Bukan Salah Jodoh
"Mba Dewi di sini, diantar siapa mba?" tanya Marwa pada Dewi kakak sepupunya. Dewi tersenyum lega mendapati Marwa yang baru datang dari ujung jalan menuju rumahnya.
"Ini, Mba tadi habis dari acara nikahan teman mba. Kamu bisa nggak anter mba kesana?" tadi mba diantar Rani mba panggil-panggil lagi Rani udah keburu jauh." terang Dewi panjang lebar berharap Marwa adik sepupunya bisa mengantarnya.
Marwa nampak celingak-celinguk melihat teras dan pintu belakang. Seperti mencari sesuatu.
"Mba, kayaknya nggak bisa deh! Motornya di pakai bang Tama" sambung Marwa lagi yang menyesalkan keadaan yang tak berpihak pada kakak sepupunya.
"Gawat..!! Kalo hapeku hilang semua data pentingku juga ikut hilang!" ujar Dewi merutuki kecerobohan dirinya. Ia nampak bingung menggigit bibir bawahnya kesal. Nampak senyum mengulas di bibir Marwa seperti mendapat wangsit. Dengan sigap Marwa meraih ponselnya menekan ikon hijau dengan kontak nama Candra Permana my love.
Terdengar dari seberang telfon Marwa meminta seseorang untuk datang ke rumahnya.
"Mas, tolong ke rumah sebentar aku tunggu!" ucap Marwa mengakhiri sambungan telfonnya. Tak lama terdengar suara motor dari ujung jalan gang menuju rumah Marwa. Nampak pria tampan kira-kira 21 tahun menurut prediksi Dewi, jika dilihat dari posture tubuh serta wajahnya.
Marwa yang mendengar suara mesin motor yang sudah sangat ia hafal di luar kepala, berhenti tepat di depan rumahnya. Marwa secepatnya keluar meletakkan ponselnya di atas lemari es setelah membasahi tenggorokan nya dengan segelas air.
"Sayang, baru tadi ketemu udah kangen lagi aja!" goda Permana dengan senyum mautnya. Yang tak menyadari ada orang lain selain Marwa dan dirinya. Membuat Dewi terkekeh geli pada sepasang sejoli yang sedang kasmaran.
Mas, aku mau minta tolong! Ini ada kakak sepupuku hapenya ketinggalan bisa minta tolong anterin nggak?" menatap Dewi dan Permana dengan nada manjanya. Sekilas Permana melirik wanita yang duduk di pojok ruang tamu menyapa Dewi dengan menganggukan kepalanya sopan.
"Maaf, dek, Mba jadi ngerepotin kamu dan Marwa" ucap Dewi malu dan tak enak hati.
"Bisa...ko'...bisa! Santai aja mba!" ujar Permana dengan kedipan mata genitnya pada Marwa. Permana yang telah siap bertengger di atas motor machonya nampak gagah dengan kaca mata hitamnya.
"Iiisstt....Gak usah tengil deh gayanya!" ucap Marwa mencubit pinggang pria yang telah satu tahun ini dipacarinya.
"Ya udah, mba pamit. Sekalian pulang salam buat bibi terima kasih Marwa sebelumnya. Pamit Dewi yang di balas dengan ancungan jempol dari adik sepupunya, Dewi sedikit kesulitan naik ke atas motor Permana yang sedikit tinggi. Marwa melambaikan tangan pada keduanya dan masuk kedalam setelah motor yang di kendarai kekasihnya menghilang dari pandangannya.
*
*
*
Di perjalanan Dewi memberi komando pada Permana mengintruksi jalan menuju rumah temannya yang telah melangsungkan acara pernikahan.
"Habis ini belok mana mba?" tanya Permana pada kakak sepupu kekasihnya.
" Belok kiri lurus terus sampai ada janur kuning di pertigaan jalan." jawab Dewi mengarahkan. Akan tetapi cuaca nampak tak mendukung, angin berhembus agak kencang diikuti langit mendung yang menandakan hujan akan segera turun. Angin berhembus kencang hingga membuat rambut Dewi berantakan, daun-daun yang gugur sedikit mengacaukan pandangan Permana yang fokus pada jalanan di depannya.
Rintik-rintik gerimis mulai turun tak beraturan titik-titik air mulai membasahi jalanan beraspal semakin lama air turun semakin intens dan mulai deras. "Sebaiknya kita berteduh dulu dek, hujan makin deras dan gelap" tawar Dewi pada Permana yang kemejanya mulai basah.
Permana mulai menepikan motornya di bengkel pinggir jalan yang sudah tutup karena hari sudah sore di tambah cuaca mendung di jam empat sore terlihat lebih gelap. Dewi dengan pakaian yang telah basah membuat tubuhnya sedikit menggigil efek dingin karena hujan semakin deras dan angin berhembus kencang. Melihat Dewi yang nampak kedinginan serta tubuhnya yang gemetar dan menggigil, Permana melepas jaket kulitnya dan memberikannya pada Dewi.
Awalnya Dewi menolak tawaran Permana, karena dingin semakin menyerang hingga ke tulang akhirnya Dewi menerima dan memakai jaket pemberian kekasih Marwa.
"Sekali lagi mba minta maaf dek, gak seharusnya mba menyusahkan mu." ucap Dewi menyesalkan.
"Gak papa mb, namanya juga alam. Gak bisa di prediksi kapan datangnya." ujar Permana bijak. Dengan bibir gemetarnya menahan rasa dingin yang semakin menusuk hingga ke tulang.
Hampir satu jam mereka bediri saling menyilangkan tangan ke dada untuk menghalau rasa dingin pada diri mereka masing-masing. Dewi menerawang ke atas memastikan hujan sedikit reda meski masih menitikkan rintikan gerimis yang tidak begitu intens.
"kayanya lumayah reda, Kita lanjutin sekarang?" ucap Permana mengintrupsi. Mereka segera bersiap melanjutkan perjalanan menuju rumah Aqila.
*
*
Sedangkan di seberang sana Marwa nampak gelisah menatap jalanan luar dari balik jendela kamarnya. Ia berharap tidak terjadi sesuatu pada Dewi serta Permana di jalan mengingat cuaca sangat tak bersahabat, hujan begitu lebat, angin kencang, serta mendung yang membuat langit menjadi gelap meski jam masih menunjukkan pukul lima sore. Hatinya terus saja ber'doa berharap keduanya selamat sampai tujuan, dan kekasihnya Permadi pulang dalam keadaan baik-baik saja. Untuk menghalau rasa cemasnya Marwa mensecroll ponselnya kembali.
Setibanya di tempat pesta yang nampak lenggang karena hujan cukup membuat acara pesta sedikit kacau. para tamu undangan yang terjebak hujan terpaksa ikut berjubel di panggung dan sebagian di dalam rumah. Dewi terkejut saat mengibas-ngibaskan tangannya mengusap rambut juga bajunya yang basah kuyup di kejutkan oleh sapaan pria yang menyentuh pundaknya. " Dewi, kau ke sini lagi bersama pacarmu?" tanya Akbar asal, dengan sorot mata menatap Permana penuh selidik
Ternyata selera Dewi pria muda? mana mungkin dia akan menyukaiku sedang usiaku sangat matang di usiaku yang hampir mendekati 40 tahun.
"Hay....Mas Radit Aqila masih dirumah kan?" Gantian Dewi yang mengejutkan Radit dalam lamunannya. Radit sedikit gugup menjawab pertanyaan Dewi gadis yang ia suka sejak awal Aqila mengenalkannya saat mereka masih sama-sama sekolah di bangku SMA.
"Eh....Ehh... Iya Masih ada di kamarnya mungkin sama suaminya juga. Harusnya mereka tadi berangkat ke rumah mempelai pria karena hujan jadi di tunda." ujarnya sedikit terbata. Akbar meminta Bi, isah memanggilkan adiknya Aqila. Aqila pun turun menemui sahabatnya Dewi, heran pasalnya siang tadi ia sudah bertemu dengannya ada apa? pikirnya bingung. Mereka saling bertemu pandang menatap ke arah Dewi dan pria yang sama-sama basah kuyup sama sepeti sahabatnya.
" Dewi?" sapa Aqila heran yang Masih mengenakan gaun pengantin lengkap. " Bukannya tadi kau sudah menemuiku? Ohh, aku tau kau sengaja datang lagi mau mengenalkanku pada pacarmu kan?" goda Aqila pada mereka berdua yang saling berpandangan satu sama lain.
"Ngaco! dia itu kekasih adik sepupuku. Aku ke sini mau ambil handphoneku ketinggalan di kamarmu, sebelum kamu turun acara ijab qabul tadi siang." ujar Dewi tak enak hati pada Permana yang di sangka pasangan kekasih. Aqila tersenyum lucu pada mimik wajah Dewi yang segera berjalan menuju kamar atas di mana tadi Aqila di rias untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
Setelah mendapatkan benda pipihnya Dewi segera pamit pada Aqila dan orang sekitar yang mengenalnya.
"Romantis banget ya bang, mereka sampe ujan-ujanan?" ucap Aqila dengan gelak tawanya. yang di balas kesal oleh Akbar dengan tatapan sinisnya.
"Gak tau ahh, bodo amat!" Aqila mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa dengan sikap aneh abangnya? mungkin efek jonesnya yang bikin moodnya tiba-tiba buruk. Mereka berlalu pada tujuan mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Rossemarry
mampir 🥰
salam dari "my lovely Bodyguard"🥰
2022-09-19
4
Rini Antika
Aku mampir kak, mari saling dukung sama aku yg msh pemula..🙏💪💪
2022-08-04
3
VLav
aq langsung mampir baca ya kaka 🥰
2022-08-03
3