan terparkir di depan dari sebuah studio foto, tempat dimana Anastasia berada.

Ardhi yang memang tidak suka mengulur waktu pun langsung saja membuka pintu mobilnya, lalu melangkah keluar. Laki-laki itu memang hanya turun dari mobil, tapi anehnya bisa menarik banyak perhatian dari orang yang ada di sekitarnya. Mungkin, orang-orang itu sedang terpukau akan kharisma yang memang dimiliki oleh Ardhi atau bisa jadi mereka mengenalinya. Di negara ini, siapa sih yang tidak tahu Ardhi? Dia terlalu terkenal untuk kalangan pebisnis.

Sikap Ardhi memang terkesan tidak bisa terlalu ramah. Ia tahu kalau sedang menjadi pusat perhatian dari orang sekitar, tapi lebih memilih membuang muka dan tetap pada ekspresi datarnya. Meskipun sikapnya dingin, orang-orang itu tetap tak ada habisnya mengambil foto. Bagi mereka sikap dingin Ardhi dianggap sebagai sesuatu yang keren.

Dengan dikawal oleh sang sekertaris, Ardhi pun mulai melangkah masuk ke studio foto itu. Pintu terbuka dan hal pertama yang bisa dilihat oleh kedua matanya adalah sosok perempuan yang harusnya menjadi pasangan dalam kencan buta kemarin. Perempuan bernama Anastasia itu tampak begitu cantik dalam balutan busana bernuansa coral.

Belum sempat bagi Ardhi memanggil, perempuan si pemilik nama Anastasia sudah terlebih dahulu menyadari kehadirannya. Ana terlihat begitu terkejut dengan kehadiran dari laki-laki yang enggan ditemuinya itu. Tak disangka ternyata mereka memiliki kesempatan untuk sebuah pertemuan. Tampak canggung, Anastasia tersenyum ke arah laki-laki yang saat ini tengah menatapnya dengan dingin.

"Bisa kita bicara sebentar?" Kata Ardhi tanpa adanya sebuah basa-basi lagi.

Terpaksa Anastasia harus setuju untuk berbicara empat mata dengan Ardhi. Menolak pun tak akan membuat laki-laki itu pergi dari tempat ini.

"Mari ikut saya," ajak Anastasia sambil berjalan dengan malas, mendahului laki-laki itu.

Setibanya mereka di sebuah ruangan privat yang memang hanya orang berkepentingan saja yang boleh menggunakannya, Anastasia mulai menatap ke arah laki-laki itu dengan serius. Disini Ana sama sekali tak mau merelakan waktunya untuk lama-lama berbincang dengan Ardhi — lelaki yang sama sekali tidak disukainya itu.

"Saya hanya punya lima menit," kata Anastasia terkesan jutek.

Ardhi yang tak mau terlalu mempermasalahkan perlakuan dari perempuan itu pun langsung menuju ke inti pembicaraan. Sama seperti halnya Anastasia, laki-laki itu juga enggan kalau diminta berbasa-basi terlebih dahulu. Ardhi termasuk orang yang suka to the point saat sedang berbicara.

"Saya bisa membatalkan perjodohan denganmu, tapi ada satu syarat yang ingin saya ajukan," kata Ardhi terdengar bukan seperti sebuah omong kosong.

Mendengar perkataan yang seakan seperti sebuah negosiasi, sanggup membuat Anastasia tersenyum cerah. Akankah ada harapan tentang dirinya bisa terlepas dari belenggu perjodohan yang dibuat oleh sang ayah?

"Syarat?" Masih dengan tatapan jutek, Anastasia terdengar sudah tertarik.

"Iya. Saya menawarkan satu syarat sebagai ganti dari batalnya perjodohan," kata Ardhi lagi yang memang sejak awal sudah serius.

"Apa syaratnya?"

"Sederhana. Saya hanya ingin agar kamu membiarkan Renjani—" belum sempat untuk menyelesaikan, Anastasia dengan mudah memotong perkataan dari lelaki itu.

"Renjani? Rupanya kamu sudah tahu semua," sahut Anastasia diiringi oleh sebuah senyuman kecut.

"Tidak ada kebohongan yang bisa lama disimpan."

Daripada obrolan ini malah makin lama dan topiknya juga kemana-mana, Anastasia langsung kembali pada negosiasi awal soal perjodohan yang bisa dibatalkan itu.

"Baik. Jadi, apa syarat yang ingin kamu ajukan?" Tanya Anastasia ingin tahu.

"Biarkan Renjani menghadiri pertemuan kedua yang sudah saya rencanakan," lanjut Ardhi mengatakan syarat mudah kalau ingin perjodohan dibatalkan.

"Kalau saya membiarkannya datang, kamu bakal membatalkan perjodohannya? Begitu?" Anastasia hanya ingin memastikan kalau tidak salah tangkap pada maksud negosiasi itu.

Tanpa bersuara, Ardhi hanya mengangguk kecil, mengiyakan pertanyaan yang baru saja diajukan oleh perempuan itu. Seharusnya, penawaran negosiasi yang diajukan oleh Ardhi termasuk sebuah big deal dan tak ada alasan bagi Anastasia untuk menolaknya. Hanya perlu menjawab setuju, maka bisa dipastikan kalau Ana akan lepas dari perjodohan itu. Apa dia bisa mempercayai Ardhi?

Merasa belum yakin akan penawaran negosiasi baik yang diajukan oleh lelaki bernama Ardhi itu, Anastasia pun menanyakan hal lain yang mungkin bisa membantunya dalam mengambil keputusan.

"Kenapa kamu mau melanjutkan pertemuan dengan Renjani? Apa niat dan rencana mu terhadapnya?" Telisik Ana dengan tatapan masih terkesan sama.

Mendengar pertanyaan itu sanggup membuat Ardhi menyeringai kecil di sudut bibirnya. Memang benar, lelaki itu memiliki niat lainnya terhadap Renjani. Sebagai seorang kakak, tentu saja Ana tak akan membiarkan adiknya itu terluka.

"Saya tidak bisa memberitahumu alasannya," Ardhi mengambil sebuah jawaban aman.

"Kalau begitu, saya tidak akan me—" lagi-lagi perkataan Anastasia harus dipotong oleh lelaki itu.

"Silahkan menolak dan saya akan memberitahu segalanya ke pihak keluarga," timpa Ardhi kedengaran seperti sebuah ancaman.

"Berani banget ya! Memang sudah sepantasnya saya menolak perjodohan dengan laki-laki licik seperti kamu!" Anastasia mengungkapkan rasa kesalnya atas ancaman dari laki-laki itu.

"Pilihan ada di kamu. Kalau menyetujui tawaran itu, saya bisa pastikan seluruh pihak keluarga tak akan mengetahui semua ini," tambah Ardhi.

Jika kondisinya sudah seperti ini, apa masih ada kesempatan bagi Anastasia untuk menolak dan mengabaikan penawaran negosiasi yang diberikan oleh Ardhi? Kini, Anastasia sedang berada di jalan buntu. Rasanya hampir sama seperti saat Renjani diminta untuk menggantikan posisi sang kakak dalam menghadiri sebuah kencan buta.

"Bagaimana? Apa yang akan kamu pilih?" Desak Ardhi meminta jawaban pasti kepada perempuan yang seharusnya menjadi calon istrinya itu.

"Saya me—"

...•••...

Sore ini, pada saat Renjani baru saja turun dari sebuah kendaraan online yang dipesan untuk mengantarkannya pulang, kedua matanya langsung terfokus ke arah sebuah mobil SUV yang sangat tidak asing bagi dirinya. Baru kemarin Renjani menaiki mobil itu, eh sekarang harus melihatnya lagi. Tanpa bertanya, Renjani sudah tahu kalau sang kakak sedang ada di dalam rumah itu.

Dengan langkah panjangnya, Renjani mulai jalan melewati gerbang pagar dan menuju ke arah pintu masuk dari rumah yang sudah ditinggali olehnya selama kurang lebih tiga belas tahun. Belum sempat bagi Renjani membunyikan bel yang tersedia, seorang pelayan sudah terlebih dahulu membukakan pintu dan menyambut kepulangannya. Setiap diperlakukan seperti ini, selalu saja muncul perasaan tidak nyaman dari dalam diri Renjani.

"Biarkan aku membunyikan bel terlebih dahulu! Jangan langsung disambut karena membuatku kurang nyaman," tegur Renjani kepada pelayan itu.

"Di rumah ini nona bukanlah seorang tamu, jadi sudah sepantasnya diperlakukan sama. Saya juga tak bisa membiarkan nona berdiri terlalu lama di depan pintu," ujar pelayan itu yang lebih memilih untuk memenuhi standar dalam bekerja.

"Terima kasih," tukas Renjani sambil membentuk sebuah senyuman cukup lebar di wajahnya.

Setelah dirasa cukup, Renjani yang berniat untuk masuk ke rumah itu pun langkahnya kembali terhenti karena secara tiba-tiba sang kakak datang menghampirinya. Tidak seperti kemarin, sekarang wajah kak Ana jauh tampak lebih cerah. Apa masalah tentang perjodohan sudah berhasil diselesaikan olehnya?

"Hai, dek..." Sapa Kak Ana sambil tersenyum hangat.

Tidak tahu kenapa, tapi yang jelas ketika melihat kakak nya bertingkah seperti itu membuat Renjani menatap aneh sambil menaruh curiga. Kenapa perasaan Renjani mendadak jadi kurang enak?

"Hai, kak..." Balas Renjani yang kemudian berjalan masuk melewati Kak Ana. Untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, sementara waktu Renjani akan membuat jarak aman dari kakak nya itu.

"Dek, kenapa?" Tanya Kak Ana yang terus saja mengekor di belakang Renjani tanpa ingin berhenti.

"Kakak kenapa terus mengikuti ku?" Renjani merasa takut karena bad feeling yang tengah dialaminya.

"Hanya ingin berbincang, tapi kenapa kamu malah kabur seperti itu?" Sama dengan Renjani, Kak Ana juga merasa aneh akan sikap dari adiknya. Tidak biasanya bagi Renjani untuk kabur saat kakaknya datang.

"Mau bicara apa? Yang kemarin belum cukup?" Tanya Renjani tanpa ingin menghentikan langkahnya.

"Soal perjodohan. Aku berhasil membuat laki-laki itu membatalkannya."

Mendengar apa yang baru diberitahu oleh kakaknya itu, sanggup menghentikan langkah terburu-buru yang sejak tadi terus dilakukan oleh Renjani. Apa kini dia sudah ingin berbicara dengan kakaknya?

"Benarkah? Bagaimana bisa? Apa yang kakak lakukan?" Renjani yang sudah membalikkan badan hanya agar bisa menatap sang kakak pun mulai mengajukan cukup banyak pertanyaan.

"Hanya sedikit melakukan negosiasi," jujur kakaknya, namun inilah yang buat Renjani curiga. Walau masih sekali bertemu, Renjani sudah yakin kalau Ardhi bukan tipe orang yang gampang untuk diajak kompromi.

"Beritahu aku, gimana cara kak Ana melakukan negosiasi dengan dia?" Renjani sangat penasaran.

Jujur, Anastasia sendiri merasa bingung untuk menjawab pertanyaan dari sang adik. Pasalnya, penawaran negosiasi itu berasal dari Ardhi. Itu terjadi bukan karena inisiatif atau rencana dari sang kakak.

"Kamu tidak perlu tahu caranya, karena sekarang yang terpenting perjodohan itu sudah batal," ucap Anastasia sambil sedikit mengontrol volume suaranya.

Selama kakaknya itu belum memberitahu caranya, Renjani tetap akan terus curiga. Firasatnya mengatakan kalau ada sesuatu hal yang sekarang tengah disembunyikan oleh sang kakak, tapi sayangnya Renjani tidak tahu. Bertanya pun tidak akan ada gunanya, karena pasti Kak Ana enggan untuk memberitahu.

"Selamat ya, kak..." Singkat Renjani sambil memberikan sebuah senyuman tipis kepada kakaknya.

"Maka dari itu, alasan aku datang kesini selain untuk memberitahu kabar baik, aku juga ingin mengajakmu pergi makan. Anggap saja ini seperti sebuah pesta perayaan," ajak Kak Ana tanpa ragu.

Tentu saja, Renjani tak bisa menyetujui ajakan dari kakaknya itu. Bukan karena tidak mau, melainkan kebetulan di esok hari Renjani ada ujian harian dan mengharuskannya untuk belajar. Jadi, pesta perayaannya harus diundur sampai Renjani selesai dengan semua ujian sekolah itu.

"Maaf kak, tapi sepertinya aku tak bisa. Besok ada ujian," tolak Renjani tegas.

"Cuma sebentar aja. Gak bakal sampai tengah malam," namanya juga Kak Ana, tak heran kalau ada paksaan saat mendengar sebuah penolakan.

"Aku harus belajar," Renjani masih bersikeras untuk menolak ajakan itu.

"Ayolah, dek! Masalahnya kalau besok atau kapan, aku sudah tak bisa mengajakmu lagi."

"Kenapa gak bisa? Memangnya kakak mau pergi lagi?"

"Kakakmu ini harus terbang ke Paris untuk menghadiri acara fashion show," bisik Kak Ana memberitahu.

"Kapan?"

"Jadwal penerbangan nya besok sore," jawab Kak Ana.

"Apa ayah dan bunda tahu soal itu?"

"Belum, tapi mereka pasti gak lama juga akan tahu."

"Sampai kapan?" Pertanyaan dari Renjani untuk sang kakak memang terkesan lumayan banyak.

"Mungkin dua bulan, baru bakal balik ke negara ini lagi."

"Kok lama?"

"Sekalian mau liburan sama Bimo," ujar Kak Ana dengan sebuah senyuman sumringah.

Tanpa memberikan sebuah kepastian apa-apa, Renjani kembali melanjutkan langkahnya. Tidak mendengar adanya sebuah jawaban, Kak Ana memutuskan untuk menganggap itu sebagai tanda setuju dari adiknya. Kalau sudah begini, Anastasia akan segera bebas dari belenggu perjodohan.

"Dek, jangan lupa gaun pemberiannya dipakai," pinta Kak Ana yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Renjani.

Selagi menatap punggung dari adiknya yang makin lama mulai menghilang dari pandangan, Kak Ana mulai mengambil ponsel pribadinya lalu mengirimkan pesan pemberitahuan kepada Ardhi.

Rupanya keputusan yang diambil oleh Anastasia adalah menerima penawaran negosiasi dari laki-laki itu. Memang terlihat tidak adil bagi Renjani, tapi mau bagaimana lagi? Ana sama sekali tidak bisa membiarkan Ardhi memberitahu kedua keluarga soal semuanya. Anastasia hanya tak bisa menanggung kemarahan dari ayahnya. Sejak kecil, satu-satunya orang yang paling disegani adalah Tuan Aries — ayahnya sendiri. Demi melindungi diri, Anastasia membiarkan adiknya terlibat dengan Ardhi.

"Maafkan aku, dek. Semoga nanti kamu bisa mengerti posisi menyulitkan yang sedang ku alami," tutur Kak Ana dalam batinnya.

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

 

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

 

Terpopuler

Comments

Kartika Aytia

Kartika Aytia

Hi Thor...... Cerita nya lumayan bagus.... semangat selalu 😘

2022-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!