"Ngimpinya ketinggian ntar jatoh baru tau rasa! ucap Nicolas sengit pada Dewi. Yang sejak tadi menatap kepergian Bagas. Nicolas menyunggingkan senyum kecutnya dan berlalu dari hadapannya.
"Nico? Apa maksud ucapanmu?" tanya Dewi tidak mengerti. Nico menghentikan langkahnya sejenak membalikkan tubuhnya, hingga saling bertemu pandang.
"Apa lagi yang lu cari selain uang buat menuhin hidup lu yang serba kurang. Dewi berapa tarif lu sekali jalan?" tanpa pikir panjang Dewi menampar pipi kanan Nicolas higga pipinya terasa panas.
"Jaga ucapanmu, Bapak Manager Keuangan Yang Terhormat! Titelmu tak sepadan dengan mulut kotormu," bantah Dewi dengan tegas. dan berlalu dari hadapan Nicolas.
Sambil megangi pipinya yang panas tatapan nanarnya mengobarkan api dendam di matanya.
"Kau lihat saja nanti Dewi akan Ku buat Kau menyesal, beraninya kau menamparku," ucapnya lirih dengan nada penuh ancaman. Tania menghampiri Nicolas yang masih berdiri diantara pintu utama kantor dengan raut wajah kesalnya. Ia segera mendekati kekasihnya itu, Tania menyambut Nicolas dengan senyum sapanya.
"Sayang kenapa masih berdiri disini? Ayo masuk! Jam kerja segera di mulai Kita semua akan melakukan briefing terlebih dulu." ajak Tania melingkarkan tangan di pinggang Nico.
Setelah briefing selesai semua staff dan karyawan mulai memasuki ruangan seperti biasa para karyawati berjalan sembari mengobrol membicarakan masalah masing-masing, tak jarang pula para karyawan berbisik bisik membicarakan gosip kedekatan direktur utama perusahaan dengan karyawan outsourcing bernama Dewi.
"Eh, tau nggak? Kalo Pak Bagas lagi deket sama Dewi Si office girl yang kekunci di toilet itu." ucap salah satu karyawan sambil mengindikkan dagunya menunjuk pada Dewi
"Lho bukannya dulu dia pacar Pak Nicolas, ya? Denger-denger mereka putus karena Dewi cewek miskin, dan keluarganya nggak jelas gitu." sambung teman satunya lagi.
"Kalian itu kesini mau kerja atau mau ngegibah? tegur Bagas pada sekelompok karyawan dari staff umum tersebut. Mereka menunduk sembari minta maaf dan berjalan saling meripitkan langkahnya.
Dewi menyelesaikan pekerjaannya dari lantai satu ke lantai berikutnya, hingga tanpa terasa jam istirahat pun tiba. Bagas melirik jam tangannya ia segera beranjak menyambar ponselnya, dan kunci mobilnya, untuk mengajak Dewi makan siang di luar kantor. Bagas melihat Dewi meraih ponselnya di loker khusus para karyawan, ia pun berjalan mendekati ke arah Dewi berdiri.
"Dewi! sapa Bagas hingga membuat Dewi terkejut karena suara Bagas memanggilnya.
"Mas Bagas? panggil Dewi sambil melirik kanan kirinya memperhatikan sekelilingnya takut ada teman-teman Dewi yang melihatnya.
"Kenapa? Aku ke sini mau ajak kamu makan siang," ajak Bagas sambil menarik tangan Dewi. Layaknya domba yang di tarik lehernya hingga langkahnya mengikuti langkah Bagas.
"Tapi, Mas...." sanggah Dewi. Tapi Bagas menulikan telinganya melanjutkan langkahnya hingga mereka berada di depan mobil Bagas, mau tidak mau Dewi pun akhirnya masuk ke dalam mobil Bagas.
Nicolas yang melihat Dewi masuk kedalam mobil atasannya mengepalkan tangan penuh rasa dendam.
"Lihat saja Dewi akan Ku buat Kau menyesal, harusnya sejak dulu Aku nikmati tubuhmu sebelum kuputuskan untuk melepasmu." geramnya mengingat Dewi yang telah berani menamparnya.
*
*
*
Di rumah setelah Permana pulang dari kampus, ia segera menemuinya mamanya yang nampaknya sedang memasak, terdengar sesekali mamanya bebicara dengan Bi Isah di dapur. Meminta pada Bi Isah untuk menghaluskan bumbu dengan cara di ulek bukan di blend. Tanpa mengganti pakaiannya Permana langsung mencari mamanya yang tengah sibuk di dapur bersama Bi Isah.
"Mah, Permana mau ngomong," panggil Permana serius menatap mamanya yang sedang mencicipi masakannya.
"Mau ngomong apa, Permana? Ngomong aja mama lagi masak!" Yuli sekilas menatap wajah putranya yang nampak melirik Bi Isah. Yuli pun paham akan tatapan Permana pada asisten rumah tangganya yang sudah di anggapnya seperti orangtuanya sendiri.
Yuli melepas apron yang dipakainya di atas kulkas, untuk keluar mengikuti langkah Permana. Permana mengambil arah duduk di sofa tamu dengan wajah sedikit kaku, membuat mamanya bertanya-tanya.
Sebenarnya Permana mau ngomong apa sih? Ko, mendadak perasaanku jadi nggak enak. Apa jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Bagas atau masalah lainnya.
Tanya Yuli pada dirinya sendiri. Ia pun jadi penasaran dibuatnya, Permana meraih telapak tangan mamanya seolah ingin merayu untuk meminta sesuatu darinya.
"Permana, Kau ini kenapa. Mama jadi bingung sama sikap kamu?"
"Mah, Permana ingin mama sama papah melamar seorang gadis," ucap Permana membuat mamanya nampak syok mendengar penuturan putra keduanya.
"Permana, Kamu bercanda sayang? Kamu belum lulus kuliah dan Bagas kakakmu belum juga menikah?" sanggah mamanya yang masih tak percaya.
"Sebentar lagi Mah, Permana lulus dan menjadi sarjana, Permana akan langsung bekerja di perusahaan keluarga Kita." Yuli tertegun sekali lagi akan pernyataan Permana.
"Ya, tapi nggak mungkin mama dan papa melamar Marwa tanpa memberitahu Marwa dan keluarganya terlebih dulu."
"Bukan Ma, bukan Marwa. Tapi saudara sepupunya, Dewi!" lagi-lagi mamanya dibuat kaget olehnya.
"Apa?!" kejut Yuli mengerutkan keningnya.
"Nggak bisa gitu Permana! Marwa pasti akan sakit hati dia bisa marah, hubungan kalian sudah terjalin lama. Lagipula Dewi lebih lebih dewasa bahkan lebih pantas dengan Bagas." tolak Yuli pada keinginan Permana yang lebih pada terobsesi pada Dewi.
"Pliss, Ma!" menyatukan kedua tangannya di depan dada. Membuat Yuli tidak bisa lagi bekata-kata, akan sikap konyol Permana yang dianggapnya hanya candaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments