Bagai seorang Pencuri

"Mas Agus? Tolong Yanto dong!!" teriak Yanto di ruang tamu. Dewi dan Bagas berlari bersamaan masuk kedalam.

"Kamu kenapa Yanto? Bikin mba kaget aja!" tanya Dewi terkejut.

"Mas Agus, ajarin Yanto Matematika dong!" ucap Yanto memelas.

"Yanto?! Ini udah malem mas Agus pasti ngantuk, mau pulang. Udah nanti aja, mba Dewi ajarin," ujar Dewi melirik Bagas tak enak hati.

"Nggak mau, nanti Yanto dapat nilai 50 lagi, kan Yanto malu. Mba Dewi nggak bisa Matematika." ucapan Yanto seketika membuat Bagas tertawa geli. Dewi melirik Bagas sedikit gengsi, dan menutup mulut Yanto dengan tangannya.

"Mana coba, mas Agus lihat PR nya?" Yanto memberikan bukunya pada Bagas.

Sedangkan Dewi berjalan ke belakang sambil menggrutu. "Dasar, Yanto mulutnya lemes banget bikini malu aja!" Di dapur Dewi merebus air secukupnya membuat secangkir kopi untuk Bagas. Tidak lama Dewi keluar membawa nampan berisi secangkir kopi lengkap dengan snack ringan yang masih tersisa. Meletakkan cangkir serta piring di meja tamu dekat Bagas duduk.

"Terima kasih, Dewi." ucap Bagas tersenyum.

"Maaf, Mas Bikin repot mas Agus jadinya." Dewi lebih memilih duduk di sofa usang, menunggu Yanto menyelesaikan tugasnya yang di bantu Bagas.

"Wah, Mas Agus hebat 20 soal matematika Ku sudah selesai, tapi..." wajah Yanto berubah murung.

"Tapi kenapa, Yanto? tanya Bagas mengacak rambut Yanto pelan.

"Yanto masih bingung, Mas! Fungsi turunan aljabar sangat sulit." ucapnya sedih.

"Kalo Yanto rajin berlatih pasti bisa, Jangan khawatir, Yanto telpon mas Agus aja! Yanto ada hape? tanya Bagas. Yanto menggeleng, dan melirik Dewi yang tertidur di sofa.

Yanto beranjak mendekati Dewi yang telah lelap tertidur di sofa, karena lelah menunggu membuatnya mengantuk. Yanto meraih hape di dekat tidurnya dan memberikan ponsel Dewi pada Bagas.

"Ini Kak, tulis nomor mas Agus di hapenya mba Dewi aja!" pinta Yanto pada Bagas.

"Oke!" Bagas meraih hape dari tangan Yanto dan mengetikkan nomor ponselnya. Dan menyerahkan pada Yanto kembali.

Bagas mendekati sofa tempat Dewi tertidur. Menatap lekat wajah Dewi yang yang begitu polos, sedikit pun tanpa polesan kimia mike up. Setelah pertemuan demi pertemuan membuat perasaan Bagas menjadi berbeda, mungkin Bagas sudah melupakan Meera secara perlahan. Meski awalnya sangat berat, saat itu Bagas terlanjur cinta pada Meera. Bagas mengusap lembut pipi Dewi dengan punggung tangannya.

"Yanto kau bisa tunjukkan di mana kamar Dewi? tanya Bagas.

"Yang tengah, Kak," jawab Yanto yang masih sibuk dengan buku-bukunya.

Bagas dengan sigap mengangkat tubuh Dewi, membopongnya ke dalam kamar. Kamar tidur dengan ukuran minimalis yang terlihat rapih.

Dengan hati-hati Bagas merebahkan tubuh Dewi agar tidak terbangun dari tidurnya. Bagas menarik tanganya perlahan, hingga akhirnya bisa terlepas dengan aman. Sekali lagi Bagas menatap wajah cantik Dewi, perasaanya menuntun tangannya mengabsen menyusuri tiap inci wajah mulusnya.

Jarinya mulai berani menyentuh bibir merah milik Dewi, tanpa aba-aba dengan beraninya Bagas mencium bibirnya. Hanya terdengar lenguhan dari mulutnya, entah Dewi merasa terganggu atau justru sebaliknya. Dewi menikmati penyatuan bibirnya dengan Bagas. Dalam seperkian detik Bagas tersadar dengan sikapnya, Bagas menyugar rambutnya gusar.

"Ma...Maafkan Saya dewi! ucap Bagas lirih.

Aku merasa tidak lebih dari seorang pencuri. Aku diam-diam telah mencuri waktu dan kesempatan darimu Dewi maafkan Aku.

Batinnya terus bermonolog, perlahan Bagas beranjak meninggalkan kamar Dewi. Melirik ruang tamu ternyata Yanto sudah tidak ada. Semua pintu kamar telah tertutup, yang menandakan bahwa Yanto telah tidur di kamarnya. Dengan segera Bagas keluar dan menutup rapat pintu rumah Dewi dan pulang kerumah di jam 11 malam.

*

*

*

Mama Yuli sejak pukul 10 tadi terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Ia berjalan ke arah dapur meraih gelas dan mengisinya dengan air dingin. Setelah meletakkan gelas kosong di meja, Mama Yuli segera kembali ke kamar. Namun mendapati pintu depan tidak tertutup sempurna, Mama Yuli memutuskan untuk menutup rapat pintu depan. Mama Yuli terkejut mobil Bagas yang terbiasa terparkir di halaman mendadak tidak ada.

Mama Yuli jadi berpikir telah terjadi pencurian di rumahnya. Karena panik efek bangun tidur mama Yuli berteriak, ada pencuri membuat seluruh penghuni rumah terbangun.

"Pah, Papa, bangun, Pah ada pencuri di rumah kita! teriak mama Yuli histeris.

Baskoro terperanjat dari tidurnya, berjalan terhuyung mengumpulkan nyawanya yang belum terkumpul 100%. Permana berjalan dengan mata setengah terbuka. Bi Isah segera mengatasi kepanikan yang di rasakan majikannya.

"Bukan, Bu tadi saya lihat Den Bagas keluar bawa mobil." jelas Bi Isah.

"Ahh, Mama, bikin jantungan semua orang aja!" keluh Permana kembali ke kamarnya untuk tidur kembali. Semua pun kembali ke kamar karna efek ngantuk yang masih menyerang.

Hanya mama Yuli saja yang masih duduk di sofa tamu menunggu Bagas pulang.

Tidak lama terdengar suara mesin mobil Bagas memasuki halaman. Mama Yuli bernafas lega mendengar langkah kaki putranya semakin dekat ke arah pintu.

"Bagas....? Mama pikir mobilmu hilang di bawa pencuri." tanya mama pada Bagas, yang sedang mengunci pintu. "Kau dari mana, Nak sampai larut begini?" tanya mama lagi.

"Bagas keluar ada urusan sedikit, Ma. Bagas ngantuk mau tidur, selamat malam, Ma!" ucap Bagas mencium pipi mamanya.

*

*

Pagi harinya, Yanto senyum-senyum melirik kakaknya yang tengah menyiapkan nasi goreng untuknya.

"Kamu kenapa Yanto? Senyam-senyum kesambet?

"Mas Agus, selain jago MTK. Dia juga romantis semalem, mba tidur di sofa di gendong mas Agus ke kamar."

"Apa?! Jadi! Semalam beneran mba di gendong Mas Agus, berati mba nggak mimpi?" Yanto menggeleng cepat.

"Haisss, Aku bisa malu jika, nanti ketemu di kantor." Dewi merutuki dirinya. Bisa-bisanya dia ketiduran di sofa dan di gendong Agus ke kamarnya. Karna yang Dewi tahu, Bagas adalah Agus.

Setelah sarapan dan, menyiapkan bekal siang untuknya nanti. Dewi segera berangkat begitu juga Yanto mengayuhkan sepedanya cepat setelah berpamitan.

"Bagas, kamu nggak sarapan dulu, Nak? tanya mama meraih susu di meja. "kalo nggak makan minum susunya aja, Gas! seru mama meminta Bagas layaknya anak kecil.

"Di kantor aja, Ma. Bagas buru-buru." melihat wajah memelas mamanya Bagas menuruti ucapannya. "Ya udah, Bagas berangkat dulu Mah, Pah." pamit Bagas. Sambil melirik sikap anteng Permana di meja makan, membaca materi kuliahnya. Untuk menghadapi ujian minggu depan.

Dewi berjalan kurang lebih 7 menit dari rumah, mobil Bagas telah berhenti di depannya. Bagas membuka pintu depan, namun Dewi ragu.

"Ayo, masuk! Kenapa Dewi?" tanya Bagas

Eh....Iya, Mas." ucap Dewi lirih. Mengingat ucapan Yanto pagi tadi, membuat Dewi kembali canggung berada satu mobil dengan Bagas.

Bagas hanya melirik Dewi sekilas.

Ada apa dengan Dewi? Apa semalam dia tahu Aku sudah menciumnya, atau semalam dia hanya pura-pura tidur?

ucap bagas dalam hatinya.

"Mas, makasih ya, semalam udah bantu Yanto belajar. Makasih juga udah gendong saya ke dalam kamar, maaf semalam saya ngantuk banget." papar Dewi yang benar-benar tidak tahu apa-apa.

Jadi Dewi, benar-benar tidak tahu apa yang terjadi semalam dengannya. Syukur lah kalo begitu. gumam Bagas dalam hatinya.

Bagas menghembuskan nafasnya lega. Bagas takut jika Dewi tahu ia akan membencinya dan tidak ingin bertemu dengannya lagi. Bagas akan benar-benar merasa kehilangan Dewi.

Terpopuler

Comments

Ridho Pkp

Ridho Pkp

bingung mau komen apa Thor 😔 tak kasih semangat aja ya Thor🥰

2022-11-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!