Mencari Cara*

Kulihat Bapak mertua menatap tajam seperti ikut kaget akan hal itu. Kutenangkan diri sejenak karena rasa sesak itu kembali menghampiri jika teringat akan kenangan masa lalu.

"Jadi ... Aksara Roma yang nemuin bukumu? Lalu ide ceritamu yang udah ditulis, dijiplak gitu? Diaku sebagai karyanya? Semacam ... diplagiat?" tanya Bapak menatapku lekat. Aku mengangguk membenarkan. "Weladalah, tega sekali. Dia populer hasil maling ternyata," imbuhnya seraya menarik tubuh hingga menyender ke sandaran sofa.

Kuembuskan napas pelan karena memang begitulah adanya. Aku yang saat itu mengagumi sosok Aksara Roma langsung membencinya. Perasaanku berkecamuk antara marah, sedih dan kecewa. Napasku menderu saat itu. Aku membaca tiap kalimat dalam novel dengan saksama. Bahkan, gaya bahasaku ikut dituang di sana.

Kenapa Tuan Aksara Roma begitu tega melakukan hal ini? Dia penulis tersohor. Seharusnya ia tahu jika hal seperti ini sangat dilarang dan menjatuhkan harga dirinya. Kenapa dia nekat dan malah dengan bangga mengatakan kepada seluruh masyarakat Indonesia dalam wawancara jika ide itu murni dari buah pikirannya? batinku kala itu hingga seperti mengalami sesak napas.

Bahkan kudengar, ada sutradara film laga yang tertarik untuk mengangkat karyanya menjadi layar lebar. Hatiku semakin sakit dan pilu. Aksara Roma mendapatkan banyak keuntungan dari hasil jerih payahku. Selama beberapa minggu, nama Aksara Roma menjadi trending topik di artikel. Ia semakin populer dan namanya melejit ketika menjadi bintang iklan sebuah merk alat tulis.

Aku sakit hati dan menjadi tak fokus dalam bekerja. Namun, aku sadar jika bukan siapa-siapa. Aku juga tak memiliki bukti jika ide cerita dalam novel itu berasal dari bukuku. Aksara Roma dengan lihainya mengubah nama tokoh yang sudah kupikirkan dengan matang sesuai negara yang bersangkutan. Hanya saja, aku yang ingat betul dengan karakter tiap tokoh, alur cerita, konflik yang disajikan, latar belakang, dan gaya penulisan, semakin yakin jika novel itu seperti salinan, tapi di-edit beberapa bagian.

Aku yang menjadi dendam dengan sosok Aksara Roma, terpikirkan sebuah ide gila karena tahu isi dari alurku. Ya, kisah itu masih menggantung. Aku yang awalnya enggan untuk melanjutkan membaca novel tersebut, membulatkan tekad untuk membacanya hingga habis demi memastikan dugaanku. Kuluangkan waktu seharian khusus membaca novel tersebut hingga akhirnya, untuk pertama kali sisi licikku muncul karena merasa sudah dirugikan, dicurangi, dan dizalimi. Itu karyaku, hasil imajinasi dan ide yang kutuang hingga berbulan-bulan lamanya untuk menjadi sebuah alur cerita bahkan sampai tamat.

Kuakui, semua ide itu masih dalam kerangka kasar. Hanya saja, tinggal poles sedikit mampu menjadi sebuah cerita apik seperti yang dilakukan Aksara Roma. Yang dilakukan oleh penulis tersohor itu bisa dibilang bagian mempercantik kisah sebelum disajikan. Aku bangkit dari keterpurukan untuk mendapatkan hak dan bukuku lagi, meski tak yakin dengan yang akan kulakukan nanti akan berhasil atau tidak. Siapa sangka, untuk menemui Aksara Roma begitu sulit.

Aku mencoba mencari tahu di mana tempat tinggalnya, latar belakang, sampai kurogoh kocek untuk membeli beberapa buku yang sudah terbit sebelumnya. Kemudian, aku membandingkan cerita dari keseluruhan novel ciptaannya dari satu buku dengan buku lain termasuk karya terakhir milikku itu. Ternyata, novel terbitan yang tak lain adalah ide ceritaku, memang bisa dibilang baru dalam kategori genre karyanya. Biasanya, Aksara Roma menulis novel berbau romance, kehidupan rumah tangga, dan petualangan anak. Kisah yang disajikan bukan action sepertiku.

Konflik yang dibuat pun masih terbilang ringan tak membuat panas kepala dan rasanya ingin menghujat tokoh dalam novel tersebut. Pantas saja novel barunya melejit dan membuat kagum beberapa orang karena bisa dikatakan, Aksara Roma seperti banting setir. Ia mengaku dalam sebuah wawancara televisi jika dirinya lama tak muncul untuk menerbitkan sebuah cerita karena melakukan referensi mendalam demi novel barunya. Lelaki bertampang ramah itu mengatakan sampai mendatangi dan melakukan beberapa wawancara dengan orang-orang yang berkecimpung dalam bidangnya. Hal itu dibenarkan oleh beberapa pihak yang mendapat telepon dari Aksara Roma.

Di sini, kuakui lelaki itu memang melakukan riset mendetail untuk menguatkan alur ceritaku. Namun, bukan dengan mencuri ideku! Aku juga melakukan hal yang sama. Aku menonton banyak film untuk memperdalam adegan demi adegan berikut penokohan. Walaupun cara kami berbeda, dan penerapanku lebih terbilang seperti tak sengaja karena aji mumpung saat studi wisata, tapi aku juga melakukan referensi.

Seperti saat pengalaman pertama ketika naik pesawat. Aku cermati dengan saksama prosedur keberangkatan mulai dari melakukan pemesanan tiket hingga pesawat mendarat dengan mulus di bandara tujuan. Kutulis pengalamanku sebagai salah satu kisah dalam novel meski hanya sebagai penguat agar pembaca tak merasa aneh seperti tokoh itu bisa melakukan teleport yang tahu-tahu sudah berada di belahan Bumi lain. Sama seperti pemilihan kendaraan bagi si tokoh kenapa helikopter, jet ski, speed boat, yacht, motor sport, motor trail, dan sebagainya. Bukan asal keren atau aku menyukai kendaraan itu, tapi tiap jenis kendaraan yang digunakan dalam tiap adegan disesuaikan dengan kebutuhan.

Masa iya menerobos hutan belantara pakainya mobil sport? Kesangkut iya karena tubuh dari mobil itu sendiri diperuntuhkkan bagi penyuka kecepatan, gaya, dan juga status yang seharusnya melaju pesat di jalanan aspal. Kecuali, tiba-tiba si mobil terpaksa menerobos hutan karena kejadian tak disangka, tapi itu juga harus dipikirkan segala risiko masuk akal atau tidak melakukan hal tersebut, jangan main nekat saja. Yang ada, nanti ketika dibaca oleh orang yang ahli dalam pengoperasian mobil sport, karyamu akan dihujat habis-habisan. Dan itu, hal yang sangat memalukan.

Lama aku berusaha untuk bisa menemui Aksara Roma hingga hampir putus asa karena ternyata sangat sulit. Ya, itu karena dia begitu sibuk dan terkenal. Hingga lagi-lagi, usahaku yang hampir menemui jalan buntu mendapatkan peluang. Para fans Aksara Roma mulai meminta lanjutan dari kisah yang bagi mereka masih menggantung itu. Mereka mengharapkan ada novel lanjutan untuk mengetahui akhir kisah dari si tokoh utama, Roger. Aksara Roma menjanjikan hal itu di mana ia mengaku sudah mulai menuliskannya meski belum sempurna. Dia mengatakan jika buku lanjutan akan siap tahun depan.

Tentu saja, hal menggembirakan itu membuat para fans tak sabar menunggu, tapi ... aku melihat sebuah kesempatan untuk masuk ke dalamnya. Benar saja, instingku melihat gelagat Aksara Roma ketika dia tampak ragu saat menjawab pertanyaan dari seorang presenter acara mengenai novel lanjutannya. Presenter tersebut seperti meminta bocoran untuk novel kedua nanti bagaimana kisahnya. Namun, Aksara Roma berkelit dengan mengatakan, tunggu saja kejutannya.

Bulan berganti dengan cepat. Aku yang sudah menemukan cara untuk mencoba masuk dalam kehidupannya, mendatangi kediaman Aksara Roma hari itu saat akhir pekan. Di mana aku sudah ditugaskan kembali ke bagian laporan tak di lapangan.

"Tuan Aksara Roma tak mencari pegawai, Mbak. Anda mendapatkan informasi yang salah," ucap satpam penjaga saat kuberikan sebuah map berisi lamaran pekerjaan.

"Ini keahlian khusus, Pak. Tak mungkin Tuan Aksara secara terang-terangan akan mengatakan hal itu di depan publik, bahkan kepada pegawainya seperti Anda. Pegang ucapanku, berikan map ini padanya. Aku yakin, tak lama setelah saya pergi dari sini, beliau akan menelepon karena membutuhkan keahlian saya," jawabku mantap malah berkesan sombong.

"Pede banget," sahut satpam lain terkekeh, tapi menerima mapku.

"Liat aja. Orang yang kalian sebut kepedean ini, apakah bisa membuktikan ucapannya?" jawabku dengan senyum miring.

Dua lelaki berseragam itu saling melirik dalam diam, tapi memberikan kode untuk memintaku pergi dari hadapan mereka. Aku pamit dan segera beranjak karena hanya membuang waktu jika tetap berdebat dengan dua penjaga rumah itu. Hanya saja, perasaanku menjadi semakin tak karu-karuan setelah satu minggu tak ada kabar dari untuk menjadi Ghost Writer Aksara Roma. Aku sudah memberikan nomor teleponku kala itu pada data diri, tapi tak ada pesan atau telepon dari pria tersebut hingga beberapa hari kemudian. Kembali, aku hampir putus harapan. Hingga hari itu, keajaiban terjadi. Tuan Aksara Roma menghubungiku.

***

ILUSTRASI. SOURCE : wowkeren.com

uhuy makasih tipsnya diriku. lele padamu. kwkwkw😆 muji sendiri ngetips sendiri. melas amat. Dan, jangan lupa dtg utk dengerin teater ala radio di room ini ya bagi pengguna mangatoon atau audiotoon. wohoo🎉

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Hiks .. satpam rasa resepsionis ya.

2022-08-19

0

Wati_esha

Wati_esha

Kenapa bisa terpikirkan untuk menjadi Ghost Writers nya Aksara Roma? Padahal mampu membuat cerita sendiri.

2022-08-19

1

Wati_esha

Wati_esha

Tq update nya.

2022-08-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!