Bagas membuka bagasi mobilnya membawa kantong hitam itu ke dalam, melihat meja tamu yang menyisakan gelas dan piring berisi makanan ringan, yang masih berserakan di meja membuat Bagas sedikit kesal.
Karena Bagas paling tidak suka melihat rumah yang kelihatan kotor dan berantakan. Mama Yuli yang baru saja keluar dari dapur membantu Bi Isah, menyambut kedatangan Bagas.
"Bagas sudah pulang, sayang?" tanya Mama Yuli.
"Ada tamu rupanya tadi, Ma?" kini gantian Bagas yang bertanya. Seraya melirik meja tamu. "Ko, nggak di beresin sih, Ma? Kotor banget." ucapnya kesal
"Eh iya, tadi belum sempat Bi Isah masih report di belakang. Tadi pacar Permana datang sama saudara sepupunya, untuk minta maaf sama mama, juga Permana. Katanya sih, merasa bersalah gitu, karna sudah buat Permana sakit mengantarnya sampai kehujanan." terang mama Yuli panjang lebar.
"Alahh , dasar manja." ucap Bagas enteng.
"Bagas....!" teriak mama Yuli sambil melihat kantong hitam ditangannya.
"Ya, emang bener kan, Ma? selorohnya sambil berlalu menuju anak tangga.
" Bagas, saudara sepupunya juga lebih cantik lho. Teriak mama Yuli pada Bagas, yang hampir menghilang dari ujung tangga.
Bagas penasaran siapa pemilik barang itu dan apa motifnya? Hatinya terus bertanya-tanya Bagas berpikir Dewi wanita baik, polos dan apa adanya. Mustahil jika dia memilki musuh. Sebelum berpikir lebih lanjut Bagas memutuskan untuk mandi. Beberapa menit Bagas membersihkan diri, kini ia pun turun untuk makan malam melihat mama dan papanya di depan tivi Bagas bertanya pada mamanya.
"Permana belum balik juga, Ma?" tanya Bagas yang masih menuruni anak tangga.
"Belum kenapa, Gas? Kau mau makan, biar Mama yang siapin!" tanya mama Yuli beranjak dari duduknya.
"Kemana, Mah? tanya Baskoro yang fokus pada siaran bola.
"Habis sebel sama papa, bola terus dari tadi," ujar mama Yuli sambil memanyunkan bibirnya. Menghampiri Bagas yang duduk di meja makan. "Sini biar mama yang ambilin, Gas!" merebut piring kosong dari tangan Bagas.
"Bagas bukan anak kecil, Mah. Bagas bisa ambil sendiri." tolak Bagas yang merasa tidak enak pada mamanya.
"Iya, mama tahu, tapi kamu juga anak mama, Gas." Bagas menghela nafasnya pasrah.
"Gas, saudara sepupu Marwa cantik lho. Sepertinya dia wanita baik-baik, lugu, sopan, penampilannya juga sederhana." jelasnya sambil menyerahkan piring berisi nasi plus lauk dan sayur
"Oh, ya! Mama suka?" tanya Bagas to the point.
"Iya, sejak pertama kali mama lihat dia datang ke sini mama langsung respect."
"He,em. Siapa namanya, Mah?," tanya Bagas sambil menyuap nasi ke mulutnya.
"Namanya.....!" belum sempat mama Yuli melanjutkan, suara Permana mengejutkan seisi rumah.
"I'm coming semuanya...Permana datang membawa cinta." ucap Permana sedikit nyaring. Membuat Baskoro menggelengkan kepalanya heran.
"Liat tuh, Mah! Udah stress dia." kata Bagas melirik mama Yuli dan Permana. Mama Yuli hanya tersenyum jenaka pada dua putranya.
"Eeittss, jangan salah kalo Permana memang lebih unggul No Jones. Jangan iri ya, Mas!" Ceplos Permana tanpa dosa. Menaik-turunkan kedua alisnya. Sambil mengecup pipi mama Yuli dan melirik Bagas yang juga menyaksikan sikap adiknya itu. Permana baru akan mendekati Bagas namun, suara lantang kakaknya menghentikan langkahnya.
"Heh, mau ngapain loe? Mau cium gue juga? Nggak, nggak! Emang homo." tolak Bagas yang risih dengan sikap adiknya. Mama Yuli dan Permana tertawa geli melihat wajah paranoid Bagas.
Bagas memundurkan kursinya melangkah keluar, menghampiri papahnya yang ternyata masih setia di depan tivi.
"Pah?" panggil Bagas. Papanya pun menoleh ke arah sumber suara.
"Ya. Kenapa, Gas? jawab papanya tanpa lagi menoleh. Baskoro masih fokus pada siaran bolanya.
" Ada yang mau Bagas bicarain sama Papa, masalah kantor. Pendapatan perusahaan kita sedang mengalami penurunan, Pah!" ungkap Bagas pada papanya. Baskoro mendengarkan semua keluhan putra pertamanya mengenai masalah kantor. Baskoro menekan remot control mematikan tivi, dan mengajak Bagas membahas masalah perusahaan di ruang kerja.
*
*
*
"Gila banget apa coba maunya Permana? Minta ketemuan segala kalo Marwa tahu gimana? ucap Dewi binging. Menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
Bayangan Permana saat menyeret dirinya ke dalam kamar mandi, membuatnya bergidik ngeri. Berkali kali Dewi merubah posisi tidurnya namun matanya tak jua terpejam. Sekilas bayangan Bagas muncul dalam ingatannya wajah tampan, hidung mancung terlebih suara Bagas yang masih terngiang-ngiang ditelinganya. Suara khas maskulin yang sangat dirindukannya sejak terakhir Bagas mengantarkannya pulang. Jantungnya mendadak berdebar mengingat pria yang belum lama ini dikenalnya, terbesit senyuman di bibirnya.
Tokkk...... "
"Mba, mba Dewi?" panggil Yanto pada kakaknya.
"Yanto?!" gumam Dewi. Mencoba bangkit dari tempat tidurnya meski malas, Dewi membukakan pintu untuk Yanto.
"Yanto, ada apa mba ngantuk? ucap Dewi malas.
"Itu mba di luar ada tamu," kata Yanto memberi tahu.
"Tamu? Dewi melirik jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 09.30. wib. "Siapa sihh, malam-malam gini gangguin orang istirahat? umpatnya sambil menutup pintu.
Dewi melangkah menuju pintu depan, sebelum membuka pintu Dewi melirik dari balik tirai siapa yang datang bertamu malam-malam di jam istirahat. Namun Dewi tidak jelas dengan sosok pria berjaket berdiri membelakangi pintu. Dewi pun membuka pintu, begitu terdengar suara hendel pintu di putar.
Ceklek!!
Bagas memutar tubuhnya hingga mereka pun saling betemu pandang. Bagas tersenyum melihat Dewi dengan wajah bantalnya. Dewi menyambut senyum Bagas senang.
"Mas Agus? tanya Dewi sedikit terkejut. Menurutku ini aneh baru saja Aku memikirkannya, dia benar-benar ada di hadapanku.
gumam Dewi senang. Merasa jika mimpinya serasa menjadi nyata.
"Maaf Dewi, Saya ganggu istirahat kamu?" tanya Bagas pada Dewi.
"Ah, Enggak ko, Mas sama sekali enggak ganggu," ucap Dewi dengan mata binarnya.
"Boong banget Mba, tadi marah-marah bilang gangguin lagi istirahat." ceplos Yanto jujur. Dewi menyoroti Yanto dengan mata tajamnya. Yanto menjulurkan lidahnya dan lari kedalam.
"Awas, ya!" ancam Dewi pada adiknya. Bagas pun tersenyum melihat kejujuran Yanto. Dewi mempersilahkan Bagas duduk di kursi teras.
"Anak-anak memang selalu berkata jujur, tidak seperti orang dewasa yang selalu menutupi kebenaran. Terutama masalah perasaan." ucap Bagas yang sebenarnya membicarakan tentang dirinya.
"Maksud Mas, Agus?" tanya Dewi bingung.
"Tidak, apa-apa. Lupakan saja!" ucap Bagas santai. Dewi hanya mengangguk mendengar
jawaban ambigu dari Bagas.
"Mas Agus, ada perlu apa? tanya Dewi sopan.
"Begini, Wi. Saya sudah menemukan barang bukti berupa jaket, kaca mata, serta kerudung. Yang di pakai seseorang menyekap kamu di kamar mandi sesuai yang saya lihat di CCTV. Tadinya Saya ingin katakan ini besok di kantor tapi, perasaan Saya memaksa untuk menemuimu saat ini juga." Wajah Dewi memerah saat itu juga mendengar ucapan jujur dari mulut Bagas. "Tapi, Saya belum tahu persis siapa pemilik barang itu? Saya menemukan bukti itu di tong sampah, dan akan melanjutkan pencarian besok. Siapa yang membuang plastik berisi barang tersebut." panjang lebar Bagas menjelaskan, Dewi hanya diam bergeming mendengar ucapan Bagas.
"Saya merasa tidak punya masalah di tempat kerja, tapi kenapa ada orang jahat yang mau mencelakakan Saya?" ujar Dewi sedih.
"Kau tenang saja Dewi, kantor akan menjamin keamanan atas dirimu!" ucap Bagas seraya menggenggam tangan Dewi lembut. Dan Bagas senang ternyata Dewi tidak menolak sentuhan tangan darinya. Namun suara Yanto mengejutkan mereka, secepatnya Bagas melepaskan genggaman tangannya.
"Mas Agus? Tolong Yanto dong!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ni.Mar
makasih kA olive tapi karya kA olive jauh lebih bermutu dan bagus
2022-08-11
3
olive
karya kakak 2 yah yg ongoing? hebat kak Ni Mar 👍 semangat terus yah kak 🤗
2022-08-11
2