Kawin Lari

Rasa pedas yang terasa membakar mulut juga perutnya membuat Marwa harus segera ke belakang. Melihat gelagat Marwa Yanto sudah tahu jika Marwa akan ke kamar mandi.

"Tuh kan, mba mules 'kan jadinya!" goda Yanto.

"Cepetan minggir, To! Sakit perut, Nih! Marwa mencebikkan bibirnya menuju kamar mandi dengan setengah berlari.

Rasa pedas dan panas di mulut Marwa, tidak sebanding dengan rasa sakit dan pedih sebagaimana yang ia rasakan saat mendengar jika kekasihnya akan melamar kakak sepupunya. Lagi-lagi rasa benci itu muncul di benaknya, meski luka itu berasal dari Permana yang kini menjadi mantan kekasihnya. Entah mengapa rasa benci itu menjalar ketika melihat foto Dewi yang tergantung di dinding.

"Nggak seharusnya Aku membencimu mba. Tapi setiap kali ingat Permana menginginkan mu. Seperti itu juga Aku membencimu mu mba," gumam Marwa mengusap air matanya yang kembali luruh.

Marwa melangkah keluar, namun tanpa sengaja pandangannya menangkap pada kantong plastik yang pernah ia bawa untuk Dewi dari mamanya. Sekilas Marwa ingat pada pesan mamanya dua hari sebelum berangkat ke Surabaya.

Marwa kalo nanti kamu keluar rumah dan melewati rumah Dewi, mama titip ini buat Dewi.

"Ternyata Selama ini mama membawakan pakaian untuk mba Dewi, jadi pakaian-pakaian yang sering mama bawa dari toko untuk mba Dewi dan Yanto." Marwa bergumam pada dirinya sendiri. Dan meletakkan kantong berisi beberapa potong pakaian itu di atas meja setrikaan kembali.

"Yanto kalo nanti mba Dewi sudah pulang. Suruh telpon mba ya! Nanti mba ke sini lagi," pesan Marwa pada Yanto. Setelah motor Marwa tidak lagi terdengar, Yanto segera masuk kedalam dan menutup pintunya rapat.

Di sisi lain Permana duduk di teras depan selepas Adzan mahgrib. Menunggu kedatangan Bagas pulang, hatinya di penuhi rasa gelisah setelah melihat Dewi memeluk Bagas. Hal yang sama Bagas lakukan untuk membalas pelukan Dewi. Permana mengusap wajahnya kasar sesekali mondar-mandir menatap jalanan di luar sana.

"Permana Kamu kenapa sih mondar-mandir kaya setrikaan?" tanya Yuli pada putra keduanya.

"Kemana lagi si Bagas pergi sama Dewi?" gumam Permana kesal. Yuli menggelengkan kepalanya bingung, melihat tingkah kedua putranya yang nampak seperti musuh. Tidak ada lagi kebersamaan diantara mereka semenjak mengetahui mereka sama-sama menyukai Dewi.

Ponsel Permana berdering dengan segera Permana meraih ponselnya. Tertera nama Marwa ia menggeser ikon hijau

~Marwa! Kamu dimana seharian Aku cari-cari kamu?

~ Cari Aku? Buat apa? Sekarang Aku bukan siapa-siapa Kamu.

~Sekarang kamu dimana? Aku akan kesana.

Setelah mengganti pakaian dan menyambar jaket kulitnya, Permana mengeluarkan motornya. Mendengar suara bising motor milik Permana Yuli dan Baskoro segera keluar.

"Permana mau kemana Kamu? panggil Baskoro.

"Pah, kalo papa nggak datang lamar Dewi. Permana bakal bawa kabur Dewi buat kawin lari" ujar Permana dengan nada ancamannya.

"Jangan gila Kamu Permana! Bisa kena KUHP Kamu."

" Nggak perduli!" Permana memantik gas motornya, hingga suara knalpot motornya terasa memecah gendang telinga.

"Astagfirullahhal'Azim,,..." Yuli mengusap dadanya terkejut.

"Bocah Edan!" rutuk Baskoro tak habis pikir

"Papah!"

*

*

*

Dewi begitu terkejut mendapati dirinya masih berada di kamar. Melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"Astaga, udah jam tujuh! Dewi menepuk dahinya dengan telapak tangannya. Secepatnya Dewi turun dari ranjang yang masih mengenakan jas milik Bagas.

"Dewi Kamu sudah bangun? tanya Bagas dengan senyum tipisnya.

"Mas Bagas kenapa nggak bangunin Dewi? Yanto pasti khawatir," tanya dewi dengan wajah bantalnya. Bagas tersenyum gemas melihat penampilan Dewi yang menurutnya menarik di matanya.

Bagas menoel pipi cubby Dewi dengan gemas. Dewi memanyunkan bibirnya sebal, karena sudah ketiduran hampir dua jam lamanya.

"Sana mandi dulu! Makanan sampe dingin nunggu kamu bangun," perintah Bagas sembari memberikan paper bag ke tangan Dewi.

"Apa ini Mas?" tanya dewi.

"Baju ganti," jawab Bagas cepat. Dewi segera berjalan menuju kamar mandi.

Setelah menyelesaikan ritual mandinya Dewi. mengganti bajunya yang rusak dengan pakaian baru pemberian Bagas. Dress brukat berenda dengan motif bunga yang pas melekat di tubuhnya, kulitnya yang putih bersih menambah nilai plus pemakainya. Dewi terlihat sangat cantik meski tanpa mike up sekalipun, Dewi keluar menemui Bagas yang sudah menunggu di meja makan. Bagas nampak tercengang melihat penampilan Dewi yang terlihat sangat berbeda setiap harinya.

"Dewi!?" ujar Bagas kagum melihat wajah cantik Dewi. "Kamu beda banget Dewi sangat cantik," puji Bagas tanpa mengalihkan tatapannya.

"Apanya yang beda mas? Yang cantik itu baju yang mas Bagas kasih ke Aku." ucap Dewi merendah.

"Ayo cepetan makan, Mas!" ajak Dewi

Acara makan malam pun selesai. Dewi dan Bagas membersihkan sisa makannya sebelum bersiap untuk pulang. Di mobil dewi kembali teringat akan kejadian mengerikan yang hampir merenggut kehormatannya. Beruntung Tania datang menggagalkan niat Buruk Nico pada. Bagas melirik sekilas wajah Dewi yang tiba-tiba berubah sedih.

"Dewi, Kamu tahu siapa pelakunya yang hampir membuatmu.....?" Bagas menghentikan ucapannya. Dewi dengan cepat menggelengkan kepalanya, yang enggan membahas masalah yang menurutnya sangat mengerikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!