Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, jalanan sudah tampak sepi. Annisa tidak peduli akan hal itu, yang terpenting saat ini ia harus segera mendapatkan uang agar Bu Ratna dapat segera di operasi.
Annisa sudah berdiri di depan pintu apartemen Rain, Annisa mencoba menetralkan detak jantung nya. Kejadian waktu itu kembali mengingatkan Annisa, dan rasa takut menyelimuti perasaan Annisa sekarang.
" Bismillah "
Ting..tong..Ting..tong..
Annisa menekan bel yang terdapat di samping pintu. Cukup lama Annisa menunggu dan menekan bel, namun pintu juga tidak kunjung di buka.
" Apa dia tidak ada di rumah ? aku harus mencarinya kemana ? " karena pintu tak juga di buka, Annisa berbalik dan ingin pergi dari apartemen Rain. Namun langkah Annisa terhenti saat terdengar pintu di buka. Annisa segera membalikkan badan dan melihat Rain.
" Kau !! " ucap Rain , tidak menyangka jika Annisa yang berdiri di depannya sekarang.
" Mau apa kau ke sini ? " tanya Rain.
" Aku... " Annisa berjalan mundur, ia mencoba menjaga jarak dari Rain. Rain bingung melihat Annisa seperti itu.
" Katakan, apa yang kau lakukan di sini ? " tanya Rain.
" Aku.. " Annisa bingung harus berkata apa kepada Rain.
" Aku..aku.. cepat katakan apa mau mu ? " ujar Rain.
" Aku..aku ingin meminjam uang kepadamu "
Glekk..
Rain terdiam sejenak, lalu tak lama ia tertawa terbahak - bahak. Annisa saja sampai bingung melihat Rain, " ternyata lelaki dingin itu bisa tertawa juga " batin Annisa.
" Apa kau bilang ? kau ingin meminjam uang kepadaku ? hahahaha..memangnya berapa yang kau butuhkan "
Annisa memejamkan kedua mata nya , dan dengan ragu - ragu ia menjawab " 100 juta, aku ingin meminjam uang kepadamu sebanyak 100 juta " jawab Annisa.
" APAA !! " Rain sangat terkejut mendengar jawaban dari Annisa.
" Aku mohon , aku perlu uang itu sekarang. Aku berjanji setelah ini aku akan ikut denganmu. Aku akan melakukan apapun yang kau mau, menjadi pembantumu, atau apapun " Annisa duduk dan berlutut di depan Rain, saat ini menurut Annisa hanya Rain lah yang bisa membantunya. Ya walaupun mungkin mustahil Rain akan mau meminjamkan uang itu kepadanya.
Melihat Annisa yang tertunduk dan berlutut di depannya, membuat beberapa orang yang lewat menatap aneh kepada Rain dan juga Annisa.
" Hei..apa yang kau lakukan, cepat berdiri . Kau tidak lihat orang - orang yang lewat menatap kita dengan tatapan aneh " Rain berjalan ke arah Annisa dan meminta Annisa untuk berdiri.
" Aku tidak akan berdiri sebelum kau meminjamkan uang itu kepadaku. Kau bilang kalau aku istrimu kan, anggap saja kau memang membantu istrimu sekarang. Aku janji akan mengganti uangnya, aku akan menyicil nya " kedua mata Annisa mulai berkaca - kaca.
" Ck..kau pikir aku akan meminjamkan uang itu kepadamu. Tidak akan, lebih baik sekarang kau pergi dari sini " Rain meninggalkan Annisa lalu kembali kedalam apartemennya.
Annisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Annisa menangis. Rain adalah harapan satu - satu nya saat ini, tapi tidak bisa membantu nya.
Annisa berdiri lalu pergi dari apartemen Rain, Annisa berjalan sembari melamun. Ia terus memikirkan dimana lagi ia bisa mendapatkan pinjaman uang sesegara mungkin.
*****
Rain mengusap wajahnya lalu merebahkan dirinya di sofa. " Apa - apaan wanita itu, buat apa uang sebanyak itu. Akhh..sudahlah Rain, untuk apa aku memikirkan wanita itu. Terserah dengannya, aku tidak peduli " Rain beranjak dari sofa lalu masuk ke dalam kamar untuk tidur.
Saat terlelap, Rain bermimpi bertemu dengan ibunya. Sama halnya dengan Annisa, kedua orangtua Rain meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil saat ia berumur 15 tahun. Rain memilki seorang adik perempuan yang kini tinggal di luar negeri untuk menempuh pendidikannya.
Dalam mimpi itu Rain kembali teringat kebaikan sang ibu dimana ibu nya selalu membantu orang - orang yang kesusahan. Bahkan tidak jarang ada beberapa orang yang justru datang kerumah mereka meminta belas kasih dan ada juga yang datang untuk meminjam uang . Orang - orang itu sama sekali tidak di kenal oleh Ibu dan Ayah Rain. Tapi mereka tidak pernah memilih - milih, kedua orang tua Rain dengan senang hati membantu mereka.
" Ibu, kenapa ibu menolong orang - orang itu ? bagaimana jika mereka berbohong, bagaimana jika mereka hanya memanfaatkan kebaikan ibu ? "
" Rain sayang.. kita hidup untuk saling tolong menolong, dan saling toleransi satu sama lain. Kalaupun mereka berbohong, biarlah itu urusan mereka kepada Allah. Yang terpenting niat kita baik , dan insha Allah , Allah akan membalas kebaikan kita dengan yang paling indah "
" IBU....IBU..IBU.. !! " Teriak Rain berusaha memanggil ibunya yang sudah menghilang dari pandangan nya.
Rain terbangun dari tidurnya, dan ia sadar bahwa semua itu hanya mimpi. Rain mengusap wajahnya dengan kedua tangan lalu bersandar di sandaran tempat tidurnya.
" Ibu..aku rindu " ucap Rain.
Rain beranjak dari tempat tidur menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. Rain meneguknya hingga habis dan setelah itu kembali ke kamar berniat untuk kembali tidur. Namun setelah di coba , Rain tidak bisa tidur kembali . Rain mencoba mengganti posisi tidurnya, menghadap ke kiri, nanti ke kanan, dan kadang telentang. Namun ia tetap tidak bisa tertidur, justru karena mimpi tadi ia malah teringat akan Annisa.
" Apa maksud mimpi itu, apa maksud ibu aku harus membantu wanita itu ? " ucap Rain.
Rain berpikir keras, hingga akhirnya Rain beranjak dari tempat tidur menuju lemari. Rain mengganti celana pendeknya dengan celana jeans panjang. Kemudian meraih jaket dan kunci mobil yang tergeletak di atas nakas. Rain keluar dari apartemen dan pergi kerumah Annisa.
*****
Sudah pukul 2 pagi, Annisa belum dapat tidur. Saat ini ia sedang melakukan sholat tahajjud dan berdoa sembari berlinang airmata. Berkeluh kesah dan memohon petunjuk dan pertolongan akan cobaan yang ia hadapi.
Selesai sholat, Annisa melipat mukena nya. Dan bersamaan suara ketukan pintu terdengar di luar.
" Suara apa itu ? ini sudah jam 2, siapa yang bertamu malam - malam " ucap Annisa sembari melihat jam dinding yang ada di kamarnya.
Annisa berusaha mengabaikan suara ketukan pintu , namun suara itu kembali terdengar dan semakin keras. Akhirnya Annisa memberanikan diri untuk keluar dan melihat siapa yang datang ke rumahnya.
Annisa membuka sedikit tirai jendela. " Rain, itu benar dia. Untuk apa dia kemari ? ". Annisa tidak segera membuka pintu, ia masih ragu.
Tok..tok...tok..
Rain kembali mengetuk pintu. " Wanita sombong, cepat bukan pintunya " ucap Rain dengan nada pelan, ia tidak mau kedatangan nya membangunkan para tetangga.
Annisa memberanikan diri membuka pintu dengan membawa sebuah sapu yang ada di tangannya.
" Kenapa lama sekali membuka pintu nya " ucap Rain.
" Anda tidak lihat ini Jam berapa ? "
Rain melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. " Aku tau, kau tidak ingin meminta ku masuk . Lihat, sepi sekali di sini " ucap Rain melihat sekeliling nya yang menurun Rain sangat menyeramkan.
" Tidak, katakan apa mau anda kemari ? "
" Kau tanya mauku apa ? kau lupa ya, bukannya kau datang ke rumahku untuk meminjam uang. Apa kau tidak mau mendapatkan pinjaman uang itu " ucap Rain.
" Sungguh ? " tanya Annisa tidak percaya.
" Apa menurutmu aku datang ke tempat mu jauh - jauh hanya untuk membohongimu. Ayolah , aku ingin masuk sekarang " Rain berbicara sembari melihat sekelilingnya.
" Tapi ini sudah malam, kalau tetangga melihat kita bagaimana ? aku tidak ingin terjadi fitnah "
" Fitnah ? kau lupa ya , kita ini sudah menikah. Tidak akan ada yang memfitnah kita . Bahkan jika aku meminta tidur denganmu pun aku berhak " ucap Rain asal membuat kedua pipi Annisa memerah mendengarnya.
" Cepat, aku ingin masuk "
" Tunggu sebentar " Annisa mendekat ke arah Rain, mencoba melihat wajah Rain lebih dekat dan mencium aroma tubuh Rain.
" Hei..apa yang kau lakukan ? "
" Anda tidak mabuk kan ? " Annisa takut jika Rain saat ini berada di bawah minuman beralkohol. Annisa tidak ingin jika nanti Rain masuk kedalam rumahnya dan hal waktu itu terulang kembali.
" Apa ? jadi kau pikir aku mabuk, oh jadi itu alasan mu membawa sapu jelek ini. Aku tidak mabuk, dan aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Kalaupun aku mengulanginya, aku tidak ingin mengulanginya lagi denganmu "
" Baiklah, silahkan masuk " Annisa mempersilahkan Rain masuk kedalam Rumahnya.
Rain langsung duduk di sofa dan usang milik Annisa. Rain merasa lega, ia sudah masuk kedalam rumah dan tidak lagi merasa ketakutan karena sejak tadi berdiri sendiri di luar rumah Annisa.
" Jadi..anda sungguh ingin meminjam uang itu " Annisa ikut duduk di kursi lain dan bertanya kepada Rain.
" Kau tidak ingin mengambil minum dulu untukku ? " tanya Rain.
" Maaf, aku lupa. Baik tunggulah di sini " Annisa beranjak menuju dapur lalu tak lama membawakan segelas air putih untuk Rain.
" Hanya ini ? kalau ini aku juga sudah meminumnya di rumah. Tidak ada yang lain ? jus, atau mungkin coffe ice, ice tea atau.. "
" Hanya ada teh, tunggulah aku akan membuat anda teh hangat "
" Teh hangat , baiklah " Annisa kembali kedapur, namun Rain kembali memanggilnya.
" Tunggu dulu "
" Ada apa ? "
" Jangan menambahkan gula terlalu banyak "
" Baiklah " Annisa ingin kembali kedapur.
" Satu lagi "
" apa ? "
" Jangan terlalu panas "
" Baiklah "
" Tunggu sebentar , ada lagi " Annisa menarik nafas panjang, sepertinya Rain sengaja mengerjai dirinya.
" apa lagi ? "
" tehnya jangan terlalu pekat "
"Hanya itu saja, baiklah. Secangkir teh dengan sedikit gula dan tidak terlalu pekat . Ada lagi ? " tanya Annisa seolah seorang pelayan yang berbicara kepada pelanggannya.
" Tidak ada " ucap Rain dengan tersenyum tipis.
Annisa kembali ke dapur, Annisa mencoba menahan kekesalannya kepada Rain. Sedangkan Rain senyum - senyum sendiri. Ia merasa senang saja mengerjai Annisa.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Rie-Rie Ajja
pasangan yg Lucu...
2022-08-14
0
itanungcik
yg ditolong anisa mama nya rian,bikin Rein menyesal besti, keputusan ditangan author
2022-08-14
0