Dalam perjalanan pulang Permana mengantarkan Dewi ke rumahnya tentunya yang diberi arahan oleh Dewi dimana arah jalan rumahnya. Tidak ada rasa canggung yang mereka rasakan satu sama lain. Dewi melihat Permana sama seperti adiknya begitu juga Permana melihat dari segi usia jika Dewi sama seperti kakaknya. Dewi mengajak Permana mampir untuk memberikan baju ganti Permana yang telah basah dan membuatkan minuman hangat untuk Permana sebelum ia pulang.
"Dek, mampir dulu itu baju kamu basah!" Takut nanti masuk angin." ucap Dewi menawarkan. Beberapa detik berpikir Permana turun dari motornya duduk di kursi teras, Dewi segera masuk ke dapur selang lima menit. Dewi membawa nampan berisi dua mangkuk mie instan, satu gelas capucino hangat, satu lagi satu gelas teh untuknya sendiri. Dewi juga memberikan baju ganti pada Permana, baju kerah milik kakaknya yang masih tersisa di lemari.
Hardian kakak pertama Dewi merantau di Palembang menikah dan mentap di sana. Dewi tinggal bersama adik laki-lakinya Widyanto yang masih duduk di bangku 3 SMP. Ibunya meninggal saat kecelakaan di tempat kerja ayahnya. Setelah ibunya meninggal ayah Dewi menikah dengan seorang janda kaya dan entah tinggal dimana, karena istri barunya tidak mengizinkan Dewi juga adiknya tinggal bersama ayahnya.
Mereka pun makan dalam hening tak ada obrolan hanya dentingan sendok yang saling berbenturan dengan mangkok. Diam-diam Permana mencuri pandang sesekali menyuap mie kedalam mulutnya dengan mata melirik Dewi. Permana menjadi salting kedapatan dirinya diam-diam melirik Dewi dengan tatapan penuh arti.
Anak ini kenapa lagi? Liatin aku terus, bikin gerogi aja!!
Gumam Dewi dalam hatinya. Yang tidak ingin berlama-lama duduk bersama pacar adik sepupunya, kalau bukan karena dia telah menolongnya. Mengantar mengambilkan handphonenya yang tertinggal mana mungkin Dewi mau ujan-ujanan bareng, disangka pacaran lagi, sama dia yang notabennya adalah kekasih Marwa. Putri dari adik almarhum ibunya Tante Safana. ,
Ternyata, kakak sepupu Marwa cantik juga. Bahkan lebih cantik dari Marwa meski usinya lebih dewasa.
Gumam Permana dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Permana berpikir bagaimana jadinya jika dirinya menikahi wanita yang lebih dewasa? dalam benaknya ia berpikir hidupnya akan bahagia, merasa di sayangi diperhatikan, bahkan bisa melayani kebutuhannya tanpa diminta atau diperintah.
Itulah yang Permana pikirkan saat ini dalam khayalannya. Tidak terpikirkan ke depannya seperti apa, apa resikonya menikah dengan Wanita yang lebih dewasa atau sebaliknya.
"Kamu kenapa dek,? tanya Dewi membuyarkan Permana yang sedang halu tentang dirinya.
"Eh....Anu..Itu mba, Saya mau ganti baju dimana ya, toiletnya?! ucap Permana gugup dengan sikap salah tingkahnya.
"Kamu lurus aja dari sini belok kiri ada dapur nah di situ toiletnya," jelas Dewi menunjukkan letak kamar mandi.
Setelah Permadi mengganti bajunya yang basah, ia keluar dan melipat baju basahnya menyelipkan di depan diantara kaca spedometer motor mogenya.
"Terima kasih banyak mba udah bikin perut saya kenyang plus kopinya. Dapet baju juga," Melirik baju yang telah di pakainya. Permadi pun terkekeh dengan ucapannya sendiri dengan senyum jenakanya.
"Kamu tu, nyindir atau gimana? Harusnya saya yang berterima kasih," ucap Dewi tersenyum.
"Kamu humoris juga! Marwa pasti betah pacaran sama kamu." ujar Dewi lagi mengeluarkan isi pikirannya. Permana kembali terkekeh, belum ada sehari Permana dan Dewi sudah saling akrab seperti sudah mengenalnya lama.
Permadi pun segera pamit pada tuan rumah, mengenakan jaket kulitnya yang sore tadi Dewi pakai. "Saya pamit mba," ucap Permana mengangguk sopan. Memundurkan motornya menjauh dari pekarangan rumah Dewi. Ia pun masuk ke dalam setelah suara motor itu terdengar samar-samar dari kejauhan.
"Tadi siapa mba? Pacar mba Dewi?" tanya yanto polos. Yang baru saja pulang dari rumah temannya, numpang neduh setelah main bola dan terjebak hujan.
"Bikin mba kaget aja!, kemana aja jam segini baru pulang? cepetan ambil wudhu kita berjama'ah!"
perintah Dewi mengalihkan pertanyaan adiknya, takut merembet kemana-mana jika sudah bertanya.
*
*
*
"Mba, tadi siapa, pacar?" tanya yanto lagi yang masih penasaran. Yang Yanto tahu kakanya tidak punya pacar tidak pernah melihat kakaknya jalan berdua dengan laki-laki.
"Sembarangan aja kalo ngomong. Tadi itu pacarnya Marwa bukan pacar mba." ucap Dewi jujur. Seraya melipat sajadah dan menaruhnya ke tempat semula.
"Ganteng mba, motornya juga keren. Yanto juga mau kalo di ajak naik motornya," selorohnya dengan asal mengekori Dewi menuju dapur. Menyiapkan makan malam untuk Yanto adik bungsunya. Membuatkan nasi goreng dan telur dadar kesukaan Yanto. Tiba-tiba saja ponsel Dewi begetar dengan nama Marwa tertera pada layar ponselnya. Dewi segera menggeser layar hapenya menerima panggilan telpon dari Marwa.
~ Hallo, Marwa
~ Mba, udah sampe rumah?
~ Iya, Mba udah di rumah, ini mb lagi masakin Yanto nasi goreng. Ada apa Marwa?
~Ya udah, Mba lanjutin lagi aja. Aku mau telpon mas Permana mba.
~ Oke, makasih Marwa buat bantuannya tadi sore.
~ Ok, Mba
Marwa mengakhiri panggilan telponnya, dan beralih melakukan panggilan telpon pada Permana. Sudah tiga kali Marwa menghubungi kekasihnya tapi tidak juga mendapat jawaban Marwa mulai kesal. Sekali lagi ia tekan kontak nama Permana namun kini panggilannya berubah menjadi calling yang menandakan Whatsappnya tidak aktif.
"Ihh.... Pasti sengaja kan, kamu matiin hapenya? Sengaja bikin aku khawatir. Awas aja kamu mas!!" Marwa melempar ponselnya kesal ngedumel nggak jelas, rasa marah masih saja menyelimuti hatinya.
Jangan-jangan mas Permana berubah haluan lagi, habis nganterin mba Dewi!
"Ah...hh... nggak mungkin, nggak mungkin." Marwa menggelengkan kepalanya cepat. "Lagian mba Dewi lebih pantes jadi kakanya secara umurnya lebih dewasa." ucap Dewi lirih dengan rasa cemasnya. Hawa dingin setelah hujan membuat para penghuni bumi malas melakukan aktifitas apapun, terlebih di malam hari. Dengan segala rasa jengkel serta dongkolnya perlahan Marwa di serang rasa kantuk dan akhirnya ia pun tertidur.
*
*
Lain halnya dengan Permana yang masih mengingat moment sore tadi, setelah mengantar saudara sepupu pacarnya. Hujan-hujanan bareng ke tempat pesta pernikahan yang dia sendiri tidak tahu. Yang jelas kejadian tadi membuat hatinya bergetar, menatap wajah Dewi sekali biasa saja, kedua kali malu, ketiga kalinya ada rasa ingin kembali melihatnya lagi dan lagi.
Aneh hampir satu tahun pacaran sama Marwa rasanya biasa saja seperti teman. Jalan bareng pun Tuhan belum pernah kasih moment romantis. Kaya tadi kehujanan bareng bikin dag, dig, dug aja!.
Hati dan pikirannya bermonolog memikirkan wanita yang baru saja dikenalnya beberapa jam yang lalu.
"Permana, kamu tidak makan, nak?" tanya Mama Yuli pada putra keduanya. Sejak kepulangnnya tadi Permana belum juga turun untuk bergabung makan malam bersama, akhirnya mama Yuli naik ke lantai atas memanggilnya.
"Eh, Mama, Permana tadi sudah makan ma, di rumah teman. Permana mau langsung tidur aja!" ucap Permana jujur dengan senyum tersungging.
"Ya sudah, mama turun! Selamat malam Sayang!"
"Malam, ma" ucap Permana sopan. Sebelum tidur Permana meraih ponselnya yang ternyata mati, ia pun menghubungkan ponselnya dengan kabel charge dan meletakkannya di atas nakas. Menarik selimut mencari kehangatan di dalamnya dan segera tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ni.Mar
mksh bnyk Ka ross
2022-09-26
3