Kabar Mengejutkan Dari Fanny

Kududuk perlahan dan sepertinya Pelangi menyadari jika ibunya sudah terbangun. Gadis manis itu mendatangiku dengan merangkak.

"Mama. Main, main," ajaknya, dan kuangguki dengan senyuman.

Kurapikan rambutku dengan menyisir menggunakan jari-jari tangan. Kutoleh ke arah jam dinding dan ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Kudekati puteri kecilku dan kucium pipinya yang menggemaskan, tapi kok?

"Ih, Pelangi bau acem. Mandi yuk," ajakku.

"Main, Mama," tolaknya.

"Main di bathtub saja sama bebek. Yuk, keburu malam nanti sakit lagi. Nanti jidatnya Mama tempelin plester demam lagi loh. Mau?" ancamku.

Pelangi menggeleng. Sepertinya si kompres perekat meninggalkan kesan kurang nyaman bagi Pelangi. Kugendong si kecil dan kubawa ke kamar mandi. Kutanggalkan pakaian Pelangi yang berbau apek mungkin karena tadi sempat berkeringat. Pelangi tampak tak sabar saat bebek-bebek karet mungilnya sudah bergelimpangan di lantai bak. Kunyalakan kran air yang sudah terhubung dengan water heater agar Pelangi tak kedinginan saat berendam. Kali ini, kumandikan puteriku segera agar demamnya tak datang lagi karena terlalu lama bermain air.

"Pelangi mana ya?" tanya seseorang dengan suara yang kukenal. "Eh, lagi mandi ya?" tegur Bapak mertua yang kepalanya melongok dari pintu kamar mandi.

Mungkin Pelangi menganggap seperti diajak main cilukba jadi ia tertawa gembira. Bapak ikut tersenyum, tapi kemudian pergi. Pelangi seperti mencari kakeknya karena wajah beliau tak muncul lagi.

"Kakek?" panggilnya dengan mata membulat penuh melihat ke arah pintu.

"Ba!"

"Hahahaha!" tawa riang Pelangi sampai air dalam bak terciprat karena dipukul dengan dua tangan kecilnya.

Spontan, aku ikut tertawa karena kukira Bapak sudah pergi, tapi ternyata bersembunyi.

"Kakek tunggu di ruang tengah ya. Habis ini Pelangi makan. Tadi ada tukang bubur lewat. Kakek beliin Pelangi bubur. Jangan lama-lama mandinya ya," pinta Bapak.

Pelangi mengangguk-anggukkan kepala pertanda ia paham. Bapak lalu pergi dengan senyuman. Jujur, hatiku senang karena Bapak mertua sangat pengertian. Jika saja almarhum Ayah masih ada, pasti mereka berdua akan menjadi kawan akrab. Sayangnya, jalan Tuhan tak pernah ada yang tahu.

Usai mandi, kusegera mendandani puteri kecilku agar tetap cantik. Apalagi saat Robby pulang dari kantor. Ia seperti melakukan inspeksi pada anak gadisnya. Diam-diam, Robby cukup posesif. Aku jadi membayangkan betapa horornya suamiku ketika puteri kami dewasa nanti bila sudah mulai menaruh perasaan pada lawan jenis. Pasti pacar atau calon suaminya nanti harus berduel dengan calon ayah mertuanya. Haha, aduh jadi ngelantur jika membayangkan momen itu nantinya.

"Eh, siapa ini? Cantik banget," puji Bapak mertua saat Pelangi mendatangi kakeknya yang duduk di ruang tengah sedang menikmati hiburan dari layar televisi.

"Bibi sudah pulang belum ya, Pak?" tanyaku penasaran seraya melihat sekitar rumah.

"Oh, sudah tadi. Menantunya sakit dan warung gak ada yang jaga. Makanya Bibi pulang cepet. Kenapa, Al?" tanya Bapak menatapku lekat.

"Alia mau minta tolong jagain Pelangi sebentar. Mau mandi dulu," jawabku sungkan.

"Ya udah. Mandi dulu saja. Bapak jagain. Bisa Bapak. Jangan khawatir. Oke, Pelangi?" tanya Bapak seraya menunjukkan jempol pada cucunya.

Pelangi menjawab dengan ikut menunjukkan jempol. Hatiku merasa lega, meski sungkan. Aku segera beranjak agar Bapak tak terlalu lama menjaga Pelangi. Kutengok sebelum masuk kamar mandi. Bapak telaten menyuapi cucunya dengan bubur ayam sembari menemani Pelangi yang asik bermain lego entah apa yang dibuat.

Bergegas kumembersihkan diri dan melanjutkan salat Asar. Saat kusedang merapikan alat salat, kudengar seperti ada suara orang mengobrol dengan Bapak mertua. Aku yang penasaran bergegas keluar kamar. Betapa terkejutnya ketika kulihat Agatha datang berkunjung.

"Fanny?" panggilku seraya berjalan mendekat.

"Oh! Hai, Al," jawabnya langsung menunjukkan senyum manis padaku.

"Tumben. Ada apa?" sapaku seraya mengajaknya berjabat.

"Jujur, aku sebenarnya tak ingin melibatkanmu dalam hal ini. Namun, sepertinya kau perlu tahu," ucapnya dengan wajah serius sembari menyambut jabat tanganku.

"Oke, apa itu?" tanyaku penasaran seraya ikut duduk di sampingnya pada sofa panjang.

Namun, kulihat Agatha melirik ke arah Bapak, dan sepertinya Bapak menyadari gelagat canggung itu.

"Bapak bisa jaga rahasia. Suwer," ucap beliau seraya menunjukkan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V di tangan kanan.

Agatha meringis terlihat malu. Aku menahan senyum dan mengangguk. Bagiku, percuma ditutupi. Insting Bapak kuat dan dia juga akan tahu suatu saat nanti.

"Gak papa, Fan. Aku percaya Bapak kok," ucapku.

Agatha mengembuskan napas panjang dan akhirnya mengangguk. "Jadi gini. Aksara Roma sudah resmi bekerja pada perusahaan penerbit. Hanya saja, entah berita itu bocor dari mana, ada salah satu penulis yang menolak karyanya dicek oleh Aksara selaku editor. Penulis itu datang ke kantor dan memaki-makinya. Jujur, orang-orang di kantor terkejut karena tak menyangka hal itu. Penulis itu mengatakan jika Aksara seorang plagiator, menuduhnya akan menjiplak ide ceritanya yang siap terbit dengan dalih menjadi editor. Aksara sakit hati dan ... dia menghilang," ucapnya yang membuatku langsung melebarkan mata.

"Coba hubungi Robby buat cari keberadaan Aksara," usul Bapak, dan kuangguki karena hal itu patut dicoba. Toh, Robby memang berprofesi sebagai polisi.

"Sudah. Sekarang, Robby berada di kantor untuk melihat rekaman langsung dari CCTV dan pengakuan para saksi saat kejadian. Kasian banget ya, baru keluar dari keterpurukan, udah dijatohin lagi," ujar Agatha.

"Gak mau salahin juga, tapi ... mungkin itu karma. Kamu tahu sendiri, Fan, gimana jahatnya Aksara Roma sama Alia kala itu," ucap Bapak.

Agatha tersenyum. "Iya sih, Pak. Hanya saja, sangat disayangkan. Aksara sudah berubah, bahkan berani mendatangi Alia untuk meminta maaf. Hal itu membutuhkan jiwa yang besar untuk mengakui kesalahan," jawab Agatha tampak gugup mungkin khawatir akan menyinggung perasaan Bapak.

Bapak tak menjawab dan hanya mengangguk-anggukkan kepala. Entah kenapa kabar Tuan Aksara menghilang membuatku jadi kepikiran. Namun, kulihat Bapak sepertinya masa bodoh dengan keadaan mantan bosku itu.

"Bentar lagi Magrib. Makan malam bareng yuk, Fan, sebelum pulang. Jalanan juga macet kalau kamu nekat pulang sekarang," pintaku. Fanny mengangguk.

Kusiapkan makan malam meski tak yakin jika Robby akan pulang tepat waktu mengingat kabar yang Fanny informasikan. Kulihat Bapak masih dengan telaten menyuapi cucunya di ruang tengah dan malah ikut bermain lego. Aku tersenyum tipis, tapi kulihat Agatha mendatangiku.

"Al. Kamu bisa bantu 'kan?" bisiknya sembari mengambil piring dalam rak.

"Hem. Akan aku usahakan. Meski Tuan Aksara dulunya jahat, tapi tak dapat dipungkiri jika beliau juga memberikan banyak ilmu padaku hingga bisa menjadi penulis sungguhan. Anggap saja sebagai balas jasa," jawabku pelan seraya melirik ke arah Bapak takut beliau curiga. Namun, kulihat Bapak masih asyik bermain dengan puteriku.

"Aku tahu kalau kamu gak bakal tinggal diam. Baguslah," jawabnya lalu berjalan menuju meja makan untuk meletakkan piring-piring bersih ke atas meja.

Kusiapkan beberapa menu untuk makan malam menghabiskan isi dalam lemari es. Jujur, perginya Tuan Aksara membuatku jadi menerka-nerka ke mana lelaki itu bersembunyi. Pasti ada suatu tempat untuk menemukannnya. Hingga aku teringat akan suatu tempat di mana kuyakin jika mantan bosku berada di sana. Sekarang, tinggal bagaimana membuat alasan agar Bapak tak curiga jika aku akan mendatangi tempat tersebut.

***

selamat akhir pekan. gak ada tips koin uyy. kwkwkw sedihnya😩

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Menghilang .. kenapa? Jatuh lagi mentalnya? Memang tak mudah sih.

2022-08-20

0

Wati_esha

Wati_esha

Tadi waktu baca sempat stuck karena belum sinkron antara cerita masa lalu dengan cerita masa kini terkait keadaan Aksara Roma. 🤦‍♀️☺😜

2022-08-20

1

Wati_esha

Wati_esha

Tq update nya.

2022-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!