Bertemu Lagi

Malik beranjak ingin pergi meninggalkan Gani.

“Apa kamu sungguh tidak menyukai kakakku lagi?” Gani kembali bertanya.

“Huh.” Gani juga beranjak sembari menghembuskan napasnya dengan kasar.

“Gani, aku menyukainya tapi aku sadar diri kakakmu tidak pantas untukku. Mungkin ini terakhir kali kita membahasnya. Tolong bantu dia untuk melupakanku jika dia terlihat masih menyukaiku.” Ucap Malik.

“Aku tidak bisa melakukan itu. Aku mendukung kalian untuk bersama bukan untuk memisahkan.”

“Aku pikir itu yang terbaik untuk kakakmu.” Malik melangkah pergi.

“Kak Malik, tolong jangan berhenti menyukainya, aku tidak bisa membantumu.”

“Kenapa?”

Malik mulai berpikir, Gani mempunyai alasan lain mendukung hubungannya dengan Salma.

“Kenapa kamu begitu bersikeras?” Malik penasaran.

Gani menghampiri Malik.

“Aku tidak pernah berpikir akan memiliki perasaan seperti ini.”

Malik menatap Gani dengan perasaan tidak mengerti dengan yang dia dengar.

“Aku menyukai Sarah.”

“Apa?”

“Tolong kakak kembali bersama kak Salma agar aku punya alasan kuat untuk menghentikan perasaanku padanya.”

“Sarah bukan tipeku, aku pikir ini hanya perasaan sesaat. Mungkin saja nanti aku akan mengecewakannya. Jadi tolong bantu aku.”

Malik terkejut tidak menyangka, Gani yang dia pikir ingin membantu untuk kebahagiaan kakaknya, ternyata berusaha menghindari perasaan pribadinya pada Sarah.

Gani sudah dari lama menyukai Sarah. Sebelumnya mereka satu sekolah saat di kampung, setelah lulus Gani dan Sarah melanjutkan SMP yang berbeda. Tiga tahun berlalu, mereka di pertemukan kembali di bangku SMA.

Sosok Sarah yang sederhana dan selalu terlihat ceria mungkin yang membuat Gani menyukainya. Berbeda dengan kebanyakan teman-temannya yang diantar jemput atau menggunakan motor sendiri saat ke sekolah, sedang Sarah terlihat santai dan menikmati mengayuh sepedanya walau sendirian. Sikapnya yang manis kepada siapa saja juga mungkin membuat Gani merasa senang melihatnya meski dari kejauhan.

Gani berpikir, dia tidak harus melupakan keinginannya untuk tidak menikahi orang yang sekampung dengannya demi Sarah. “Aku sangat senang bepergian jauh, pulang kampung ke tempat yang berbeda.” Pikirnya. Mungkin alasan seperti ini terdengar mudah saja untuk dirobohkan, namun Gani sungguh tidak ingin goyah terlebih dia sudah pernah mengataknnya pada orang tuanya.

“Maafkan aku.” Gani ingin beranjak pergi.

“Gani, jika memang nanti kami bersama, itu adalah keputusan kami karena keyakinan dan takdir. Jadi jangan berpikir kalau itu karenamu.”

“Aku tidak tahu harus berkata apa mengetahui perasaanmu karena aku sendiri tidak bisa mengendalikan perasaanku sendiri. Lantas begitupun perasaanmu.” Lanjut Malik, menepuk pundak Gani memberi semangat lalu pergi.

“Oiya, tolong pikirkan tindakaanmu untuk kebaikan kakakmu.” Malik benar-benar pergi kali ini.

Sementara Gani masih berdiri melihat Malik meninggalkannya.

‘’’’’

Di ruangannya, Fiki sedang sibuk mengemasi beberapa perlengkapan kerjanya. Sesuai dengan instruksi atasannya dia akan pindah kerja hari ini. Rumah sakit tempatnya bekerja merupakan rumah sakit cabang dari tempat barunya nanti. Dia dipindahkan karena dokter bedah senior di tempat barunya itu telah berpindah tugas beberapa hari yang lalu.

“Di sana juga ada dokter bedah yang baru bekerja beberapa bulan, saya harap anda bisa bekerja sama dan memberikannya arahan.” Ucap dokter Chandra yang merupakan atasan Fiki.

“Baik pak.”

‘’’’’

Bu Siti nampak sibuk, sedang membuat abon untuk lauk makan dan untuk Malik bawa besok saat kembali ke kota. Saat musim ikan seperti sekarang, biasanya Bu Siti membuat abon karena tahan lama dan bisa langsung di jadikan lauk jika sewaktu-waktu Malik sibuk tidak sempat menyiapkan pelengkap makannya. Meski tidak banyak yang bisa dijadikan bekal untuk anaknya, namun Bu Siti selalu berusaha untuk mempermudah Malik dikala jauh darinya.

“Bu.” Sarah menyapa Bu Siti yang masih sibuk mengaduk abon yang dibuatnya.

“Eh nak, sudah pulang.”

Sarah segera menghampiri Bu Siti untuk mengambil alih apa yang dikerjakan Ibunya itu.

“Kakakmu mana?”

“Di luar.”

“Sedang apa?”

Sarah memberitahu kalau sekarang Malik bersama Gani di luar.

“Aku dengar Gani ingin menanyakan sesuatu.”

“Tentang apa?”

Sarah kembali mengatakan bahwa Gani pernah memberitahunya kalau dia ingin seperti Malik, bekerja di luar kota.

Sarah juga menceritakan pada Bu Siti kalau sekarang sepedanya ada di bengkel dan Gani sudah banyak membantunya hari ini.

“Dia anak yang baik.”

Sarah mengangguk.

“Tapi kamu sebaiknya tidak terlalu dekat dengannya.”

Bu Siti khawatir kedekatan Sarah dengan Gani bisa menyulitkan Malik untuk melupakan Salma. Selain itu, dia juga merasa khawatir kalau saja ini bisa membuat luka baru kalau saja anaknya kembali menaruh perasaan pada anak kepala desa untuk kedua kalinya.

“Aku mengerti bu ini karena kakak kan?” Sarah memastikan alasan Bu Siti mengatakan hal seperti ini untuk membantu kakaknya agar tidak kembali mengingat Salma yang merupakan kakak Gani.

“Iya, kita harus membantunya.”

‘’’’’

Fiki memasuki rumah sakit tempat bekerja barunya. Dia merasa senang karena rumah sakit ini lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Fiki terus berjalan mencari ruangannya.

Fiki nampak bingung mencari ruangannya, sembari melihat tulisan-tulisan yang tertera di setiap pintu.

“Maaf suster, saya boleh bertanya?” Ucap Fiki pada salah satu suster yang berpapasan dengannya.

“Iya.”

“Ruang dokter bedah dimana ya?”

Suster itu memberitahunya kalau ruangan yang dicarinya berada di lantai tiga.

“Oh terima kasih.”

Fiki segera menuju lift untuk naik ke lantai tiga rumah sakit.

Setelah beberapa saat berjalan sembari memperhatikan tulisan di setiap pintu. Tiba-tiba seseorang memanggilnya.

“Kak Fiki.”

Sontak itu membuat Fiki segera melihat ke arah orang yang memanggilnya.

“Kakak mau kemana?” Tanya Nanda.

“Kamu kerja disini?” Fiki balik bertanya.

“Iya.”

“Wah, selamat siang senior.”

“…..”

Fiki bekerja di rumah sakit yang sama dengan Nanda. Nanda yang mendengar Fiki merupakan rekan kerja barunya merasa senang karena mereka sudah saling mengenal. Dia segera mengantarkan Fiki ke ruang yang sedari tadi dicari kakak kelasnya itu. Begitupun dengan Fiki, dia juga merasa senang mempunyai rekan kerja baru yang ternyata adalah orang yang sudah dia kenal.

‘’’’’

.Hari ini Tari datang ke sekolah tempat Malik bekerja. Dia diterima menjadi guru baru disini beberapa hari yang lalu.

Tari merupakan guru muda yang baru lulus dari kuliahnya. Karena dia terlihat sepentaran dengan Malik, beberapa guru yang lain menggoda kedua guru muda ini dengan mengatakan mereka adalah pasangan guru yang cocok. Mendengar hal itu, Tari merasa malu, terlebih menyadari Malik berparas tampan dan sebenarnya merupakan tipenya. Sedang Malik hanya menanggapinya dengan tersenyum meski sebenarnya mengabaikannya. Hal seperti ini sudah sering terjadi padanya. Semuanya akan berakhir dan kembali seperti biasa setelah beberapa waktu.

Semester ini, Malik akan mengajar sebagai guru kelas di kelas 6. Karena mengajar di kelas tertinggi beberapa kali dia menjadi orang terakhir meninggalkan sekolah.

“Pak Malik.” Ucap Tari melihat Malik memasuki ruang guru.

“Eh, belum pulang.” Malik merasa terkejut karena berpikir sudah tidak ada orang lagi di ruangan itu.

“Iya.”

“Ini” Tari menghampiri Malik dan meletakan sebuah wadah berisi makanan di meja Malik, lalu melangkah ingin ke luar ruangan.

“Apa ini bu?” Malik menghentikan Tari.

“Ketupat, tadi aku beli di depan.” Jawab Tari sembari tersenyum.

Mendengar ketupat, Malik tiba-tiba teringat Salma waktu itu berjalan mengiringi sampai depan rumahnya yang ternyata hanya ingin memberinya hidangan ketupat. “Salma” Batinnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!