— 03.

Sebenarnya masih banyak hal yang harus dilakukan oleh Ardhi di luar negeri, namun karena paksaan dari sang kakek dan ayahnya yang terus meminta, ia terpaksa harus menunda semua pekerjaannya dan kembali hanya untuk menemui mereka berdua.

Siang ini, dengan ditemani oleh seorang sekertaris dan beberapa pengawal pribadi, Ardhi yang mengenakan setelah jas dipadukan dengan kacamata hitam, pun secara hati-hati mulai keluar dan turun dari pesawat pribadi yang sudah menemaninya selama sebulan penuh berkeliling ke negeri orang hanya untuk menghadiri pertemuan bisnis.

Kembali ke negara sendiri, rasanya sudah cukup lama Ardhi tak menginjakan kakinya disini. Setelah enam bulan terakhir dirinya terus disibukan untuk mengurus perusahaan yang ada di Melbourne dan berkeliling negara selama sebulan penuh, akhirnya dia bisa kembali. Ardhi memang merasa senang karena ini, tapi disisi lain dirinya juga takut. Iya, dia hanya takut bertemu dengan kakek serta ayahnya. Entah mengapa, feeling Ardhi merasa sangat tidak enak. Seakan ada hal buruk yang akan terjadi.

Dengan langkah panjangnya, Ardhi mulai berjalan ke arah mobil sedan berwarna hitam yang telah menunggunya sejak tadi. Namanya juga orang sibuk dan memiliki banyak pekerjaan, sambil melangkah, sang sekertaris terus saja membicarakan masalah pekerjaan. Ardhi yang sudah terbiasa dengan ini pun tanpa ragu mendengarkannya dan segera mungkin memberikan saran serta perintah yang tepat. Memang benar hampir seluruh hidupnya sudah didedikasikan untuk pekerjaan.

"Tuan, Presdir dari perusahaan Jepang ingin bertemu dengan anda," kata sang sekertaris memberitahu hal yang memang sudah seharusnya diberitahukan kepada atasan.

"Kapan itu?" Tanya Ardhi dengan pandangan masih lurus ke depan.

"Lusa, waktu Jepang," ujar sang sekertaris.

Terkesan cukup melelahkan, tapi apa Ardhi memiliki pilihan lain? Mau tidak mau, dia harus menyetujui ajakan pertemuan itu dan pastinya akan segera bertolak kembali ke Jepang untuk menghadiri pertemuan dengan Presdir dari salah satu perusahaan di Jepang.

"Tolong atur penerbangannya! Setelah menemui kakek dan ayah, saya akan langsung berangkat ke Jepang," ucap Ardhi memberikan perintah tegas.

Seperti belum usai dengan pembahasan mengenai pertemuan itu, sang sekertaris pun banyak memberitahu hal lainnya yang masih dalam ruang lingkup pekerjaan. Hubungan diantara mereka berdua memang tak jauh-jauh dari bisnis dan perusahaan.

Masih dengan sibuk mengotak-atik layar iPad nya, Ardhi pun melangkah masuk ke dalam mobil sedan hitam yang sudah disediakan. Dia masuk dan menempati kursi penumpang bagian belakang, diikuti oleh sang sekertaris yang setia berada tak jauh-jauh darinya.

"Nindi?" Panggil Ardhi secara tiba-tiba kepada sang sekertaris.

Jangan salah paham! Sekertaris Ardhi adalah seorang perempuan cantik, berbakat, cekatan dan tentu saja pintar. Sekertaris-nya memang tampak begitu sempurna, tak heran kalau ada gosip di tengah masyarakat yang mengatakan tentang hubungan rahasia di belakang hubungan bisnis antar mereka berdua.

"Iya tuan? Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang sekertaris merespon dengan begitu cepat.

"Sebelum pulang, saya ingin mampir terlebih dahulu ke toko coklat," ujar Ardhi menyampaikan keinginannya.

"Apa tuan ingin mencari buah tangan untuk nona?" Tanya sang sekretaris lagi.

"Dia akan marah, jika saya pulang tanpa membawa apapun," tukas Ardhi sambil memandangi jalanan di luar jendela yang tampak begitu ramai lancar.

Awalnya si sopir ingin langsung mengantarkan atasannya itu untuk segera menuju ke kediaman, tapi karena perintah dari Ardhi yang mengatakan ingin mampir terlebih dahulu ke toko coklat, si sopir khusus yang mengemudikan mobil ini pun mau tak mau harus memutar arah. Kini mobil sedan hitam yang ditumpangi oleh Ardhi, tengah melaju menuju toko coklat langganan.

Di tengah si sopir yang sibuk mengendalikan kemudi, ponsel yang ada di saku dalam dari jas Ardhi berdering. Lelaki itu tengah mendapatkan sebuah panggilan, tapi belum tahu dari siapa. Oleh karenanya, tanpa ingin membuat si penelepon menunggu terlalu lama, Ardhi pun bergegas untuk mengambil ponsel pribadinya. Saat melihat nama yang tertera pada layar ponselnya, secara tak terduga Ardhi langsung menghela napasnya. Kalau bisa, dirinya sangat ingin untuk mengabaikan panggilan dari sang ayah.

"Halo, ada apa ayah? Kenapa menghubungiku?" Tanya Ardi dengan suara berat khas yang dimilikinya.

"Kapan kamu sampai di rumah? Sejak pagi tadi, kakek mu terus saja menganggu ayah dengan bertanya mengenai posisimu. Kakek tadi ada menghubungi ponselmu, tapi tidak mendapatkan jawaban," ucap sang ayah dari balik panggilan telepon ini.

"Sejak kapan di pesawat memiliki aturan boleh menjawab panggilan telepon?" Tanya Ardhi dengan nada bicara sedikit malas.

"Ayah sudah memberitahunya seperti itu, tapi kakek mu tidak mau percaya. Dia selalu menganggap kalau kamu memang sedang mengabaikan panggilannya lagi," ujar ayahnya terdengar sedikit frustrasi.

"Kalau begitu, tolong beritahu kakek bahwa aku akan sampai dalam satu jam," kata Ardhi yang berhasil membuat sang ayah menghela napas lega.

"Jadi, kamu benar-benar sudah sampai di negara ini?" Ayahnya bertanya hanya untuk memastikan.

"Sudah."

"Baiklah. Cepatlah pulang dan segera temui kakek mu itu," tukas sang ayah yang tak mendapatkan jawaban apapun dari Ardhi.

Dirasa cukup untuk perbincangannya,  secara sepihak Ardhi mengakhiri panggilan itu. Pada saat panggilan berakhir, mobil yang ditumpanginya ini pun juga ikut berhenti persis di parkiran dari sebuah toko coklat. Karena waktu memang begitu penting, Ardhi pun bergegas turun dari mobil setelah sang sekertaris membukakan pintu.

Kedatangan Ardhi ke toko coklat ini sangat tidak terduga dan mampu menarik perhatian dari semua pengunjung. Pemilik toko yang kebetulan ada di sana pun dengan cepat langsung memberikan sebuah sambutan hangat dan terkesan ramah kepada Ardhi.

"Selamat datang Tuan Ardhi. Saya tidak menyangka kalau tuan akan datang berkunjung hari ini. Pasalnya, setiap datang sekertaris tuan selalu memberitahu terlebih dahulu," kata sang pemilik toko.

"Tokonya sedang begitu ramai," ucap Ardhi sambil matanya melihat-lihat ke arah sekeliling.

"Kalau tuan memberitahu terlebih dahulu, saya pasti tidak akan membuka toko ini untuk umum," ungkapan pemilik toko yang seperti ini mampu membuat Ardhi tersenyum.

"Saya lebih suka seperti ini. Bukankah pengunjung yang ramai tampak lebih baik daripada hanya satu orang?" Kata Ardhi sambil melangkah masuk ke dalam toko coklat itu.

Baru saja masuk, Ardhi sudah bisa mencium aroma khas yang dimiliki oleh coklat. Sekarang dirinya paham, alasan mengenai sang adik yang begitu menyukai coklat dari toko ini.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya salah seorang pegawai perempuan yang secara tiba-tiba datang menghampiri Ardhi.

Ardhi yang masih melihat-lihat permen coklat dari etalase kaca pun mulai menengok ke arah pegawai perempuan itu. Tak disangka, ternyata toko coklat ini juga memiliki pegawai muda yang memiliki rupa begitu cantik. Untuk sebentar, Ardhi terkesima pada penampilan dari pegawai perempuan itu.

"Tentu saja. Saya butuh bantuan kamu," kata Ardhi sambil tersenyum tipis.

Ini terlihat sedikit aneh. Untuk kali pertama, Ardhi bisa merasa terkesima saat melihat seorang wanita. Biasanya, setiap ada di dekat wanita dia selalu merasa enggan dan berusaha sebisa mungkin untuk menjaga jarak. Sepertinya memang ada yang spesial dari pegawai perempuan itu.

"Permen coklat yang ada disini, semuanya memiliki kualitas yang baik. Apa tuan ingin mendapatkan rekomendasi?" Tanya dari pegawai wanita itu.

"Sudah berapa lama kamu bekerja disini?" Tanya Ardhi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Belum sempat bagi pegawai wanita itu untuk memberikan rekomendasi, secara tiba-tiba pemilik dari toko ini ikut bergabung dalam pembicaraan mereka. Sebenarnya Ardhi sama sekali tak merasa terganggu dengan pegawai wanita itu, namun anehnya pemilik dari toko coklat malah mengusir pegawai perempuan itu.

"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kamu bisa membantu memeriksa stok yang ada di gudang," suruh pemilik toko ini.

Karena perempuan itu hanyalah seorang pegawai biasa jadi, mau tak mau harus menurut. Dengan sopan, pegawai wanita pun menarik diri, pergi meninggalkan atasannya bersama Ardhi.

"Kenapa kamu memintanya pergi?" Tanya Ardhi dengan pandangan yang masih tak bisa lepas dari pegawai wanita itu.

"Saya minta maaf. Dia hanya pegawai baru dan disini masih dalam tahap belajar. Saya hanya tidak ingin tuan mengambil rekomendasi darinya," kata pemilik toko coklat ini sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar itu membuat Ardhi menghela napasnya. Sangat disayangkan, padahal dirinya begitu ingin mendengarkan rekomendasi coklat dari pegawai perempuan yang kini sudah pergi.

"Bungkus saja tiga kotak besar coklat kesukaan adik saya," suruh Ardhi kepada pemilik dari toko coklat ini.

"Untuk pembayaran, sekertaris saya yang akan mengurusnya," tambah Ardhi sambil melangkah keluar dari toko ini.

Dia memang baru masuk dan bisa dibilang belum melihat keseluruhan coklat yang dijual oleh toko ini, tapi ia malah memilih untuk menunggu di mobil dan menyerahkan semuanya kepada sang sekretaris. Ada apa dengan suasana hati dari lelaki itu? Kenapa bisa berubah menjadi demikian?

...•••...

Seperti yang telah dijanjikan dalam ucapannya, tidak sampai lebih dari satu jam, akhirnya mobil sedan hitam yang ditumpangi oleh Ardhi sudah terlihat memasuki halaman dari sebuah rumah mewah. Setelah kurang lebih delapan bulan berkelana, Ardhi pun bisa kembali lagi di rumah yang memang menjadi tempat tinggalnya sejak masih kecil.

Tak mau membuang waktu lebih banyak dan membuat seluruh keluarganya menunggu terlalu lama, Ardhi pun bergegas turun dari mobil sedan itu. Ia bahkan tak menunggu sang sekertaris yang biasanya bertugas membukakan pintu mobil untuknya.

Baru keluar dari mobil, rupanya Ardhi langsung didatangi oleh salah seorang pelayan yang memang bekerja untuk membantu menjaga kebersihan dari rumah ini. Dia datang menghampiri hanya untuk memberitahukan sesuatu.

"Seluruh keluarga sudah menunggu di dalam," katanya yang sama sekali tak mendapatkan respon dari Ardhi.

Masih dengan ditemani oleh sang sekertaris, Ardhi pun mulai melangkah mendekati pintu utama dari rumah mewah itu. Seorang pelayan yang tadi datang menghampiri, langsung membukakan pintu untuk sang atasan. Setelah pintu baru dibuka, kepulangan Ardhi disambut begitu hangat oleh seluruh keluarga. Sang kakek yang memang telah menunggu lama, menjadi orang pertama yang memberikan sebuah pelukan.

"Dasar cucu tidak punya sopan santun! Bagaimana bisa kamu mengabaikan semua panggilan dari kakek?" Protes sang kakek disela-sela pelukannya.

Sebenarnya kalau sang kakek menghubunginya untuk sesuatu hal penting, pasti akan terus Ardhi jawab, tapi masalahnya setiap menelepon, sang kakek selalu saja membicarakan mengenai pernikahan dan perjodohan. Ardhi yang memang belum ingin terlibat dalam hubungan serius, memilih mengabaikan sang kakek.

"Apa alasan kakek menyuruhku pulang hanya untuk melakukan protes?" Tanya Ardhi dengan ekspresi datarnya.

"Tentu saja tidak. Kakek ingin membahas hal serius kepadamu," ucap sang kakek sambil memberikan sebuah senyuman penuh arti.

Melihat senyuman dan raut wajah dari sang kakek, sepertinya Ardhi sudah tahu hal serius apa yang ingin dikatakan oleh beliau. Kalau boleh menebak, pasti ini takkan jauh-jauh dari perjodohan ataupun pernikahan. Apa Ardhi datang jauh-jauh dari luar negeri hanya untuk membahas hal yang menurutnya bisa dibahas lewat telepon?

"Apa soal pernikahan?" Tanya Ardhi yang berhasil membuat ayah dan ibunya yang kebetulan juga ada disini tercengang kaget.

Sambil tersenyum, Ardhi melanjutkan ucapannya yang ternyata belum benar-benar usai itu. "Bukankah kakek sudah sering membahas tentang itu?"

"Sering membahas dan sering juga diabaikan olehmu. Sampai kapan kamu terus bersikap seperti ini? Apa kamu ingin menua sendirian tanpa adanya seorang istri?" Tanya sang kakek beruntun.

Dikarenakan sudah terlalu lelah, kali ini Ardhi akan mengalah. Ia berniat untuk mendengarkan apapun ucapan dari sang kakek dan tentunya menuruti, kalau ada permintaan. Hal ini dilakukan hanya agar sang kakek berhenti mendesak ataupun membahas tentang pernikahan.

"Apa yang ingin kakek bahas? Katakan saja sekarang," ucap Ardhi sambil menempatkan dirinya duduk dengan nyaman di sofa panjang yang ada pada ruang tamu.

"Kakek sudah mengatur sebuah kencan buta untukmu."

Seketika Ardhi langsung menatap sang kakek, terkejut. Rupanya beliau benar-benar ingin melihat Ardhi menikah dalam waktu dekat.

"Kencan buta? Dengan siapa?" Tanya Ardhi menelisik mencoba mencari tahu.

"Kakek sudah mencarikan calon istri yang sesuai dengan tipe idealmu," ucap sang kakek dengan semangat.

"Memangnya kakek tahu bagaimana tipe ideal wanita yang aku sukai?" Tanya Ardhi memastikan.

"Tentu saja. Kakek mu ini juga seorang laki-laki, tanpa bertanya sudah bisa tahu."

"Siapa calon istri yang sudah kakek pilihkan untukku?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Ardhi barusan, mampu membuat kakek, ayah serta ibunya tersenyum cukup lebar. Melihat itu Ardhi menduga kalau mereka bertiga merupakan satu komplotan.

"Kakek mu itu memilihkan perempuan terbaik. Ayah yakin, kamu pasti akan menyukainya," ucap sang ayah sambil mengacungkan kedua ibu jari.

"Bunda juga akan setuju, kalau kamu menikah dengan perempuan pilihan dari kakek mu," timpa sang ibunda ikut-ikut.

"Apa aku mengenalnya?" Ardhi dibuat bertanya-tanya. Sekarang ini di kepalanya sedang ada tanda besar.

"Dia adalah putri dari Tuan Aries. Kamu mengenal ayahnya," ujar sang kakek memberitahu.

^^^Bersambung...^^^

Catatan kecil :

- terima kasih karena sudah mau mampir di karya tulis ini. Mohon berikan dukungannya agar penulis bisa lebih rajin update dan juga semakin giat dalam membuat karya tulis lainnya.

- karya masih on going dan akan terus di update. Untuk pembaca diharap sabar menunggu kelanjutannya.

 

Story ©® : Just.Human

*please don't copy this story.

Find Me

✓ Instagram : just.human___

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!