Di taman Andra prustasi dengan menghilangnya Diva, bagaimana mungkin baru di tinggal 15 menit yang lalu Diva sudah menghilang. Panggilan tidak terjawab sudah 150 kali Andra menelpon, dan 50 pesan tidak dibalas juga, Andra sampai kesal memikirkan hukuman apa yang tepat untuk anaknya yang suka berpergian tanpa pamit.
"Coba kamu telpon temannya sayang, kalau nomornya tidak aktif.., " Nasihat Vanessa.
"Yes dear, saya coba." Jawab Andra yang cemas sambil meremas rambutnya.
Panggilan pun langsung tersambung.
"Halo Dara apa Diva anak om ada bersama mu?," tanya Andra.
"......"
"Apa tidak ada! ..." teriak Andra yang membuat Dara kaget. "Oh baiklah terima kasih," Andra memutus sambungan.
"........"
"Bagaimana sayang apa Diva ada disana?" Tanya Vanessa cemas, entah kenapa Vanessa sangat mencemaskan Diva walaupun baru bertemu.
"No, anak itu membuatku marah!" jawab Andra, dari tadi Andra hanya jalan mondar- mandir karna mencemaskan Diva.
"Sebaiknya kita pulang ke rumah, siapa tau Diva sebentar lagi pulang sayang, " Ajak Vanessa karna tidak tega melihat Andra cemas di jalanan seperti ini.
"Hmm.." gumam Andra, "Baiklah dear," jawab Andra menyetujui usulan Vanessa yang memang ada benarnya. Hari ini memang pikiran dan tubuhnya jauh dari kata baik- baik saja.
Rumah sakit
Keadaan Farrel saat ini sedang kritis, Diva terus terisak sementara Renata juga merasa sedih melihat keadaan Farrel sahabatnya Diva.
"Lo harus sabar Div..! " Renata berusaha menguatkan Diva.
"Gimana.. mau sabar Ren..! dia ko..! ..koma..!! hikkss..! hikkss..! " Diva terus terisak melihat keadaan sahabatnya yang sangat lemah. Renata hanya bisa mengelus pundak Diva pelan memberikan kekuatan batin.
"Rel siapa yang tega buat lo kayak gi..gini..!!, Siapa..?!
Bilang sama gue.., gue tau elo selalu konyol tapi gue sa..sayang sama lo Rel hikkss..! hikkss, " Diva terisak dengan suara bergetar, Renata pun ikut terisak melihat keadaan Farrel yang cukup parah.
Mau tidak mau Diva dan Renata dangan berat hati melangkahkan kakinya pulang ke rumah masing- masing. Diva ingin menepati janjinya membelikan Ice cream dan cream malam untuk Renata, namun Renata menolaknya karna takut Daddy Diva marah, selain pemarah Ayah Diva adalah pria posesif, Renata pun mengerti keadaan saat ini yang sudah pukul 8 malam. Alhasil mereka memutuskan hari ini tidak jadi ke Mall.
"Maaf ya Re gue gak bisa nepatin janji gue," Diva berbicara dengan lirih.
"Ah selow, kan kata lo besok kita ke Mall, gue paham sifat Daddy lo yang galak dan posesif...! Yauda masuk gih gue juga mau pulang, " jawab Renata sehabis mengantar Diva.
"Makasih Ren, gue masuk dulu," pamit Diva.
Renata pulang kerumahnya menggunakan taksi sehabis mengantar Diva. Saat ini kondisi cuaca sedang buruk hujan turun dengan lebat membuat tubuh Diva menggigil.
Ragu- ragu Diva menginjakkan kakinya di Mansion dengan, namun Diva berusaha memberanikan dirinya karna hawa diluar rumah sangat dingin. Tapi mau bagaimana pun dia tidak ingin mati beku berteman dengan hujan dan petir.
"Lampu rumah mati, oh iya ini uda jam 9 mungki Daddy sudah tidur karna gak ada Eyang sama Omma, semua akan baik- baik aja Div percaya sama diri lo sndiri. I'am okay ". Kata hati Diva berbicara, Diva memberanikan diri melangkah mengendap- endap. Dirasa cukup Aman dia berjalan santai ingin melangkahkan kaki ketangga atas, lampu langsung menyalah.
"DARI MANA SAJA KAMU...!!! " Bentak Andra sudah dipenuhi dengan amarah yang siap meledak.
"An..anu Dad..," Diva berbicara dengan gugup takut Daddy nya marah, Diva tau daddy- nya kalau sudah marah sangat mengerikan, semua orang di rumah, supir, satpam dan pegawai sangat takut apabila Daddy- nya marah, ketika tidak marah saja wajahnya menyeramkan apalagi marah.
"APA..!!!, " Bentak Andra lagi.
"Ad..adaa.. tu..gas di..luar Dad ma..mafkan Diva," jawab Diva bohong namun terlihat gugup dan Andra bisa merasakannya.
"Sudah mencoba menjadi PEMBOHONG KAMU..!!! " bentak Andra keras, sampai terdengar suara seisi Mansion menggelegar. Para maid pun sampai terbangun dari tidurnya, namun tidak berani keluar kalau tuannya sudah marah bisa jadi mereka terkena batunya.
"KENAPA DIAM..!! " Bentak Andra sekali lagi, emosinya sudah mencapai ubun- ubun.
"Hikkss..!hikkss,! Daddy jahat..! Diva nggak mau tinggal sama Daddy..! " Diva terus menangis terisak, seketika Andra emosi Andra langsung hilang melihat air mata berharga Diva menetes. Andra menakup wajah Diva menggunakan kedua tangannya, ia menghapus air mata yang tidak berhenti menetes itu dengan lembut. Mungkin didikannya terlalu keras tapi Andra mau yang terbaik untuk Diva. "Maafkan Daddy," ucap Andra dalam hati.
"Don't cry little, berhentilah menangis maafkan Daddy, ". Andra memeluk anak semata wayangnya dengan lembut dan penuh kehangatan, Diva yang terisak hanya mampu menganggukkan kepala.
"Masuklah ke kamar little," suruh Andra tak tega melihat anaknya kedinginan, memang cuaca di luar sore tadi sedang tidak baik, ya jalan dari pagar memasuki mansion memang jauh terkadang Andra mengutuk Mansion megahnya yang terlalu jauh sehingga Diva jadi kehujanan.
__
Keesokan harinya, Saat ini Diva sedang bersantai di dalam mansion, ya Diva sudah melupakan kejadian semalam karna Diva orangnya pelupa. Jangankan dimarahi di timpuk uang 100 juta saja Diva bakal lupa kalau sudah dibawa tidur.
Diva melangkahkan kaki menuju kolam renang, karna tubuhnya merasa gerah seharian hanya bersantai dikamar. Rasanya ia ingin berenang di kolam renang Mansion yang jernih, bersih dan bebas pipisan orang- orang tidak bertanggung jawab. Sultan mah bebas kalau kata Diva.
"Mumpung sepi gue pakai bikini aja gapapa kali yak, biar kayak bule- bule..itu hihihi..! "
Diva langsung melepas 1 persatu pakaiannya dan masuk kedalam kolam renang menyejukkan tubuh nya. "Ah segar nya, " Ucap Diva yang memang jujur, rasanya seperti surga dunia.
Diva berenang kesana kemari dengan sangat nyaman dan tenang. Nikmat mana lagi yang di dustakan, dasar Diva baru aja shock semalam melihat sahabatnya sekarat sekarang malah senang-senang di kolam renang sendiri.
"Segarnya," Diva merebahkan dirinya di ban karet sambil memakan snack keripik kentang, kalau tau Daddy-nya ia makan sambil tidur bisa alamak gak dapat uang jajan dia.
"Non..! Non Diva ini Teteh bawain jubah mandi, cemilan sama oless jus ekhh, apaan itu kesukaan non Diva teteh lupa atuh,?!". Tanya Teh Marni pada Diva dengan bahasa sunda nya.
"Orange jus Teteh, makasih Teh, " Diva menepih mengambil jubah mandi dari tangan Teh Marni.
"Sama- sama atuh Non, Teteh seneng deh liat Non seger gini gak cemberut kayak semalam..! ekhh mulut, maaf Non Teteh lancang jangan aduin ke tua ya Non, " Teh Marni menyatukan kedua tangannya dengan gaya ala- ala tersangka.
"Okayy Teh Marni, " Diva memberikan satu jempol untuk Teh Marni yang dibalas dengan puji syukur oleh Marni.
"Makasihhh atuh Non, teteh mau ke dapur dulu." Diva hanya membalas anggukan karna mulutnya penuh snack.
____
Diva membaringkan tubuhnya di kursi malas sambil menutup matanya dengan mentimun setelah menggunakan tabir surya.
"Kamu tumbuh semakin manis," bisik seseorang di telinga Diva yang membuat tubuh Diva merinding. Diva yang tersentak kaget kontan berdiri sehingga timun yang menempel dimatanya terjatuh.
"Ekh.. Uncle," Sapa Diva kaku, semoga si tua ini sudah berubah. Amiin doa Diva dalam hati.
"Kenapa kaget melihat saya?" tanya Leon di telinga Diva yang membuat Diva meremang.
"Maksud Uncle..?! " Tanya Diva mengerutkan keningnya heran bercampur gugup takut- takut Leon masih sama seperti dulu menyukainya.
"Saya masih menyukaimu gadis kecil," jawab Leon lembut sambil menyentuh bibir mungil Diva, kan baru saja di bilang sudah seperti ini. Diva langsung menepis kasar tangan Leon, "Dasar PEDOFIL..!!!" teriak Diva langsung beranjak pergi ke kamarnya. Sejak kapan pedofil itu disini menyebalkan gerutu Diva berapi- api.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Queen_1907
fiks lu cocok thor jadi pelawak,... dari baca awal udh ngakak truss thor,... menghibur👍... mantap👍😂
2021-09-07
2
Rosmawati Intan
senjata yg paling ampuh kena marah adalah menangis
2021-07-19
0
Joen Marlina Lengkey
next
2021-06-30
0