"Dewi sekali saja Kau angkat panggilan telponku," ucap Bagas fustasi. Bagas melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang ramai di jam pulang kantor.
"Dewi, Kau ingin pulang sekarang?" tanya Permana.
"Ya, aku sudah lelah,'' jawab Dewi malas. Dewi pun pulang di antar Permana dengan motor sportsnya.
Di lampu merah Marwa melihat Permana bersama wanita di belakangnya karena, Dewi memakai helm dan Marwa tidak begitu mengetahui postur tubuh saudara sepupunya itu.
"Marwa Kau lihat siapa, serius banget?" tanya Cindy pada Marwa. Cindy melirik Marwa sekilas yang nampak terbengong ke arah kanan jalan.
"Cindy coba lihat ke kanan! Benar Permana kan? Cindy pun menoleh ke kanan sesuai intruksi dari Marwa.
"Itu memang Permana tapi, wanita di belakangnya siapa?" tanya Cindy penasaran.
Tin....Tin......!
Mobil dan kendaraan lainnya di belakang mobil Cindy mengklakson tidak sabar. Seakan meminta pada pemilik mobil segera bergerak cepat.
"Iya....Iya....! Sabar aku akan melarikan mobilku secepatnya dari sini," ujar Cindy kesal seraya mengemudikan stirnya.
"Aku yakin itu motor Permana!" Marwa meraih ponselnya dan menghubungi Permana dengan perasaan cemburunya.
Dewi meminta Permana menurunkannya di depan warung milik ibu Roya karena ada sesuatu yang ingin di belinya. Namun Permana tak kunjung menyalakan mesin motornya.
"Sudah sana pulang, untuk apa Kau menungguku!" usir Dewi pada Permana. Yang di usir hanya tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya.
"Mba Dewi mau beli apa? tanya Bu Roya Si pemilik warung.
"Saya mau beli telur satu kilo sama sardennya 2 kaleng, Bu," jawab Dewi dengan menunjuk deretan kaleng di depan etalase. Dewi menoleh pada Permana melambaikan tangannya ke udara, memintanya segera meninggalkan warung tempat Dewi berdiri sekarang.
Permana pun memundurkan motornya segera meninggalkan warung sembako dekat gang. Setelah membayar belanjanya Dewi segera pulang berjalan menuju gang, sebuah mobil mewah bergerak mengikuti langkah Dewi dan membuka setengah kaca depannya dan memanggil namanya.
"Dewi berhenti, tunggu dewi!" Namun Dewi hanya melirik Bagas sekilas tanpa ada senyum juga sapaan untuknya.
Bagas memarkir mobilnya tepat di depan halaman rumah Dewi, turun dan segera mengejar Dewi yang hendak masuk kedalam.
"Dewi dengarkan aku!" Dewi menoleh menatap wajah memelas Bagas.
"Untuk apa?" tanya Dewi singkat.
"Dewi Aku mohon, Aku minta maaf. Aku telah menyembunyikan identitasku, tidak ada niatku sama sekali untuk membohongi mu Dewi."
"Lalu?" tanya Dewi singkat dengan sorot mata tajamnya. Dewi melangkah masuk Bagas turut mengikuti langkahnya hingga ke dapur. Meraih gelas menuangkan air putih ke dalamnya, namun Bagas merebut gelas dari tangan Dewi dan meminumnya. Dewi membelalakkan kedua matanya akan sikap Bagas "Kau?"
"Aku haus butuh minimum," ucap Bagas sembari meletakkan gelas kosongnya.
"Mas, Agus!" panggil Yanto setengah berteriak girang. "Hore ada Mas, Agus. Mas ,Yanto ada PR fisika ajarin ya!" pinta Yanto senang akan kehadiran Bagas.
"Jangan panggil Mas Agus lagi, Yanto," ujar Dewi melarang. Bagas tersenyum simpul pada Yanto. Pria remaja yang masih polos itu menatap Bagas dan kakanya bingung.
Sambil menunggu Dewi keluar dari kamarnya, Bagas duduk di ruang tamu besama Yanto. mengajari tugas sekolahnya, Beberapa menit kemudian Dewi keluar dengan penampilannya yang lebih fresh.
"Yanto PR nya sudah belum? Mas Bagas udah capek, kamu nggak liat mukanya lelah gitu?" tanya Dewi pada Yanto.
"Tinggal satu nomor lagi mba" jawab Yanto bingung pada sikap judes kakanya. Dewi pun kembali masuk ke dapur menyiapkan makan malam.
Mencium aroma sedap masakan Dewi membuat perut dua pria beda usia itu menjadi lapar. "Mas, makan yuk, laper!" pinta Yanto dengan mengusap perutnya di depan Bagas.
"Oke, PR nya juga sudah selesai." mereka pun berlari menuju dapur dan menarik kursi masing-masing. Dewi mengisi dua piring kosong dengan nasi dan lauk yang baru ia masak tadi.
Dewi melihat Bagas makan begitu lahap, hingga piringnya licin. Dewi berpikir mungkin dia sangat kelaparan setelah seharian bekerja.
Dewi masakanmu sangat enak dan cocok di lidahku. Selain cantik Kau jago masak tidak mungkin Ku biarkan Kau lepas begitu saja.
gumam bagas dalam hatinya, tersenyum tipis menatap wajah kesal Dewi sejak melihat dirinya datang tapi, Bagas tidak perduli. Asalkan Bagas masih bisa menemuinya, setelah minum dan meletakkan gelasnya Bagas mengatakan pada Dewi ingin mengatakan sesuatu.
"Dewi Kau sudah memaafkanKu?" tanya Bagas ragu-ragu. " Besok Aku akan memecat pelaku yang sengaja menguncimu di toilet kantor." ucap Bagas datar.
Dewi pun seketika menatap netra Bagas dan mereka pun saling bertemu pandang.
"Untuk apa, Aku sudah melupakannya?"
"Tidak bisa setiap kejahatan, harus ada titik terangnya agar tidak berlanjut pada yang lainnya," jelas Bagas pada Dewi.
Setelah Bagas menjelaskan perihal tentang identitasnya, Bagas sedikit lega akhirnya Dewi mau mengerti. Jika kebohongan masih berhubungan dengan masalah wanita, yang hanya mau menjalin cinta dengan Bagas hanya karena jabatannya.
Akhirnya Bagas bisa pulang dengan hati yang tenang tanpa harus takut kehilangan sosok perempuan yang di yakininya sebagai jodohnya kelak.
*
*
*
~Permana aku tadi melihatmu di jalan. Kau bersama perempuan di belakangmu. Perempuan itu siapa? Cecar Marwa pada Permana di sebrang telpon, Marwa pun memutus panggilannya secara sepihak.
Dan Permana nampak gugup tidak tahu harus memberi alasan apa pada Marwa.
"Sial, kenapa Marwa bisa tahu," umpat Permana kesal.
Bagas yang baru saja pulang tanpa sengaja mendengar keluhan adiknya. Bagas menarik ujung bibirnya membentuk senyum tipis.
"Makanya jangan sok'-sok'an macarin dua cewek. Playboy kampung," goda Bagas dengan senyum mengejeknya. Sambil berlalu menuju kamarnya di lantai dua.
"Ahh....Dasar Jones berumur!" balas Permana tak kalah sengit.
"Permana?! panggil mama Yuli dengan sorot matanya. Permana pun melangkah menuju kamarnya dengan rasa kesalnya.
Sementara Dewi masih memikirkan akan kata-kata Bagas padanya. Tentang keseriusannya padanya, Dewi mengingat setiap kata yang terucap dari mulut Bagas begitu serius dan jujur padanya.
Dewi percayalah sedikit pun tak ada niatan buruk dariku untuk menyakitimu. Jika di perbolehkan Aku ingin menjadi bagian dari hidupmu.
Ucapan manis Bagas mampu menghipnotis hati Dewi yang begitu terbuai. Bibirnya membentuk senyum tipis di wajah manisnya membuat Yanto heran kenapa kakaknya senyum-senyum sendiri.
"Mba....?" panggil Yanto. "Mba Dewi kaya orang stress," goda Yanto sedikit keras.
"Apa?! Kamu bilang mba stress!" Yanto hanya menggelengkan kepalanya ringan. Seraya meraih selimut baru di lemari milik Dewi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments