Setelah keduanya menghabiskan teh, akhirnya mereka merasa mengantuk dan bersiap akan tidur.
"Ya sudah tidur yuk, besok kan kita harus menjemput Sifa. Kita harus kelihatan fresh untuk menjemput anak kita. Masa anaknya cantik gitu, kita orang tuanya kumel mata panda kan gak lucu." kata Vera sengaja menghibur dan memberi semangat kepada sang sahabat.
"Makasih ya Ver kamu selalu ada buat aku, dalam keadaan apapun. Aku sekarang uda gak punya siapa-siapa lagi." ucap Erni sambil memeluk Vera dengan erat. Karena Erni tahu Vera mengatakan itu semua hanya untuk membuat agar dia tidak murung lagi.
"Ssttt... kamu ngomong apa sih? Kalau kamu gak punya siapa-siapa, trus kamu anggap aku ini apa?" kata Vera pura-pura marah, agar Erni bisa merasakan bahwa dia benar-benar tulus.
"Iya maaf, jangan ngambek donk! hehe. Ya uda ayo tidur kasihan Sifa kalau besok kita terlambat jemput." Erni pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
Vera yang melihat itu hanya tersenyum.
"Aku yakin kamu kuat Erni. Karena kamu tidak pernah mengeluh. Tapi aku tahu sebenarnya kamu rapuh. Aku berjanji akan selalu ada untuk kamu." batin Vera begitu melihat Erni masuk ke kamarnya.
Vera pun juga akan beristirahat, dia masuk ke dalam kamar tamu tetapi sebelumnya dia memastikan terlebih dahulu untuk mengunci pintu dan jendela rumah.
Kamar Erly memang sengaja tidak dipakai dulu karena selain masih ada barang-barang Erly, Erly pun baru saja meninggal kemarin.
...****************...
Keesokan harinya, mereka sudah berada di rumah sakit untuk membawa pulang Sifa. Karena dokter yang menanganinya pun sudah memberikan ijin.
Erni yang menggendong baby Sifa, sedangkan Vera mengurus kepulangan Sifa.
Erni yang tidak pernah menggendong bayi pun terlihat aneh karena tidak bisa menggendongnya.
"Aduh ini gimana sih, kog aku takut kalau jatuh ya ni anak." seru Erni dalam hati, karena dia takut kalau sampai di dengar oleh ibu-ibu yang lain.
Karena Erni dan Sifa saat ini sedang menunggu di ruang tunggu.
"Ini kemana sih Vera lama banget." gerutu Erni, yang sudah berkeringat banyak karena takut saat menggendong baby Sifa.
Setelah beberapa saat akhirnya Vera datang dengan membawa surat-surat yang diperlukan untuk kepulangan Sifa.
"Kamu kenapa kog keringetan gitu?" tanya Vera dengan nada sedikit meledek. Karena Vera bisa tahu bahwa Erni takut menggendong baby Sifa, terlihat dari cara dia menggendong yang terkesan sangat kaku.
"Kamu kemana aja sih, lama banget!" kesal Erni.
"Lama apaan sih orang cuma 15 menit aja lama dari mananya." jawab Vera sambil melihat jam dipergelangan tangannya untuk memastikan bahwa dia benar pergi hanya 15 menit saja.
"Uda ini kamu aja yang gendong Sifa, aku bawa map nya aja." seru Erni seraya menyerahkan Sifa dengan hati-hati.
"Kamu ini gimana sih, ya harus belajar gendong donk masa jadi ibu gak bisa gendong." omel Vera, tetapi meskipun begitu dia tetap menerima baby Sifa dari tangan Erni.
"Lhoh iya mbak jadi ibu ya harus bisa gendong juga, jangan bisanya cuma bikinnya aja!" sewot seorang ibu yang kebetulan mendengar obrolan mereka.
"Gimana mau bisa bikin, yang diajak bikin aja gak ada." gerutu Erni pelan, tapi Vera masih bisa mendengarnya dan hanya terkekeh mendengar jawaban Erni yang tentu saja ibu tadi tidak mendengar.
"Makanya cari jangan kerja mulu, biar bisa rasain gimana enaknya bikin anak hahaha." goda Vera.
"Yeee emangnya kamu uda pernah nyoba, kog bisa ngomong enak?" tanya Erni.
"Ya belum sih, katanya anak-anak dikantor hehe."
Akhirnya Erni menyerahkan Sifa kepada Vera untuk digendong. Dan mereka meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan taksi online yang sudah dipesan oleh Vera sebelumnya.
...****************...
Tetap semangat 💪
Tinggalkan jejak
Jangan lupa like, komen dan hadiah 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments