Sarah mencoba menghubungi kakaknya, setelah beberapa saat Malik mengangkat telepon.
“Assalamualaikum dik.”
“Wa’alaikumussalam.”
“Ponselmu sudah bisa digunakan?” Tanya Malik pada Sarah.
Sarah mengatakan bahwa Gani yang meminjamkan ponsel padanya. Mendengar hal itu Malik mengernyitkan alisnya.
“Apa kamu dekat dengannya?” Malik terdengar tegas.
“Tidak, tidak juga.” Balas Sarah sedikit terbata.
“Dia diberitahu oleh kak Raka, karena dia punya ponsel yang sudah tidak digunakan lagi, dia hanya membantu karena kebetulan dia punya mungkin seperti itu.” Lanjutnya.
“Oh begitu, jaga dirimu ya dik, kakak sekarang masih di sekolah, nanti kakak hubungi.”
Malik menutup telepon.
‘’’’’
Nanda pulang dengan perasaan kecewa karena sudah dibohongi oleh Indra. Meski merasa sangat kecewa namun Nanda tidak ingin melakukan sesuatu dengan gegabah. Dia memikirkan cara yang tepat untuk membuktikan Indra bersalah. Sebelum memutuskan kembali dari aula yang disebut Indra sebagai tempat seminar yang dia ikuti, Nanda terlebih dahulu mengambil foto aula tersebut yang terlihat sunyi dengan menambahkan keterangan jam dan tanggalnya. Ini akan digunakannya jika Indra menyangkal sudah berbohong. Nanda merasa dirinya tidak boleh lemah dan harus menyusun rencana yang tepat untuk membuat Indra merasa pantas untuk dia tinggalkan.
‘’’’’
Salma diminta Ibu untuk membeli sayur di rumah Bu Ati, dia pun segera bersiap untuk pergi. Kali ini Salma memilih untuk menggunakan motornya karena memang jarak rumahnya ke rumah Bu Ati cukup jauh jika berjalan kaki.
Sesampainya di rumah Bu Ati, terlihat Sarah yang juga sedang membeli sayur di sana. Salma yang melihat Sarah segera menyapa. Sarah membalas sapaannya dan tersenyum seperti biasanya.
Setelah Sarah selesai membeli sayur dia beranjak untuk pulang. Salma yang melihat Sarah pulang berjalan kaki menawarkan untuk pulang ikut bersamanya. Namun Sarah menolak dengan alasan rumahnya tidak begitu jauh dari sini.
“Oh baiklah kalau begitu.” Balas Salma mendengar penolakan Sarah.
“Oh iya Sarah, bagaimana kabar Malik?” Lanjutnya setelah terdiam sebentar.
“Dia lama tidak terlihat hehe.” Lanjut Salma lagi.
“Sepertinya baik-baik saja kak.” Balas Sarah sedikit memaksakan senyumnya.
“Oh baiklah, hati-hati.”
Sarah hanya mengangguk.
Salma merasa menyesal dengan apa yang dia tanyakan pada Sarah. Salma tidak terlalu berpikir untuk menanyakan kabar Malik pada adiknya itu, “Ini pasti terdengar aneh oleh Sarah.” Pikirnya. Dia mengatakan itu begitu saja saat merasa ada kesempatan menanyakan kabar orang yang sebenarnya dia rindukan.
Sesampainya di rumah, tiba-tiba ponsel Salma berbunyi. Fiki meneleponnya.
“Assalamualaikum kak Fiki.”
“Wa’alaikumussalam Salma, apa kamu bersama Nanda?” Ucap Fiki terdengar khawatir.
“Tidak kak? Ada apa?”
“Dari tadi siang dia tidak bisa dihubungi, aku hanya khawatir terjadi sesuatu padanya karena tidak seperti biasanya dia mematikan ponselnya dalam waktu yang cukup lama.”
“…..”
Nanda berada di kamarnya, meratapi apa yang sudah terjadi padanya. Tadi siang Nanda melihat Indra mengendarai motornya dari kejauhan saat pulang dari aula. Melihat itu, Nanda segera membuntutinya dengan menjaga jarak aman agar tidak ketahuan. Setelah sekitar sepuluh menit mengikuti, nampak Indra berhenti di sebuah kafe. Nanda juga berhenti di kafe itu dan mencoba masuk melihat apa yang dilakukan Indra di sana. Kafe itu cukup luas dan memiliki beberapa ruangan sehingga Nanda mudah untuk bersembunyi di balik dinding ruangan kafe yang di masuki Indra.
Kecurigaan Nanda benar, dia sedang menemui seorang perempuan, melihat itu tentu membuatnya merasa kecewa, namun dia tetap berusaha tenang karena belum tahu kejelasannya siapa perempuan itu. Nanda berada cukup jauh dari Indra yang membuatnya tidak mendengar apa yang dikatakan Indra pada perempuan itu. Setelah beberapa saat mereka mengobrol, Indra terlihat menggenggam tangan perempuan itu dengan mesra.
Melihat hal itu, Nanda tidak bisa menahan dirinya. Dia langsung mendatangi Indra.
“Indra.” Ucap Nanda kecewa namun tidak menunjukkan kelemahannya (tidak menangis).
“Nanda.” Indra nampak sangat terkejut dengan kedatangan Nanda.
“Apa yang kamu lakukan sayang.” Tanya Nanda tetap berusaha tenang.
“Sayang?” Ucap perempuan yang bersama Indra.
“Siapa dia?” Lanjut perempuan itu melihat Indra.
“Aku bisa menjelaskan, ayo.” Indra menarik tangan Nanda bermaksud membawanya ke tempat lain agar bisa berbicara berdua.
“Kenapa tidak di sini.” Nanda langsung melepaskan cengkraman Indra.
Indra terlihat bingung ingin berkata apa. Sementara perempuan yang bersamanya terus mendesaknya untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi dan siapa Nanda yang tiba-tiba datang dan memanggilnya dengan kata sayang.
Meski sebenarnya Nanda muak dan sungguh berat memanggil Indra yang sudah membohonginya dengan panggilan sayang, namun itu dia lakukan untuk mempersulit Indra jika memang dia berbohong. Dari sini memang sudah jelas, Indra membodohi dua perempuan sekaligus.
Di tengah-tengah perempuan itu meminta Indra untuk menjelaskan dan Indra menjawab dengan alasan yang tidak karuan, Nanda beranjak pergi namun sebelum itu dia mengatakan sesuatu.
“Indra kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun.” Nanda langsung beranjak pergi.
Sekarang meski hatinya merasa lega, namun karena semua ini berjalan cepat yang baru kemarin Salma mengatakan dia melihat Indra dengan perempuan lain dan sehari setelah itu, kecurigaan yang baru tertanam dihatinya langsung terlihat adanya, ini membuatnya sedikit terguncang. Dia bersedih namun tidak membuatnya menderita, dia hanya lelah, dia mematikan ponselnya untuk beristirahat sementara waktu. Dia hanya sedikit kecewa karena merasa bodoh sudah dibohongi.
Meski sedang patah hati, namun ada beberapa hal yang jelas Nanda syukuri. “Untung sudah selesai sidang dan cepat ketahuan.” Batinnya.
‘’’’’
Setelah Maghrib, Nanda kembali menghidupkan ponselnya. Terdapat beberapa pesan dan panggilan dari Fiki dan juga Salma. Dia pertama-tama membuka pesan Salma yang menanyakan keadaannya, setelah itu dia membuka pesan dari Fiki yang berisikan pertanyaan yang sama yaitu juga menanyakan keadaanya. “Tumben tidak menanyakan Salma” Gumam Nanda tersenyum melihat pesan langka dari Fiki untuknya.
Nanda membalas pesan Fiki, menyampaikan bahwa dia hanya sedang istirahat. Sedang Salma, dia segera menghubunginya.
“Apa terjadi sesuatu.” Tanya Salma pada Nanda.
“Aku putus dengan Indra.”
“Apa karena dia selingkuh?”
Nanda pun menceritakan kejadian tadi siang.
‘’’’’
Tidak terasa waktu terus berjalan. Sekarang Salma sudah bekerja di rumah sakit milik pemerintah sebagai dokter bedah, sedang Nanda juga bekerja namun di rumah sakit yang berbeda.
empat bulan kemudian.
Libur sekolah telah tiba, seperti biasa Malik pulang kampung. Kepulangannya kali ini dia memberikan kejutan pada Sarah yaitu sebuah ponsel baru. Sarah yang menerima hadiah dari kakaknya merasa senang dan berterimakasih tentunya.
‘’’’’
Malik sedang berdiri di teras rumahnya sembari melihat-lihat sekitarnya dan menyapa beberapa orang yang lewat. Malik melihat ke arah pos. Dari teras rumahnya itu dia bisa melihat pos dari kejauhan dan mendapati Gani sedang duduk di sana.
Melihat Gani, Malik segera menghampirinya untuk mengembalikan ponsel yang sudah dipinjamkannya pada Sarah empat bulan yang lalu.
“Gani.” Malik menyapa Gani yang sedang memainkan ponselnya.
“Kak Malik.”
“Terima kasih banyak karena sudah meminjamkan pada Sarah.” Malik menyerahkan ponsel di tangannya.
“Oh sama-sama kak.” Balas Gani tersenyum.
“Oh iya sendirian aja di sini?” Tanya Malik.
“Iya, aku lagi nungguin teman.”
“Oh.” Malik tersenyum lalu berbalik ingin pergi.
“Tunggu ka.” Ucap Gani menghentikan langkah Malik.
“Iya Gani?” Malik kembali membalikkan badannya.
“Boleh aku bertanya sesuatu?”
“Boleh, mau nanya apa?”
“Apa kamu masih menyukai kakakku?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments