Resto pizza tempat Annisa bekerja sedang mengadakan promo pembelian. Dan hal itu membuat pembeli membludak dan tentunya membuat para karyawan termasuk Annisa harus bekerja lembur hari ini.
" Apa ini yang terakhir Resty ? " tanya Annisa saat Resty memberikan dua kotak pizza kepada Annisa.
" Tentu Annisa, ini yang terakhir. Huff...rasa nya melelahkan sekali Annisa. Tubuhku..oh..tidak..hari ini pembeli begitu banyak. Semoga rasa lelah kita terbayar dengan tambahan gajih yang sudah di janjikan "
" Aamiin..aamiin yarobal alamin " jawab Annisa.
" Cepatlah pergi Annisa, sudah jam 9, setelah ini kami akan bersiap dan menutup toko "
" Baiklah Resty, Assalamu'alaikum "
" Waalaikumsalam "
Dua puluh menit kemudian, Annisa sampai di sebuah apartemen mewah dengan bangunan yang menjulang tinggi. Annisa melihat kembali alamat yang Resty berikan kepada nya.
" Alamat nya sudah benar "
Annisa masuk kedalam Apartemen itu, dan naik ke lantai 15 untuk mengantarkan dua kotak pizza yang ia bawa.
Ting..tong..Ting..tong..
Annisa menekan tombol bel yang terdapat di depan pintu, ia berdiri di kamar apartemen yang bertuliskan nomor 045.
" Nomornya benar ? kenapa pintu nya tidak di buka "
Annisa kembali menekan tombol bel, tapi tiba - tiba saja pintu terbuka. Dan yang membuka pintu seorang lelaki tampan yang tidak asing di ingatan Annisa.
" Assalamu'alaikum Pak, ini pizza nya "
Annisa memberikan dua kotak pizza yang tadi ia bawa kepada lelaki yang ada di depannya, kedua mata lelaki itu terlihat sayu, dan terlihat begitu banyak keringat yang bercucuran di wajahnya.
" Pak..apa yang bapak lakukan !! " bukannya menerima kotak pizza yang Annisa bawa, Rain justru menarik lengan Annisa dan membawa Annisa masuk kedalam kamar apartemennya. Lelaki yang saat ini memaksa Annisa masuk kedalam apartemen nya adalah Rain.
" Kau !! apa kau puas HAH !! puas membuat ku seperti ini !! "
" apa yang bapak katakan, saya tidak mengerti, saya harus pergi dari sini " Annisa mencoba keluar dari sana , namun tangan nya kembali di cekal oleh Rain.
" Kau mau lari !! Tidak, aku tidak akan melepaskanmu lagi kali ini " Rain menarik lengan Annisa dan membawa Annisa kedalam pelukan nya. Annisa mencoba memberontak.
" Anda sedang mabuk Pak, tolong jangan lakukan ini " Annisa menyadari jika lelaki di depan nya ini sedang mabuk, karena Annisa mencium bau Alkohol dari tubuh dan nafas Rain.
" Aku mabuk, hahahaha...semua ini karena kau !! kau yang membuat ku seperti ini , ini yang kau mau ? ini kan !!! "
" Sebentar, lelaki ini..sepertinya aku pernah melihatnya " Annisa mencoba mengingat dimana ia pernah melihat lelaki yang ada di depan nya.
" Lelaki ini... Ya Allah, kenapa aku bisa bertemu lagi dengan nya ? Ya Allah , aku harus bagaimana ? bagaimana aku keluar dari sini ? "
" Kau diam ? ini yang kau inginkan kan ? kenapa kau tak mau menikah denganku Sania ? kenapa ? , apa kurangnya aku Sania ? apa ? Rain terus saja meracau, ia tidak sadar jika di depan nya bukanlah Sania, melainkan Annisa.
" Pak, tolonglah, lepaskan saya "
" Lepaskan ? Hahaha...tidak, aku tidak akan melepaskan mu !! " Rain menatap Annisa dalam, lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah Annisa.
Annisa sadar jika Rain ingin menciumnya, lalu Annisa menginjak kaki Rain dengan kuat. Membuat Rain terpekik dan mengurungkan niatnya.
" Akkhh sial !! "
Melihat Rain kesakitan, Annisa berlari menuju pintu.
" Pintunya terkunci " Annisa kembali melihat Rain, melihat Rain yang kini sudah tak kesakitan dan berjalan ke arah nya.
" Berhenti , atau saya akan menghubungi polisi sekarang !! " Annisa merogoh ponsel yang ada di saku jaketnya, lalu ia mencoba menghubungi polisi. Namun Rain mempercepat langkahnya dan mengambil ponsel itu dari tangan Annisa.
BRAKKk....
Rain melempar begitu saja ponsel Annisa ke lantai.
" Ponsel ku " Annisa meratapi ponsel nya yang sudah hancur dan tidak berbentuk lagi.
" Sudah ku katakan kan ? kau tak bisa kemana - kemana , dan kau harus menghabiskan malam ini bersama ku !! " Rain menggendong Annisa lalu membawa ke dalam kamarnya dengan paksa.
" Pak..tolong,jangan lakukan ini. Aku mohon Pak,hiks..hiks..hiks.." Annisa menangis, ia tidak tau bagaimana ia bisa kabur dan lolos dari genggaman Rain.
Rain melemparkan tubuh Annisa ke atas tempat tidur miliknya, lalu Rain membawa Annisa kedalam Kungkungan nya dan menindih tubuh Annisa.
" Pak, aku mohon..jangan !! " Annisa kembali menangis dan memberontak, namun tubuh kekar Rain membuat Annisa kalah, dan aksi memberontak nya hanya sia - sia.
" Kau menangis ? ciihh...buang saja air mata palsu mu itu Sania, malam ini aku akan membuat malam paling indah untuk kita berdua " Rain berdiri dan mulai membuka satu persatu kancing kemeja nya. Dan saat ini Annisa sedang melihat sekeliling nya dan mencoba mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk lolos dari kungkungan Rain.
" Katakan Sania, kau mencintaiku kan ? katakan !! " Rain naik ke tempat tidur dan mulai mendekati Annisa. Dan saat bersamaan Annisa berhasil mengambil patung kayu yang berada di atas nakas di samping tempat tidur Rain.
Brukkk...
Rain terbaring tak sadarkan diri saat Annisa memukul kepala nya dengan patung kayu yang Annisa dapatkan di atas nakas, Annisa memejamkan kedua matanya saat ia memberanikan diri memukul kepala Rain. Lalu membuka kedua mata nya perlahan saat tak lagi mendengar ocehan Rain.
" Dia pingsan ? atau mati ? Ya Allah, apa aku membunuhnya ? " perlahan Annisa turun dari tempat tidur lalu meletakkan satu jari nya di dekat hidung Rain. Terasa hangat di jari Annisa, menandakan Rain masih hidup dan ia hanya pingsan.
" Aku harus segera pergi sebelum dia sadar " Annisa bergegas keluar dari kamar.
" Buka pintu nya harus pakai kode ? aku tidak tau kode nya apa ? pantas saja aku tidak bisa membuka nya ? bagaimana aku keluar dari sini ? " Annisa duduk di depan pintu, berpikir mencari cara keluar dari sana.
Annisa duduk dan meringkung di depan pintu , sesekali ia melirik ke arah kamar dimana Rain masih tidak sadarkan diri. Annisa terperangkap, dia juga tidak bisa menghubungi siapa pun karena ponsel sudah di rusak oleh Rain.
" Ya Allah, lindungi hamba mu ini. Dan juga nenek, nenek pasti mencari ku sekarang " Annisa juga memikirkan nenek Ana di rumah, sudah pasti sang nenek begitu mengkhawatirkan keadaan nya sekarang karena tidak kunjung pulang.
Annisa beranjak dari duduknya menuju kamar Rain, ia melihat Rain masih terbaring di tempat tidur. Annisa menutup pintu kamar Rain lalu mengunci kamar itu dari luar. Annisa hanya ingin berjaga - jaga, setidaknya jika kamar di kunci, ketika Rain bangun nanti, Rain tidak bisa keluar dan mengganggu nya lagi. Sembari Annisa mencari cara bagaimana ia bisa keluar dari apartemen Rain.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
itanungcik
semoga Rein sadar n lsg bucin dengan anisah
2022-08-03
0