"Permana ,seharusnya Bagaslah yang menikah lebih dulu. Bagaimana dengan kuliahmu?" suara tegas yang bersumber dari pintu utama mengejutkan keduanya.
"Pah, Permana nggak bisa nunggu lama lagi, Pah. Permana akan mengajukan skripsi di semester 7," ucap Permana yakin. Baskoro menggelengkan kepalanya heran akan keinginan gila putra keduanya, yang akan melangkahi Bagas sebagai kakaknya.
Baskoro mengambil duduk di samping Rita, dengan membuka kaca matanya memijit pangkal hidungnya membuang nafasnya kasar. "Siapa nama gadis yang harus papa dan mama lamar? tanya Baskoro to the point.
"Permana, ingin papa melamar Dewi," ucapan Permana mengejutkan Baskoro sekaligus Marwa, yang baru saja akan melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Marwa mempercepat langkahnya dengan setengah berlari seolah menuntut penjelasan pada Permana.
"Mas, maksud kamu apa? Kamu minta om dan tante untuk melamar mba Dewi? Tega kamu Mas! Pantes aja Akhir-akhir ini kamu susah di hubungin." Marwa tidak habis pikir dengan Permana, pria yang sudah satu tahun lebih dipacarinya. Berbeda dengan Permana yang menganggap hubungannya selama satu ini hanya sekedar mejalani statusnya, tanpa perasaan yang sebenarnya yang disebut cinta.
"Marwa, maafkan Aku. Tapi inilah kenyataanya selama satu tahun itu, Aku dan Kau hanya sekedar mejalani hubungan sejujurnya aku belum meliki perasaan apapun. Sejak saat itu, pertama kali Aku bertemu Dewi di rumahmu dan mengantarkannya ketika kami sama-sama kehujanan sejak itu pula hatiku...."
"Stop.....sudah jangan Kau lanjutkan lagi Aku membencimu Permana, Aku benci...!!" Marwa berlari keluar mengusap kedua pipinya yang basah.
Diraihnya motor scoopy hitamnya dan menstater motornya dengan kecepatan sedang. Air mata yang terus mengalir membuat hatinya semakin pedih, bayang-bayang Dewi kakak sepupunya membangkitkan rasa benci di dadanya yang terasa seperti di tusuk ribuan jarum. Marwa menambah laju kecepatan motornya tidak perduli pada jalanan di depannya, rasa sakit di hatinya sesaat mampu melupakan bahaya yang dapat mencelakakan dirinya. Keselamatan tak lagi dipikirkan sakit yang Marwa rasakan seakan tidak sebanding dengan luka robek di kulitnya. Entah saat ini Marwa berada di mana ia pergi tanpa tau tujuannya mengikuti arah jalan seiring dengan kacau perasaanya. Marwa menepikan motornya sembarangan tanpa melihat adanya tanda jika motor dilarang berhenti atau parkir di tempat tersebut.
Marwa berjalan mengikuti langkah kakinya hingga langkahnya terhenti di antara rerimbunan pohon dan tanaman-tanaman hias yang sangat indah terawat. Tatapannya kosong menerawang objek di depannya tanpa fokus, yang ada di pelupuk matanya hanyalah kenangan kebersamaanya saat bersama Permana. Isak tangisnya begitu terdengar meski pelan, tidak perduli akan lingkungan sekitar jika ada yang mendengar. Jatuh cinta dan patah hati bisa membuat dia yang pintar terlihat bodoh bahkan tidak tahu malu.
"Tidak perduli Kau saudarKu. Tapi Aku membenciMu, Mba!" Marwa kembali menangis mengingat kata-kata menyakitkan dari mulut mantan kekasihnya itu.
Seorang pria berdasi melihat Marwa berdiri diantara taman yang luas dengan aneka macam bunga yang indah. Taman yang sengaja di buat untuk acara foto prewed dan acara-acara tertentu. Masyarakat setempat sering menyewa taman tersebut untuk acara ulang tahun, serta pernikahan dengan konsep outdoor.
Alex Setiaji pengusaha muda yang sukses yang begerak di bidang EO dan WO. Usahanya menyewakan gedung serta tempat untuk acara pernikahan dan pertemuan penting termasuk taman dimana Marwa berdiri di sana. Membuatnya menjadi pria yang terkesan tertutup dan irit bicara, hidupnya hanya untuk bekerja, bekerja dan menghasilkan uang. Alex melihat seorang wanita tengah berdiri di taman dengan punggung sedikit gemetar, nampak bahunya yang naik turun. Alex melangkah mencoba mendekati Marwa yang masih marah dan sedih akan luka di hatinya.
"Hei, siapa Kau berani sekali merusak tempat ini?" tanya Alex. "Hei, Kau sudah merusak tanamanKu dan menginjak-injaknya!" teriak Alex sedikit berang.
Marwa masih saja bergeming dengan sedu-sedannya, tanpa perduli siapa yang beteriak di belakang punggungnya.
"Hei, Nona?" bentak Alex marah.
"Apa, ha...?!" Aku tidak perduli sama sekali tidak perduli..." teriak Marwa yang tidak kalah kerasnya. Dengan air mata yang mengaliri kedua pipinya.
Alex diam untuk sesat mengamati wajah Marwa yang tidak terlalu cantik dan tidak juga jelek. Justru wajah manisnya tertutup karena air matanya yang tidak berhenti luruh, wajahnya memerah juga matanya karena marah dan sedih lebih menguasai dirinya.
"Hei, kenapa Kau menangis di sini? Kau telah merusak tamanKu dengan menginjak bunganya. Apapun masalahmu Aku juga tidak perduli, Kau harus ganti tanamanKu!" sarkas Alex dengan wajah datarnya.
"Semua laki-laki selalu saja berkata semaunya, berucap dan berjanji seenaknya," Alex mengernyitkan dahinya tidak mengerti sedangkan Marwa menghentakkan kakinya kesal juga kecewa berjalan menjauh dari Alex.
"ingat, jika Kau tidak mau menganti kerugianKu, akan ada denda untukmu!" ucap Alex kesal dengan melebarkan langkahnya.
"Dasar wanita gila! umpat Alex.
*
*
*
"Permana, bagaimana Kau sudah menemukan Marwa? tanya Yuli cemas. Permana menggelengkan kepalanya lemah.
"Tidak, Mah Marwa tidak ada di rumahnya. Di rumah sepupunya juga tidak ada," jawab Permana bingung.
"Mama jadi khawatir Marwa akan berbuat nekad. Perempuan jika sedang sakit hati, atau patah hati akan melakukan apa saja termasuk bunuh diri, Permana!"
"Mah, tidak akan terjadi apapun pada Marwa. Permana yakin Marwa bukan gadis bodoh," Permana meyakinkan mamanya juga dirinya sendiri. Yang merasa khawatir akan tindakan gadis yang sudah satu tahun ini bersamanya mengisi hari-harinya. Permana berusaha meyakinkan dirinya meski dia sendiri tidak yakin. Marwa yang manja, cemburuan dan kekanak-kanakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ni.Mar
makash ka semangatnya, baru sempat buka pesan. msh dalam masa berkabung
2022-08-28
2
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
semangat
2022-08-28
2