Mereka pun kembali pulang, karena memang waktu terus berjalan dan semakin malam. Di dalam mobil mereka sudah tidak grogi lagi.
"Terima kasih ya Er kamu mau menerima aku." ucap Edi sambil tangan kirinya menggenggam tangan kanan Erni dan tangan kanan Edi memegang kemudi dengan sesekali melirik ke arah Erni karena harus fokus menyetir.
"Iya sama-sama mas, aku juga terima kasih karena mas Edi mau menerima aku apa adanya. Padahal mas Edi tahu aku gak sendiri aku ada anak yang jadi tanggung jawabku." Erni menekankan kalimatnya tersebut, karena dia ingin siapapun yang mau menerimanya harus mau juga menerima anaknya, meskipun itu bukan anak kandung mereka sendiri.
"Karena dari situlah Er aku semakin jatuh cinta sama kamu, hati kamu mulia sekali dan aku semakin mengagumi itu. Semoga kita bisa merawat baby Sifa sampai tua ya?" entah kalimat dari mana tapi itulah yang dirasakan Edi saat ini.
"Amin trima kasih banyak mas." ucap Erni berkaca-kaca dan semakin menggenggam erat tangan Edi.
"Ow iya mas, aku mau kita jangan buru-buru nikah dulu ya mas. Kan sama saja ini kita masih pengenalan, lagian juga adik ku belum lama meninggal." lanjut Erni mengungkapkan apa yang mengganjal dihatinya sedari tadi.
"Iya mas tahu dek, tapi jangan lama-lama ya uda dari dulu nunggu soalnya." jawab Edi dengan mencium punggung tangan Erni yang ada digenggamannya.
Erni hanya tersenyum, merasa begitu beruntungnya dia dicintai oleh orang yang dia kagumi.
Tidak berapa lama, akhirnya mereka sampai di rumah Erni. Dengan segera Erni turun dari mobil dan Edi pun juga turun.
"Aku langsung aja ya dek uda malam soalnya gak enak juga kalau bertamu sampai malam." kata Edi sambil menggenggam kedua tangan Erni seolah enggan untuk melepaskannya.
"Iya mas Edi hati-hati dijalan ya gak usah ngebut. Kalau uda sampai kabari."
"Siap nyonya!" goda Edi.
"Buat dibawa bobok biar gak kangen hehe." Edi dengan segera mencium kening Erni dengan dalam, dan Erni yang mendapat perlakuan itu hanya memejamkan matanya.
Kemudian Edi berjalan kembali menuju mobilnya dan masuk juga duduk dibelakang kemudi. Tetapi sebelum dia menjalankan mobilnya, dia kembali membuka jendela mobil.
"Besok berangkat kerjanya hati-hati ya, kalau uda sampai kantor kabari." nasehat Edi. Karena memang Edi tidak bisa mengantar Erni ternyata tempat kerja mereka berbeda arah, sebelumnya mereka sudah banyak saling bercerita.
"Iya." jawab Erni singkat.
Kemudian Edi segera melajukan mobilnya untuk pulang kerumah dengan kecepatan sedang, tentu saja dengan perasaan bahagia yang membuncah.
Erni masih setia melihat kepulangan Edi sampai mobil tersebut menghilang dari pandangannya. Dia juga terus menatap bunga mawar merah dan cincin dijarinya yang tadi diberikan Edi untuk melamarnya, dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.
Ternyata di depan pintu ada wanita paruh baya yang terus memperhatikannya, tentu saja dengan tersenyum bahagia.
"Ekhem..." Bu Ijah berdehem, sengaja untuk menarik perhatian Erni karena sedari tadi Erni tidak segera masuk ke dalam rumah padahal mobil Edi sudah tidak kelihatan lagi.
Erni yang mendengarnya pun seketika menoleh, dan mendapati Bu Ijah yang tersenyum seakan menggodanya. Dengan segera Erni berlari menghampiri Bu Ijah dan memeluknya. Karena memang Erni merasa sedekat itu dengan beliau, selain beliau yang seperti ibunya juga beliau yang nantinya akan menemaninya untuk merawat anaknya.
...****************...
Tetap semangat 💪
Mohon dukungannya ya
Tinggalkan jejak like, komen dan hadiah 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments